Antisipasi Virus Corona di Jakarta

Dokter Puskesmas: Saya Tak Mengerti Konspirasi Covid-19, Yang Saya Tahu Rekan Kami Gugur

Lima menit, hanya itu waktu yang dimiliki jajaran Puskesmas Kecamatan Cakung untuk melepas kepergian rekannya, dr. Ridwan Ahmad Albana (32).

Dokumentasi Puskesmas Kecamatan Cakung
Pegawai Puskesmas Kecamatan Cakung saat memberi penghormatan terakhir kepada jenazah dr. Ridwan Ahmad Albana (32), Jumat (4/12/2020) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, CAKUNG - Lima menit, hanya itu waktu yang dimiliki jajaran Puskesmas Kecamatan Cakung, Jakarta Timur untuk melepas kepergian rekannya, dr. Ridwan Ahmad Albana (32).

Tanpa bisa melihat secara langsung terlebih mendekap jenazah, mereka melepas Ridwan yang meninggal pada Jumat (4/12/2020) pukul 07.15 WIB.

Pria yang bertugas sebagai dokter di bagian Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Kecamatan Cakung itu gugur akibat terkonfirmasi Covid-19.

Kepala Puskesmas Kecamatan Cakung Junaidah mengatakan Ridwan menghembuskan nafas di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSKD Duren Sawit.

"Kami melepas keberangkatan almarhum sebelum dibawa ke pemakaman. Penghormatan terakhir di Puskesmas, ambulance jenazahnya parkir sebentar 5 menit," kata Junaidah saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Jumat (4/12/2020).

Waktu untuk melepas kepergian Ridwan memang singkat, namun sebagai tenaga kesehatan mereka tahu betul bagaimana penanganan jenazah pasien Covid-19.

Kurang dari enam jam waktu kematian jenazah pasien Covid-19 harus dimakamkan guna mencegah proses pembusukan yang bisa memicu penularan Covid-19.

Ucapan dukacita atas meninggalnya dr. Ridwan Ahmad Albana (32) akibat terkonfirmasi Covid-19, Jumat (4/12/2020)
Ucapan dukacita atas meninggalnya dr. Ridwan Ahmad Albana (32) akibat terkonfirmasi Covid-19, Jumat (4/12/2020) (Dokumentasi Puskesmas Kecamatan Cakung)

Meski sejak awal pandemi menangani pasien Covid-19, tak ada pengecualian dalam proses pemakaman dr. Ridwan, semua sesuai protokol Covid-19.

"Jenazah almarhum dimakamkan di pemakaman khusus Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat. Almarhum salah seorang dokter terbaik, Insya Allah gugur sebagai Syahid (mati dalam keadaan membela agama)," ujarnya.

Sejak awal pandemi Covid-19 para tenaga kesehatan di Puskesmas dibebankan tanggung jawab besar, mereka harus menangani pasien Covid-19.

Pun pasien Covid-19 tak dirawat inap di Puskesmas, tanggung jawab menemukan kasus terkonfirmasi Covid-19 lewat rapid test dan swab jemput bola.

Melakukan penelusuran riwayat kontak erat dari pasien terkonfirmasi Covid-19, memantau pasien terkonfirmasi yang isolasi mandiri di rumah.

Hingga sosialisasi bahaya Covid-19 dibebankan, semua dilakukan tanpa mengurangi pelayanan warga yang datang berobat karena sakit di luar Covid-19.

Tidak ada waktu bagi tenaga kesehatan Puskesmas ikut berdebat perihal Covid-19 hasil konspirasi elit yang dibuat guna menguntungkan produsen obat.

"Saya enggak mengerti apa itu konspirasi (Covid-19), enggak tahu apa hubungannya dengan politik, bisnis. Yang saya tahu telah gugur salah seorang dokter terbaik ku di Puskesmas Cakung," tutur Junaidah.

Bagi Junaidah yang terpenting sekarang adalah menjaga pelayanan Puskesmas Kecamatan Cakung tetap berjalan normal, meneruskan perjuangan dr. Ridwan.

Beban tersebut tidak mudah karena Cakung merupakan Kecamatan paling luas secara wilayah dan padat penduduk dari 10 Kecamatan di Jakarta Timur.

Hingga 15 November 2020 jumlah kasus Covid-19 di Kecamatan Cakung sebanyak 3.007 kasus, posisinya nomor dua setelah Kecamatan Duren Sawit dengan 3.058 kasus.

"Mohon buat semua warga Jakarta bahwa Covid-19 ini benar-benar nyata. Ikutilah protokol, kesehatan 3M. Ini situasi yang sangat butuh kebersamaan dan pengertian dari kita semua," lanjut Junaidah.

Junaidah menuturkan hingga kini pelayanan terhadap warga di Puskesmas Kecamatan tetap berjalan, penyesuaian hanya pada protokol kesehatan.

Sejak tanggal 26 November 2020 saat dr. Ridwan diketahui terkonfirmasi Covid-19, seluruh pegawai Puskesmas Kecamatan Cakung langsung menjalani tes swab.

Dari hasil uji swab secara real time polymerase chain reaction (RT-PCR) itu tidak ditemukan transmisi lokal atau penularan Covid-19 di lingkup pegawai.

Baca juga: 82% Ruang Isolasi Covid-19 di Kota Tangerang Sudah Penuh, Setengahnya Warga Pendatang

Baca juga: Menangkan Pradi-Afifah di Pilkada Depok, Ketum Partai Gelora: 9 Desember Pemimpin Baru

Para tenaga kesehatan memang dibekali alat perlindungan diri (APD) lengkap dalam penanganan Covid-19, tapi APD tidak lantas membuat mereka aman.

Di kalangan tenaga kesehatan secara keseluruhan, kasus meninggalnya dokter muda yang menangani pasien Covid-19 sebagaimana Ridwan pun sebelumnya sudah terjadi.

Pernyataannya apa warga tetap sibuk berdebat tentang konspirasi Covid-19 atau justru mematuhi protokol kesehatan demi mengurangi beban tenaga kesehatan.

"Tanpa pengertian kita semua sampai kapan bencana ini akan berakhir? Tahan dulu kumpul-kumpul, hindari keramaian. Jangan keluar rumah kecuali sangat penting, katakan tidak pada undangan makan-makan," sambung Junaidah.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved