Sisi Lain Metropolitan
Cerita Manurung Beralih Jual Tebu di Pinggir Jalan Gegara Merugi Harga Bawang Melonjak
Cari kesibukan di tengah pandemi Covid-19, Manurung (63) menjual tebu yang ditanamnya sendiri sedari pagi. Ia pantang menyerah.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Cari kesibukan di tengah pandemi Covid-19, Manurung (63) menjual tebu yang ditanamnya sendiri sedari pagi.
Manurung merupakan bapak tiga anak yang tinggal di wilayah Ciracas, Jakarta Timur.
Imbas pandemi, usaha bawang merah Manurung berhenti di tengah jalan lantaran kerap merugi.
Harga terus melonjak, membuat bawang merah yang dijualnya sukar laku.
Tak jarang hingga membusuk.
"Biasanya saya jualan bawang di Pasar Induk Kramat Jati. Tapi modalnya habis. Jadi sempat enggak jualan selama beberapa bulan," jelasnya kepada TribunJakarta.com, Rabu (16/12/2020).
Merasa bosan berdiam diri di rumah, akhirnya Manurung terbesit untuk menjual tebu yang ada di pekarangan rumahnya.
Dengan harga Rp 5 ribu perikatnya, Manurung mulai menjual tebu tersebut di Jalan Bina Marga, Cipayung, Jakarta Timur mulai pukul 06.00 WIB.
"Supaya ada aktivitas lagi, saya coba jualan. Tapi awalnya, memang mikir kalau saya punya pohon tebu. Sayang juga kalau enggak dijualin," lanjutnya.
Dalam satu hari, Manurung biasa membawa 10-12 ikat tebu yang telah dipotong, yang kemudian dimasukan dalam karung berwarna putih.
"Setiap hari bawanya enggak tentu. Hari ini bawa 12 ikat," jelasnya.
Sukar Laku

Mengingat tengah pandemi, Manurung mengakui jika tebunya sulit terjual.