Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Sisi Religius Kopilot Sriwijaya Air Diego Mamahit Diungkap Sang Ayah: Dia Selesai Tugas Cari Gereja

Kopilot Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak, Diego Mamahit ternyata sering menyempatkan diri ke Gereja dan bertemu kerabat. Ini kisahnya.

TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR
Boy dan Eveline Mamahit, orangtua Kopilot pesawat Sriwijaya Air SJ182 Diego Mamahit di kediaman Jalan Nakula, Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi. Kopilot Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak, Diego Mamahit ternyata sering menyempatkan diri ke gereja dan bertemu kerabat. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Kopilot Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak, Diego Mamahit ternyata sering menyempatkan diri ke Gereja dan bertemu kerabat.

Sisi religius tersebut diungkap ayah Diego Mamahit, Boy Mamahit pada Minggu (17/1/2021).

Diego Mahamit ternyata kerap bersilaturahmi dengan keluarganya di tengah jadwal padatnya bertugas sebagai kopilot.

Selain itu, Diego Mamahit juga selalu mencari gereja untuk beribadah selepas mendarat di sebuah wilayah.

"Jadi dia ketika dapat schedule (jadwal) pagi tetap dia jalani, nanti selesai tugas dia cari tempat di mana ada gereja," kata Boy.

Boy menuturkan Diego Mamahit memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya.

Boy dan Eveline Mamahit sedang memegang foto anaknya Diego Mamahit Co-Pilot Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Boy dan Eveline Mamahit sedang memegang foto anaknya Diego Mamahit Co-Pilot Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

Tetapi putranya tetap melaksanakan kewajibannya beribadah di lokasi manapun saat mendarat.

"Kalau dia dapat schedule sore, kalau sore itu biasanya jam 8 malam (terbang) dia akan menyempatkan ke gereja dulu paginya," paparnya.

Boy juga menuturkan Diego kerap mendatangi keluarga besarnya.

Hal ini terbukti dari seringnya dia mengunjungi sanak saudara yang ada di beberapa daerah seperti, Manado, Makassar dan sebagainya.

"Kalau dia menginap di suatu tempat di Manado misalnya, dia datangi saudara-saudaranya di sana, atau ketika di Makassar, Surabaya sama, pokoknya di tempat di mana dia datang disempatkan mengunjungi keluarga yang ada di sana," tegasnya.

Diego Mamahit diketahui merupakan Co-Pilot yang menerbangkan pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada, Sabtu (8/1/2021).

Diego menikah dengan seorang wanita bernama Prisila Teja dan sudah dikaruniai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun.

Pasca-menikah, Diego tinggal di daerah Tangerang.

Sebelumnya dia tinggal di Jalan Nakula, Pondok Melati, Kota Bekasi di kediaman orangtuanya sejak kecil.

Dirut Sriwijaya Air Jefferson Jauwena di kediaman Co-Pilot Diego Mamahit di kediaman Jalan Nakula, Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi, Kamis (14/1/2021).
Dirut Sriwijaya Air Jefferson Jauwena di kediaman Co-Pilot Diego Mamahit di kediaman Jalan Nakula, Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi, Kamis (14/1/2021). (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Lulusan Terbaik Sekolah Penerbangan

Diego, kata Boy, merupakan lulusan Nam Flaying School. Dia juga termasuk angkatan pertama di sekolah penerbangan tersebut.

"Diego menjadi 5 terbesar (lulusan terbaik) dari angkatan pertama, jadi mereka langsung terbang menjadi set pilot pada waktu itu. Saya melihatnya ini anak cukup cerdas ya otaknya," kata Boy, Kamis (14/1/2021).

Sebelum memilih berkarir di dunia penerbangan, Diego sempat menyelesaikan pendidikan di Universitas Atmajaya Jakarta jurusan ekonomi.

Kala itu, Boy meminta Diego mendaftar ke Nam Flaying School supaya bisa berkarir sebagai pilot dan bekerja di industri penerbangan seperti dirinya.

Boy untuk diketahui, merupakan petinggi maskapai penerbangan Bouraq Airline yang pernah beroperasi di Indonesia.

"Anak itu penurut, sifat dia tak pernah melawan dan menentang orang tua. Mulai dari dia sekolah sampai tamat S1 di Atmajaya," ucapnya.

"Lalu kemudian tadinya dia diterima di salah satu bank tapi kami saran mendaftar ke sekolah pilot," tegasnya.

Diego sampat merasa kurang berminat, saat itu dia berpikir tidak memiliki bakat bekerja di dunia penerbangan.

Kekhawatiran itu lantas dipatahkan, talentanya terbukti setelah dia masuk ke sekolah penerbang dan menjadi pilot.

"Saya bilang kenapa you bisa bilang begitu ya nyatanya dia (Diego) punya talenta yang tadinya dia bilang saya engga ada bakat untuk jadi penerbang, ternyata dia bisa sukses punya potensi," tuturnya.

Update Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182

Tim DVI Masih Butuh Data Tambahan

Penampakan temuan puing maupun serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Minggu (17/1/2021).
Penampakan temuan puing maupun serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Minggu (17/1/2021). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Tim Disaster Victim Identification (DVI) masih membutuhkan data skunder atau data tambahan untuk proses identifikasi korban Sriwijaya Air SJ-182.

Meski data sampel DNA antemortem (sebelum kematian) dari keluarga sudah lengkap untuk proses identifikasi 62 korban kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182.

Katim Antemortem DVI AKBP Purnamawati pihaknya masih membutuhkan data tambahan guna memudahkan proses identifikasi korban.

"Kemudian ciri fisik, mulai bentuk muka, kemudian tinggi badan, berat, itu akan diperlukan dalam proses identifikasi. Kemudian ciri medis khusus," kata Purnamawati di RS Polri Kramat Jati, Minggu (17/1/2021).

Ciri medis khusus dimaksud operasi yang pernah dijalani, bekas luka, tato, bekas luka tertentu, dan ciri fisik lain mengindikasikan identitas korban.

Informasi ini dapat mempermudah Tim DVI untuk proses identifikasi jenazah yang bagian tubuhnya tidak utuh terdampak kecelakaan saat pesawat jatuh.

Data tambahan atau sekunder berfungsi melengkapi data primer yang meliputi sidik jari, riwayat medis pemeriksaan gigi, dan sampel DNA untuk proses identifikasi.

"Bisa juga dari properti yang dia digunakan. Apa saja? Misalnya jam tangan, yang sudah dipakai tidak pernah dicuci dan dia menggunakan itu bisa dibawa. Topi bisa dibawa, yang sudah dipakai," ujarnya.

Selain karena pada barang pribadi melekat DNA korban, petugas gabungan yang melakukan evakuasi di lokasi jatuhnya juga mengevakuasi properti korban.

Beda dengan body part (bagian tubuh jenazah), baju, jam, hingga barang lain yang ditemukan ikut dievakuasi petugas dalam kantong properti.

"Misalnya baju yang dipakai, sepatu yang dipakai, akan ditanyakan. Ukurannya berapa, ikat pinggang yang digunakan, tas yang dipakai, jam yang dipakai, anting-anting yang dipakai, cincin yang dipakai, semua yang digunakan. Kalau bisa ada fotonya," tuturnya.

Purnamawati menuturkan Tim DVI yang beranggotakan para ahli gabungan masih berupaya mengidentifikasi jenazah penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Hingga Minggu (17/1/2021) pukul 09.00 WIB Tim DVI berhasil mengidentifikasi 24 jenazah, 12 sampel DNA, 12 sidik jari, dan tiga lainnya gabungan DNA dan sidik jari.

"Dan kami mengimbau kepada masyarakat juga, untuk tetap bisa bekerja sama dan tim-tim kami untuk bisa bekerja sama dengan lebih baik dengan memberikan informasi, informasi yang lebih dalam," lanjut Purnamawati.

Kemendagri Pastikan Keluarga Korban Dapat Kemudahan Pembuatan Akta Kematian

Komando Daerah Militer Jaya (Kodam Jaya) turut serta membantu pencarian bangkai pesawat Sriwijaya SJ-182, di sekitar Kepulauan Seribu, Minggu (17/1/2021).
Komando Daerah Militer Jaya (Kodam Jaya) turut serta membantu pencarian bangkai pesawat Sriwijaya SJ-182, di sekitar Kepulauan Seribu, Minggu (17/1/2021). (Istimewa/Kapendam Jaya Letkol Arhanut Herwin Budi)

Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memastikan pihak keluarga korban Sriwijaya Air SJ-182 mendapat kemudahan pembuatan akta kematian.

Dirjen Dukcapil Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh mengatakan pembuatan akta kematian diurus langsung jajarannya sehingga keluarga cukup menunggu.

"Cukup direktorat Dukcapil dan Dukcapil daerah uruskan keluarga tidak perlur urus. Kalau meninggal di RS tidak perlu pengantar RT dan RW proses sudah dimudahkan agar ringkas," kata Zudan di RS Polri Kramat Jati, Minggu (17/1/2021).

Akta kematian ini dikeluarkan setelah jenazah korban teridentifikasi Tim Disaster Victim Identification (DVI) yang hingga kini prosesnya masih berjalan.

Hingga Minggu (17/1) Tim DVI sudah mengidentifikasi 24 dari total 62 korban Sriwijaya Air SJ-182 kecelakaan pada Sabtu (9/1/2021) lalu.

"Update perkembangan penerbitan dokumen kependudukan, dari 24 jenazah teridentifikasi 15 dokumen sudah selesai. Kemudian 9 dokumen pagi ini sudah diproses dan siang ini selesai," ujarnya.

Zudan menuturkan penyerahan akta kematian sesuai kesepakatan pihak keluarga atau saat pengambilan jenazah dari RS Polri Kramat Jati.

Dari total 24 jenazah yang sudah teridentifikasi, hingga Sabtu (16/1) sudah 12 jenazah yang diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan.

"Penyerahan (akta kematian) tunggu kesepakatan dengan keluarga. Jadi 13 dokumen sudah selesai semua, sisanya 2 tunggu diserahkan, 9 pagi ini proses penerbitan," tuturnya.

Tim DVI Terima 188 Kantong Jenazah

Komando Daerah Militer Jaya (Kodam Jaya) turut serta membantu pencarian bangkai pesawat Sriwijaya SJ-182, di sekitar Kepulauan Seribu, Minggu (17/1/2021).
Komando Daerah Militer Jaya (Kodam Jaya) turut serta membantu pencarian bangkai pesawat Sriwijaya SJ-182, di sekitar Kepulauan Seribu, Minggu (17/1/2021). (Istimewa/Kapendam Jaya Letkol Arhanut Herwin Budi)

Jumlah kantong jenazah berisi bagian tubuh korban Sriwijaya Air SJ-182 yang diterima Tim Disaster Victim Identification (DVI) terus bertambah.

Komandan DVI Kombes Hery Wijatmoko mengatakan hingga Minggu (17/1) pukul 09.00 WIB pihaknya sudah menerima 188 kantong jenazah hasil evakuasi petugas.

"Semua itu terdiri dari 162 (bagian tubuh) yang telah kami periksa dan sisanya 26 yang sedang kami periksa," kata Hery di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (17/1/2021).

Sementara total sampel DNA yang didapat sebanyak 351 sampel, 208 diambil dari bagian tubuh jenazah yang sudah diekstrak lewat labolatorium.

Baca juga: Firasat Keluarga Sebelum Dapat Kabar Janda Muda Tewas di Homestay Denpasar, Pak RT Ngaku Merinding

Baca juga: Tewasnya Janda Muda di Bali, Cerita Gagak Terbang Keliling Rumah dan Misteri Pria Berjaket Merah

Baca juga: Kabar Bagus, Tenaga Kesehatan Kecamatan Gambir Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 

Lalu 143 DNA yang sudah diberikan pihak keluarga lewat posko antemortem (sebelum kematian) Tim DVI, baik di RS Polri Kramat Jati dan lokasi lain.

"Jadi ada beberapa sampel antemortem yang sedang kami kejar, kami collect untuk dilakukan pemeriksaan lanjut, salah satunya adalah sampel yang dari Jawa Tengah," ujarnya.

Hery menuturkan hingga pukul 09.00 WIB ini jumlah korban Sriwijaya Air SJ-182 yang teridentifikasi sebanyak 24 atau belum bertambah dibandingkan Sabtu (17/1).

Hari ini Tim DVI kembali melakukan proses rekonsiliasi atau pencocokan data antemortem dengan postmortem yang sudah diterima.

Diharapkan sore nanti jumlah korban Sriwijaya Air SJ-182 yang mengalami kecelakaan pada Sabtu (9/1/2021) lalu dapat bertambah.

"Perkembangan terakhir kami telah mengidentifikasi sebanyak 24 korban dan kemarin sudah dirilis semuanya oleh bapak Karopenmas," tuturnya. (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar/Bima Putra)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved