Kisah Kakek Projo 71 Tahun: Kerja Reparasi Jam Sejak Jam Sejak 6 Pagi Demi Bantu Nafkahi Adik

Di usianya yang ke-71, Mbah Projo rela bekerja dari pagi hingga malam keliling Yogyakarta dengan membuka jasa reparasi jam.

Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJOGJA/ Miftahul Huda
Di usianya yang ke-71, Mbah Projo rela bekerja dari pagi hingga malam keliling Yogyakarta dengan membuka jasa reparasi jam. Pekerjaan yang dilakukan Mbah Projo dilakukan semata-mata untuk merawat sang adik yang mengalami keterbelakangan mental.  

Dalam satu hari, mbah Projo bisa membawa pulang uang hasil dari jasa reparasi jam tangan itu sekitar Rp 30 sampai Rp 60 ribu.

Uang tersebut digunakan untuk membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya, dan diserahkan ke keluarga sang adik.

Hiburan satu-satunya untuk sedikit melupakan beban hidup yang begitu berat dirasakan pria yang dulunya bekerja di kantor penerbitan Taman Siswa itu hanya didapat dari suara semerawang yang keluar dari radio lawas seukuran batu bata berwarna hitam.

"Kalau sudah sibuk membetulkan jam begini sudah lupa semua dengan hutang-hutang. Ya ada saja rejeki yang datang," kelakarnya.

Semangat di usia senja

Di usianya yang ke-71, Mbah Projo rela bekerja dari pagi hingga malam keliling Yogyakarta dengan membuka jasa reparasi jam. Pekerjaan yang dilakukan Mbah Projo dilakukan semata-mata untuk merawat sang adik yang mengalami keterbelakangan mental. 
Di usianya yang ke-71, Mbah Projo rela bekerja dari pagi hingga malam keliling Yogyakarta dengan membuka jasa reparasi jam. Pekerjaan yang dilakukan Mbah Projo dilakukan semata-mata untuk merawat sang adik yang mengalami keterbelakangan mental.  (TRIBUNJOGJA/ Miftahul Huda)

Diusianya yang kini memasuki 71 tahun, Mbah Projo pantang untuk meminta-minta.

Bahkan dirinya terlihat semangat untuk bekerja dan menghidupi adiknya yang memiliki keterbatasan.

Setelah selesai mengurus keperluan adiknya itu, Mbah Projo kembali meneruskan mencari nafkah pada malam hari.

"Malam saya lanjut lagi, sampai jam 21.00. Kalau malam tidak pasti tempatnya. Asal ada emperan ya saya berhenti," imbuhnya.

Di usianya kini, mbah Projo masih memiliki tanggung jawab yang besar lantaran harus mengurus adik perempuannya.

Pilihan itu harus ia jalani lantaran adiknya kini membuthkan bantuan dirinya untuk bertahan hidup.

Tangan terampilnya itulah yang menghidupi dirinya bersama adik tercintanya melalui reparasi jam tangan dari satu trotoar ke trotoar yang lain.

Tak jarang dirinya kerap ditegur oleh Satpol PP agar menutup lapaknya tersebut.

Petugas Transjakarta Gagalkan Percobaan Bunuh Diri, Dapat Apresiasi

Muncul Status Whatsapp di Pengguna, Begini Tujuan dan Penjelasannya

Disebut Pansos ke Dinar Candy, Jawaban Deddy Corbuzier ke Aldi Taher Tak Terduga

Namun, Mbah Projo selalu meminta agar diberikan kelonggaran untuk tetap membuka jasa reparasi jam tangan tersebut.

"Ditanya, lama gak buka lapaknya. Saya jawab hanya dua jam saja. Ya syukurnya gak permah diusir, malah merasa kasihan," ujar Mbah Projo.
Harapan Mbah Projo tidak lah muluk-muluk, ia hanya ingin agar bisa bertahan hidup dan terus bisa mencari nafkah untuk mengurus adik tercintanya.

Berita ini telah tayang di Warta Kota berjudul: Kisah Mbah Projo Kakek 71 Tahun, Cari Nafkah Pagi Hingga Malam Demi Adik yang Keterbelakangan Mental

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved