Hubungan Anies Baswedan-Gerindra, Arief Poyuono: Anies Sadar Tak Mungkin Jadi Capres dari Gerindra
Hubungan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Gerindra menjadi sorotan. Eks Wakteum Gerindra Arief Poyuono bicara soal peluang Anies di Pilpres 2024.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Ariza melanjutkan, berdasarkan undang-undang, pilkada tahun 2022 dan 2023 memang seharusnya tidak dilaksanakan dan digeser serentak ke 2024.
Namun, menurut dia, beban pemilu harus dibagi dan tidak dijadikan dalam satu tahun yang sama.
Sehingga, dia menilai, pelaksanaan Pilkada sebaiknya tidak bersamaan dengan pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan anggota legislatif (Pileg).
"Tapi kalau tanya saya pribadi, saya orang yang pernah di KPU, pernah di Komisi 2. Kalau beban politik djadikan dalam satu kesatuan waktu, menurut saya kita nanti akan menghadapi tantangan yang tidak ringan," ujar Ariza.
"Jadi, idealnya menurut saya 2024 biarlah menjadi Pilpres dan Pileg, Pilkada tidak perlu ada serentak nasional," lanjut dia.
Anies Diprediksi Sulit Maju Lagi di Pilkada DKI

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai, peluang Anies Baswedan kembali mencalonkan diri di Pilkada DKI Jakarta selanjutnya bisa jadi sulit.
Meski berstatus inkumben, Anies diprediksi akan kesulitan mendapat partai pengusung.
Sebab, tanda-tanda Anies pecah kongsi dengan Partai Gerindra mulai terlihat.
"Memang sudah kelihatan pecah kongsi Anies dan Gerindra DKI," kata Adi kepada Kompas.com, Selasa (2/2/2021).
Adi menilai, tanda-tanda Anies dan Gerindra pecah kongsi sudah mulai terlihat dari alotnya pemilihan wakil gubernur DKI Jakarta untuk menggantikan Sandiaga Uno yang mengundurkan diri.
Diminta mundur
Tanda putus hubungan tersebut baru-baru ini dipertegas dengan kritik dari Ketua DPC Gerindra Jakarta Timur, Ali Lubis.
Ali meminta Anies mundur jika tak sanggup menangani pandemi Covid-19.
Adi memprediksi, Gerindra memilih akan mengusung Riza Patria sebagai calon gubernur dalam pilkada DKI selanjutnya.
"Kan sudah kelihatan sejak awal Gerindra ini sudah memilih untuk tidak semesra dulu dengan Anies. Dan sudah punya calon lain, yaitu Pak Riza Patria," kata Adi.
Adi menilai parpol yang saat ini masih loyal dan akan mendukung Anies hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Namun, PKS tak memiliki cukup kursi untuk bisa mengusung Anies sendirian.
PKS saat ini hanya mengantongi 16 kursi. Sementara syarat untuk mengusung Paslon di Pilgub adalah 21 kursi.
"Ya di sinilah nasib Anies sedang dipertaruhkan. Apakah dia nantinya dapat dukungan parpol lain, dia maju independen atau tidak maju sama sekali. Karena yang bisa dibaca mendukung Anies kan hanya PKS," kata Adi.
"Partai yang lain tidak (mendukung Anies), justru menarik diri. Apalagi partai pemerintah kan," sambungnya.
• Tak Kuat Berjalan, Kakek Koswara Harus Digendong Menantu saat Jalani Sidang: Syarat Damai Cium Kaki
• Turap di Srengseng Sawah Longsor Robohkan Saung, Ini Penyebabnya
• Baru Menikah Bulan Maret 2020, Maell Lee Gugat Cerai Sang Istri Intan Ratna Juwita, Apa Sebabnya?
Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Ahmad Riza Patria membantah isu partainya putus hubungan dengan Anies.
Ia menyebutkan, Anies sempat bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto baru-baru ini.
"Pak Prabowo dengan Pak Anies adalah pemimpin yang tidak hanya cerdas, bijaksana, tapi juga negarawan. Kemarin Pak Anies ketemu Pak Prabowo ngobrol hampir dua jam, sama saya. Jadi tidak masalah," kata Riza dalam tayangan program Aiman di Kompas TV, Senin malam.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dukung Pilkada Serentak 2024, Gerindra Tegaskan Bukan untuk Jegal Anies", .
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jika Pecah Kongsi dengan Gerindra, Anies Diprediksi Sulit Maju Lagi di Pilkada DKI",
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Kabar Pecah Hubungan dengan Anies, Gerindra: Itu Hoaks",