Bukan Tri Rismaharini atau Gibran Rakabuming Hadapi Anies Baswedan di Pilgub DKI, PDI-P Lakukan Ini
Kader PDI Perjuangan Tri Rismaharini atau Risma dan Gibran Rakabuming Raka diisukan bakal jadi andalan di Pilkada DKI Jakarta hadapi Anies Baswedan.
TRIBUNJAKARTA.COM - Nama dua kader PDI Perjuangan Tri Rismaharini atau Risma dan Gibran Rakabuming Raka diisukan bakal jadi andalan di Pilkada DKI Jakarta untuk menghadapi Anies Baswedan.
Sebelumnya, Eks Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menyebut putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka menjadi penantang kuat Anies Baswedan di Pilkada DKI Jakarta.
Selain itu, mantan Wali Kota Surabaya yang kini menjabat sebagai Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma juga diisukan bakal maju di Pilgub DKI Jakarta.
Kabar Risma bakal maju di Pilkada DKI Jakarta usai aksi blusukannya di ibukota pasca dilantik jadi Menteri Sosial.
Untuk Gibran Rakabuming Raka kini menjadi Wali Kota Solo terpilih bersama Teguh Prakosa.
Mantan Waketum Gerindra Arief Poyuono menilai belum ada tokoh yang bisa menyaingi Anies Baswedan hingga saat ini jika Pilgub DKI Jakarta digelar.
Namun langkah Anies untuk merengkuh kembali posisi DKI 1 bisa tak mudah bila putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka ikut dalam kontestasi Pilkada DKI.
• Gibran Putra Jokowi Pesaing Kuat Anies Baswedan, Arief Poyuono: Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya
• Selain Buka Pendaftaran Seleksi CPNS 2021, Sejumlah Kementerian Juga Buka Pendaftaran PPPK
• Tak Hanya Caca Mantan Istri Andika Kangen Band, Model Majalah Dewasa Juga Ditangkap Karena Narkoba
• BLT Subsidi Gaji Rp 2,4 Juta Bakal Diganti, Karyawan Swasta Bisa Dapat Rp 3,5 Juta, Ini Syaratnya
"Cuma akan lain cerita kalau Gibran Walikota Solo ikut maju dalam pilkada DKI Jakarta. Pasti akan jadi saingan berat bagi Anies Baswedan untuk menang di pilkada DKI Jakarta," kata Arief saat dihubungi TribunJakarta.com, Sabtu (6/2/2021).
Mengenai prediksi Gerindra akan mengusung kembali Anies Baswedan, Arief menyebut hal tersebut merupakan urusan petinggi Gerindra.
"Cuma kalau diusung Gerindra dan menang lagi maka Anies Baswedan akan mengikuti jejak Jokowi maju di Pilpres 2024 dan akan makin menipis harapan Prabowo untuk menang di Pilpres 2024," kata Arief.
Pasalnya, kata Arief, kampanye Pilkada DKI Jakarta akan jadi magnet nasional yang akan meyedot perhatian nasional.
"Anies akan diuntungkan untuk popularitasnya apalagi jika sampai menang," tuturnya.
Elektabilitas Tinggi
Pengamat politik dan Direktur IndoStrategi Arif Nurul Imam menilai pendapat Arief Poyuono bisa saja benar.
"Anies Baswedan hanya bisa disaingi oleh Gibran bisa saja benar," kata Arif ketika dihubungi TribunJakarta.com, Rabu (10/2/2021).
Arif menyebut sejumlah faktor yang membuat Anies Baswedan bertarung kembali di Pilkada DKI Jakarta.
Selain berstatus Gubernur DKI Jakarta, kata Arif, Anies juga memiliki elektabilitas yang tinggi dalam bursa capres maupun Pilkada DKI berikutnya.
"Itu sebabnya, penantang yang sepadan boleh jadi antara lain, Gibran Wali Kota Solo yang notabenenya anak Presiden," kata Arif.
Diakui atau tidak, kata Arif, Anies hari ini memiliki modal politik besar untuk bertarung di gelanggang elektoral baik Pilkada dan Pilpres.
Arif juga menyebutkan kekuatan lain Gibran Rakabuming Raka menjadi penantang Anies Baswedan
"Iya kekuatan lain Gibran adalah Milenial. Padahal suara Milenial lumayan mendominasi sehingga bisa potensial jadi ceruk pemilih untuk jadi lumbung suara," tuturnya.
Tanggapan PDI Perjuangan
Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat menegaskan, partainya belum mempersiapkan apa pun untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2022 dan 2023.
"Kami tidak mempersiapkan 2022, sama sekali tidak. Kami mempersiapkan untuk 2024," kata Djarot dalam acara "Aiman" yang disiarkan Kompas TV, Senin (1/2/2021) malam.
Hal tersebut ia utarakan untuk menanggapi adanya spekulasi mengenai pencalonan Menteri Sosial Tri Rismaharini guna menantang Gubernur DKI Jakarta saat ini, Anies Baswedan dalam Pilkada 2022.
Menurut Djarot, PDI-P juga tidak akan mempersiapkan Risma atau calon lain, untuk Pilkada 2022 atau 2023 di beberapa daerah lain, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara.
"Tidak akan (Risma atau calon lain) disiapkan untuk 2022, termasuk di beberapa daerah lain seperti Jawa Timur, Jawa Barat bahkan di Sumatera Utara," ujar mantan Wagub DKI ini.
PDI-P, lanjutnya, lebih memilih untuk memikirkan keselamatan bangsa Indonesia yang tengah dilanda pandemi Covid-19.
Salah satu cara yang dinilai Djarot mampu menyelamatkan bangsa adalah tetap menyelenggarakan pilkada pada 2024 yang digelar bersamaan dengan Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif.
Meski demikian, muncul spekulasi bahwa beban lebih berat justru akan timbul apabila pemilu dilakukan serentak pada 2024.
Namun, Djarot berpandangan bahwa Pilkada 2024 tetap dijalankan dalam bulan yang berbeda dengan Pilpres maupun Pileg.
"Bebannya akan terlalu tinggi kalau memang itu dilaksanakan dalam satu waktu, atau satu bulan. Ini kan masih jauh, apalagi kita masih harus mengevaluasi sistem Pemilu kita," ucapnya.
Di sisi lain, Djarot justru berharap sistem Pemilu ke depan harus sudah dirancang dengan teknologi elektronik. Dalam hal ini, Djarot mengusulkan sistem Pemilu dapat diubah dengan cara e-voting.
Namun, sistem e-voting tersebut dinilainya perlu dibarengi dengan sistem manual atau menggabungkan keduanya.
"Kalaupun itu susah, minimal kita bisa kembangkan e-counting. Penghitungan dengan elektronik. Yang susah kan waktu itu penghitungannya," tuturnya.