Jakarta Dikepung Banjir
Takut Covid-19, Warga Cipinang Melayu Mengungsi di Kolong Tol Becakayu Hingga Bertahan di Rumah
Warga RW 04, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur takut terkena Covid-19
Penulis: Bima Putra | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Banjir luapan Kali Sunter pada Jumat (19/2) dan Sabtu (20/2) terasa berbeda bagi warga RW 04, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
Bukan karena belum tahu kapan bisa bermalam kembali di rumahnya, mereka digelayuti takut terkena Covid-19 selama berada di posko pengungsian.
Nanang Tarjono (59), satu warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu yang sejak Jumat (19/2) mengungsi di tenda bawah kolong Tol Becakayu di antaranya.
"Sudah biasa mengungsi pas banjir, tapi selalu mengungsi ke Universitas Borobudur. Tapi karena takut Covid-19 kali ini milih ngungsi di tenda," kata Nanang di Jakarta Timur, Sabtu (20/2/2021).
Sejak lama Universitas Borobudur yang berjarak sekitar 100 meter dari permukiman warga RW 04 merupakan posko utama pengungsian saat banjir.
Selain karena mampu menampung ratusan kepala keluarga (KK), warga terhindar dari angin malam karena berada di gedung, kamar mandi pun tersedia.

Beda dengan di tenda darurat Kolong Tol Becakayu, warga harus tidur di tanah dialasi terpal, terjamah angin malam, hingga akses kamar mandi sulit.
"Kalau mengungsi di Universitas Borobudur sebenarnya lebih nyaman, tapi karena itu banyak warga yang mengungsi di sana. Lagi situasi pandemi Covid-19 begini kan takut kerumunan," ujarnya.
Nanang yang rumahnya hanya berjarak sekitar 20 meter dari aliran Kali Sunter sebenarnya lebih dulu mengungsi dibanding warga RW 04 lain.
Jarak rumah yang berdekatan dengan Kali Sunter membuat rumahnya lebih dulu terendam, ketinggian airnya pun lebih parah dibandingkan warga lain.
Hanya saja dia memilih bersama istri dan anaknya yang masih berusia 9 tahun memilih mengungsi di tenda darurat bawah kolong Tol Becakayu.
"Kalau di tenda enggak terlalu banyak warganya, jadi enggak berkerumun. Makannya saya lebih milih di sini (tenda). Anak masih kecil, takut kena Covid-19," tuturnya.
Mengungsi di tenda bawah kolong Tol Becakayu selama kebanjiran juga jadi pengalaman pertama bagi Hikmah Amalia (48), warga RW 04 lainnya.
Sebagaimana Nanang, dia khawatir bila terkena Covid-19 bila mengungsi ke Universitas Borobudur yang jadi lokasi 'primadona' posko pengungsian.