Faldo Maldini Kritik Anies Baswedan Malpraktek Tangani Banjir, Sindir Tak Tercatat Pemimpin Terburuk

Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Faldo Maldini mengkritik keras kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam penanganan banjir.

Editor: Elga H Putra
Istimewa
Permukiman warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu korban banjir luapan Kali Sunter, Jakarta Timur, Sabtu (20/2/2021) 

TRIBUNJAKARTA.COM - Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Faldo Maldini mengkritik keras kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam penanganan banjir yang merendam Jakarta pada Sabtu (20/2/2021).

Kritik itu disampaikannya di akun twitternya @FaldoMaldini.

Diketahui, sejumlah wilayah DKI Jakarta terendam banjir cukup parah pada Sabtu (20/2/2021).

Ironisnya, beberapa waktu sebelumnya Anies membanggakan wilayah Cipinang Melayu, Jakarta Timur yang lama jadi langganan banjir kini sudah bebas banjir.

Dan beberapa hari kemudian nyatanya wilayah Cipinang Melayu kembali terendam banjir cukup parah.

Anies juga menelan ucapannya sendiri yang sempat banjir di Jakarta akan surut hanya dalam waktu enam jam.

Baca juga: Cara Anies Baswedan Tangani Banjir Dikritik Giring PSI: Anggaran Jakarta Boros Buat Hal Tak Perlu

Sebab, nyatanya, baru pada Senin (22/2/2021) Anies menyebut seluruh wilayah di Jakarta bisa surut dari banjir.

Menanggapi Jakarta yang kembali terendam, Faldo Maldini menilai hal itu karena ketidakmampuan Pemprov DKI Jakarta dalam menangani masalah menahun ini.

Bahkan, dia tak segan menyebut Pemprov DKI telah melakukan kesalahan tata kelola.

"Banjir Jakarta jelas karena pemerintah DKI Jakarta yang tak kompeten. Mau pakai alasan dari A sampai Z, ujung2nya pasti ini balik pada malpraktek tata kelola Pak Gub @aniesbaswedan. Skrg, minta maaf saja pd warga dan terimakasih kpd yg sudah galang solidaritas," kritik Faldo Maldini di akun twitternya dikutip TribunJakarta.com, Senin (22/2/2021).

Baca juga: Klaim Sepihak Anies Soal Banjir Jakarta: Salahkan Kota Penyangga hingga Yakin Air 6 Jam Bisa Surut

Baca juga: Anies Baswedan Pastikan Pihaknya Terus Bersiaga Mengantisipasi Potensi Banjir di Jakarta

Baca juga: Janjikan Banjir Selesai Dalam 6 Jam, Anies Baswedan: Pagi Tadi Baru Surut 100 Persen

Dalam kritiknya, Faldo Maldini juga menyindir agar nama Anies tak masuk dalam sejarah sebagai pemimpin yang buruk.

"Pak @aniesbaswedan pernah bilang, beliau gak peduli apa yang orang bilang, tapi lebih hirau apa yang akan ditulis sejarawan. Kami harap Pak Anies tidak biarkan sejarawan mencatat Bapak sebagai pemimpin yang sangat buruk mengurus rakyatnya," bebernya.

Selain itu, Faldo Maldini juga menyinggung anggaran pendapatan dan belanda daerah (APBD) DKI untuk penanggulangan banjir yang dirasa sangat rendah.

"Objektif saja, serapan anggaran penanggulangan banjir di tahun 2018 dan 2019 sangat rendah. Artinya, tidak banyak yang dikerjakan beberapa tahun belakangan. Mau ngeles kayak apapun, ujung2nya orang akan pertanyaan itu."

"Kita tidak usah banyak omong ttg teori tata kota, pasti lebih banyak masalah yg ketemu. Matematika sederhana saja, kita sudah tau siapa yang harus bertanggung jawab atas "musibah" ini. Saking kawatirnya, DPRD sampai bikinin pansus buat kawal Pak Anies," ujar Faldo Maldini.

Dalam musibah banjir yang terjadi di Jakarta, Faldo Maldini menjelaskan bahwa pihaknya juga membuka donasi untuk membantu para korban.

Delapan jam 45 menit setelah donasi dibuka di Instagram LIVE tercatat sudah ada Rp 51.600.000 uang yang terkumpul, kemudian 400 kg beras dan 500 pakaian.

Dia lagi-lagi menyindir Anies bahwa penyaluran bantuan yang didapatnya lebih cepat dari penyerapan anggaran banjir APBD DKI Jakarta.

"Laporan ya Pak Gub @aniesbaswedan, 6 jam penggalangan dana, kami sudah kumpulkan lebih dari 33 juta. Kami yakin penyalurannya bakal lebih cepat dari penyerapan anggaran banjir DKI," sindirnya.

Anies Salahkan Depok dan Bogor

Usai memantau banjir di kawasan Jalan Sudirman, dekat Pintu Air Sudirman Atmaja, Jakarta Pusat, Sabtu (20/2/2021) sore, sebagaimana dikutip dari https://ppid.jakarta.go.id, Anies menyebut banjir di sejumlah lokasi di Ibu Kota pada Sabtu (20/2/2021) karena kiriman dari Kota Depok, Jawa Barat.

Anies menyatakan, penyebab banjir di sisi Jalan Sudirman karena luapan dari Kali Krukut.

Aliran Kali Krukut juga meluap di Jalan Kemang Raya, Jalan Widya Chandra, serta Jalan Tendean.

Menurut Anies, Kali Krukut meluap karena bertambahnya debit air dari hujan lokal dari kawasan Depok, Jawa Barat.

Karangan bunga yang diberikan Hasnaeni si Wanita Emas kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, di dekat halaman Balai Kota DKI Jakarta, pada Minggu (21/2/2021) sore.
Karangan bunga yang diberikan Hasnaeni si Wanita Emas kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, di dekat halaman Balai Kota DKI Jakarta, pada Minggu (21/2/2021) sore. (TRIBUNJAKARTA.COM/MUHAMMAD RIZKI HIDAYAT)

“Di hulunya terjadi curah hujan yang sangat tinggi tercatat 136 mm/hari. Kemudian lintas airnya melewati dua sungai, satu Kali Mampang dan dua Kali Krukut," ujar Anies.

"Kedua aliran kali itu bertemu di belakang LIPI. Lalu mengalir ke Sudirman. Jadi saat ini adalah dampak dari air kiriman dari kawasan tengah sekitar Depok,” beber dia.

Menurut analisis Anies, jika hujan turun di kawasan Puncak, Bogor, airnya akan masuk Kali Ciliwung.

Berbeda jika hujan deras hanya melanda sekitar Depok.

"Maka lewat ke sungai aliran tengah, yakni kali Krukut ini,” terang dia.

Saat ini seluruh jajaran Pemprov DKI Jakarta telah berupaya membersihkan sampah di aliran sungai.

Pemprov DKI Jakarta juga mengerahkan pompa mobile baik di kawasan Sudirman maupun di Kemang yang menjadi aliran Kali Krukut untuk selanjutnya dialirkan ke Kanal Banjir Barat (KBB).

Namun, pemompaan itu harus menunggu karena KBB masih menampung air kiriman dari daerah hulu.

“Sesudah ini air akan mengalir ke Kanal Banjir Barat. Kanal Banjir Barat permukaan airnya masih tinggi. Karena air dari Sungai Ciliwung masih mengalir masuk ke kota."

"Jadi saat ini memang Jakarta sore ini, masih menerima aliran dari kawasan Selatan . Itu Depok maupun Puncak. Kalau itu sudah reda insya Allah lebih terkendali,” kata Anies.

Banjir menggenangi wilayah RW 02 dan RW 03 Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Sabtu (20/2/2021). Warga menyebut banjir hari ini lebih parah dibanding awal tahun 2020 lalu.
Banjir menggenangi wilayah RW 02 dan RW 03 Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Sabtu (20/2/2021). Warga menyebut banjir hari ini lebih parah dibanding awal tahun 2020 lalu. (Dokumentasi warga)

Tanggapan Bogor dan Depok

Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan bahwa banjir Jakarta disebabkan berbagai faktor dan tidak melulu dari kiriman dari hulunya yakni Bogor.

Sebab, saat banjir di Jakarta terjadi baru-baru ini, Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa Bogor tidak mengalami kenaikan signifikan.

"Banjir di Jakarta itu kan banyak hal ya, betul bahwa ada yang dari hulu. Tetapi catatannya adalah di Katulampa paling tinggi siaga 3. Jakarta biasanya banjir di siaga 1," kata Bima Arya kepada wartawan, Minggu (21/2/2021).

Namun, kata Bima, ketika di TMA di Bandung Katulampa siaga 3, Jakarta tetap banjir.

"Nah ketika (Bendung Katulampa) siaga 3 sudah banjir di Jakarta, berarti volume di Jakartanya yang tinggi," kata Bima.

Selain itu, Bima menjelaskan bahwa ketika bicara soal banjir Jakarta, bukan hanya sekedar kiriman dari Bogor atau Puncak tapi juga Daerah Aliran Sungai (DAS) menuju ke hilirnya.

Bima mengaku bahwa beberapa waktu lalu dirinya sudah menyurati Gubernur DKI terkait temuan dari ekspedisi Sungai Ciliwung yang mana harus jadi perhatian bersama karena banyak ditemukan rumah liar, banyak limbah dan lain-lain

"Jadi persoalan banjir ini sekali lagi tidak bisa dadakan, tidak bisa ditangani ketika musim hujan saja. Harus terintegrasi semua dari hulu ke hilir. Itu persoalannya," pungkas Bima.

Sementara itu, Plh Wali Kota Depok, Sri Utomo, tak menyangkal apa yang diucapkan oleh orang nomor satu di DKI Jakarta ini.

Dia menilai ucapan Anies tak ada yang salah.

"Terkait statement itu ya wajar, karena memang air itu qadarullah. Air selalu dari atas ke bawah," ujar Sri kepada TribunJakarta.com, Minggu (21/1/2021).

"Air itu dari Puncak, Bogor, Depok, dan semuanya akan turun ke Jakarta dan itu terjadi," imbuh Sri.

"Kalau disana Puncak, Bogor itu besar hujannya, ya potensi melalui Sungai Ciliwung atau pun Pesanggrahan ya akan turun (air) ke Jakarta. Nah inilah yang memang menjadi catatan bagi kita semua. Nah ini yang terjadi,"

Lanjut Sri, kondisi topografi DKI Jakarta memang berada di bawah Kota Depok.

"Ya memang dari atas turun terus ke Cibinong, terus turun ke Depok, turun ke Condet, dan masuk ke Jakarta."

"Artinya ya memang seperti itu air turun dari atas ke bawah," bebenrya.

Menilai topografi Jakarta di bawah Depok, risikonya akan mendapat air kiriman.

"Memang kondisi topografi DKI Jakarta itu posisinya ada di bawah, memang risikonya itu."

Baca juga: Relawan FPI Dihalang-halangi saat Evakuasi Banjir, Kuasa Hukum: Biar Mereka yang Ribet dan Pusing

Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama semua pihak menghadapi cuaca ekstrem seperti saat ini.

"Harus siap-siaplah menjaga, gimana caranya umpama kalau air kelebihan banyak ya cepat menyurutkan saja," ucap dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved