Sisi Lain Metropolitan
Suka Duka Pelukis Spanduk Pecel Lele, Hartono Kerap Dikomplain Akibat Salah Ejaan hingga Cat Luntur
Sebagian besar spanduk pecel lele karya Hartono (51) telah menghiasi berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke ujung Papua.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
Ia merasa bahwa nama Paijo merupakan nama jadul alias jaman dulu. Ada niat Hartono untuk menambahkan huruf D di antara nama itu.
"Pemahaman saya nama Paijo itu orang zaman dulu. Berarti hurufnya itu ejaan lama. Sebelum huruf J saya tambahkan D jadi Paidjo," ceritanya.
Eh, setelah spanduk tulisan rampung, inisiatif Hartono malah berujung komplain.
Sebagai pemilik warung pecel lele, Paijo berkeberatan karena namanya nanti tidak sesuai dengan nama usaha di aplikasi layanan makanan.
"Orangnya komplain enggak mau nanti enggak sesuai dengan nama yang di-grab. Akhirnya dibuat lagi," lanjutnya.
Dari pengalaman itu, Hartono belajar bahwa inisiatif tak melulu menuai apresiasi, malah bisa membawa petaka bagi usahanya.
"Saya berkesimpulan kita mesti hati-hati enggak boleh gegabah itu juga jadi pelajaran buat saya. Harus benar-benar tahu maunya pelanggan seperti apa,"pungkasnya.
Ini Kisah Hartono, Pelukis Ribuan Spanduk Pecel Lele
Sebagian besar spanduk pecel lele karya Hartono (51) telah menghiasi berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke ujung Papua.
Dari sebuah rumah kontrakan sederhana seluas 3 x 12 meter, pria asal Desa Ngayung, Maduran, Jawa Timur itu telah menelurkan sekitar 4.000-an karya spanduk lukisan pecel lele.
Jumlah pengusaha pecel lele yang mengandalkan jasa lukisnya pun kian bertambah.
Hartono terlihat santai duduk di depan laptop sambil melihat-lihat desain spanduk pecel lele di rumah kontrakannya di kawasan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Bekasi.
Hari itu, pada Sabtu (20/2/2021) ia tampak senggang. Bila sedang ada pesanan, Hartono enggan menerima tamu lantaran waktunya banyak tercurahkan untuk menyablon dan melukis spanduk.
"Kalau saya ada tamu, biasanya saya cari waktu saat tidak sedang membuat spanduk. Soalnya, akan memakan waktu lama," ujarnya sambil menghembuskan asap rokok.
Hartono bercerita tentang masa lalunya saat merantau ke Jakarta pada tahun 1992. Ia tak langsung menjadi seorang pelukis spanduk pecel lele kala itu.