Sisi Lain Metropolitan

Usaha Pecel Ayam Bangkrut, Rudi Banting Stir Jadi Pedagang Balon Air Keliling

Rudi (33) dan banting stir jadi pedagang balon air keliling karena usaha pecel ayam yang didirikannya bangkrut.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Nur Indah Farrah Audina
Rudi, pedagang balon air di kawasan Jakarta Timur, Jumat (26/2/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Tertipu oknum tak bertanggung jawab, usaha pecel ayam milik Rudi (33) dan banting stir jadi pedagang balon air keliling.

Keringat tampak bercucuran dari dahi Rudi. Ia menuturkan telah berjalan puluhan kilometer sedari pagi.

Penutupan sejumlah sekolah, membuatnya menempuh perjalanan yang kian jauh.

Sepinya pembeli selama pandemi, membuat ia harus berjalan lebih pagi dan lebih jauh untuk mendapatkan pundi rupiah.

"Ini namanya balon air. Saya sudah beberapa tahun belakang jualan ini karena punya usaha bangkrut," katanya kepada TribunJakarta.com, Jumat (26/2/2021).

Rudi mengatakan sempat memiliki usaha pecel ayam. Sekira tahun 2011 ia memutuskan untuk membuka usaha tersebut setelah berhenti dari pekerjaan sebelumnya sebagai kuli bangunan.

Dengan meminjam modal Rp 30 juta dari saudaranya, ia membuka usaha tersebut di daerah Jakarta Selatan.

Setelah berjalan 1,5 bulan, ia justru tertipu lantaran lapak yang ia tempati justru tanah sengketa.

Alhasil, uang sewa yang sudah dibayarkannya hangus begitu saja sementara usahanya harus gulung tikar.

"Jalan 1,5 bulan ternyata enggak boleh jualan di tanah itu. Jadi mulai bangkrut. Modal udah habis banyak," lanjutnya.

Coba bertahan, ia membuka kembali pecel ayam jualannya di daerah Jakarta Barat, namun kembali bangkrut lantaran modal yang tak mencukupi.

"Bangkrut akhirnya. Dapat 3 bulan doang," jelasnya.

Menyisakan hutang, akhirnya ia memutuskan bekerja serabutan di kampungnya, Brebes, Jawa Tengah.

Selanjutnya, di tahun 2012 ia kembali ke Ibukota dan memutuskan menjadi pedagang balon air.

"Ikuti jejak teman akhirnya kerja beginian. Sebagian pendapatan saya kumpulin buat nyicil hutang," jelasnya.

Pendapatan menurun

Bekerja untuk membayar hutang dan kelangsungan hidup keluarga bukanlah pekerjaan yang mudah.

Dalam satu hari omset yang didapatkannya mencapai Rp 150 ribu.

Dari jumlah tersebut, setengahnya merupakan keuntungan bersih. Namun belum dikurangi untuk membayar hutang.

"Bisa dapat Rp 150 ribu. Tapi nanti saya sisakan untuk cicil hutang. Alhamdulillah sudah kebayar Rp 20 juta," ungkapnya.

Naas, selama pandemi membuat pendapatannya menurun.

Meski keluar sedari pagi hingga sore, ia hanya mendapatkan pemasukan sekira Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu.

Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Sabtu 27 Februari 2021, Virgo Segera Nyatakan Perasaanmu!

Baca juga: Masyarakat Terapkan Gaya Hidup Sehat, Pemerintah Diminta Prioritaskan Produk Ekolabel

Baca juga: Tancap Gas Usai Dilantik Presiden, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah Akselerasi Warkop Digital

"Susah banget kalau sekarang. Untungnya saudara saya ngertiin, jadi saya bilang ekonomi lagi begini. Jadi sekarang cari uang untuk makan sehari-hari aja. Untuk hutang ketunda," jelasnya.

Saat ini Rudi berharap pandemi segera berakhir dan dia bisa bangkit serta membuka usaha lagi.
"Harapan saya bisa buka usaha lagi. Biar bisa bawa keluarga ke Jakarta buat tinggal bareng. Kalau sikon begini kan, keluarga di kampung," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved