Buka Front dengan Moeldoko, SBY Malah Diserang Balik Marzuki Alie dan Darmizal

Gejolak isu kudeta Partai Demokrat menjadi meluas. Darmizal dan Marzuki Alie merupakan dua nama politikus senior Demokrat yang kini menyerang SBY.

Twitter SBY, @SBYudhoyono via Tribunnews.com
Presiden SBY memberi ucapan selamat usai lantik Jenderal Moeldoko sebagai Panglima TNI pada 30 Agustus 2013. Gejolak isu kudeta Partai Demokrat menjadi meluas dan membuat tujuh kader partai berlambang mercy itu dipecat. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Gejolak isu kudeta Partai Demokrat menjadi meluas dan membuat tujuh kader partai berlambang mercy itu dipecat.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyeret nama Kepala Staf Presiden Moeldoko terkait isu kudeta, kini malah diserang balik sejumlah kader yang dipecat.

DPP Demokrat telah memecat secara tidak hormat tujuh kader senior partai berlambang mercy itu.

Tujuh kader tersebut adalah, Marzuki Alie, Darmizal, Yus Sudarso, Tri Yulianto, Jhoni Allen Marbun, Syofwatillah Mohzaib, dan Ahmad Yahya.

Darmizal dan Marzuki Alie merupakan dua nama politikus senior Demokrat yang kini menyerang SBY.

Darmizal, menegaskan pemecatan justru menunjukkan wajah asli Ketua Majelis Tinggi PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dia menyebut SBY merupakan sosok yang anti-kritik dan tidak demokratis.

"Tindakan pemecatan ini menunjukkan wajah SBY yang sebenarnya antikritik, tidak demokratis, dan mengelola partai sesuai seleranya dan keluarga," kata Darmizal kepada wartawan di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Sabtu (27/2/2021).

Darmizal mengaku bakal mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) atas pemecatan dirinya secara sepihak oleh partai berlambang mercy itu.

Diketahui, selain dirinya, ada 6 anggota partai lainnya yang diberhentikan oleh Demokrat.

"Dan yang terakhir saya dengan semua yang dipecat itu pasti melakukan perlawanan hukum. Pasti kami lakukan PTUN di Pengadilan Tata Usaha Negara, pasti kami lakukan secepatnya, satu atau dua hari ini," ucap Darmizal.

Darmizal mengatakan, rencana gugatan itu ke PTUN itu merupakan jalur yang tepat bagi kader yang tak terima dipecat oleh Partai yang kini dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu.

"Ini harus menjadi pembelajaran di kemudian hari jika ada yang dipecat, jika ada yang diberhentikan dia merasa keberatan, merasa tidak nyaman akan hal itu, ada jalurnya. Jalur yang terbaik itu adalah Pengadilan Tata Usaha Negara," ujarnya.

Marzuki Alie Ungkap Kebohongan SBY

Mantan Ketua DPR dan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie. Sejumlah nama diduga ingin melakukan kudeta terhadap kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Mantan Ketua DPR dan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie. Sejumlah nama diduga ingin melakukan kudeta terhadap kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. (Tribunnews.com/Herudin)

Marzuki Alie mengungkap kebohongan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga menjulukinya sebagai Mr No Thank You.

Diketahui, Marzuki Alie dipecat dari Partai Demokrat karena dinilai terbukti melakukan pelanggaran etika.

Marzuki Alie membantah ada upaya menjual Partai Demokrat dengan pihak eksternal.

Anggapan tersebut diistilahkan karena Susilo Bambang Yudhoyono menganggap Partai Demokrat milik pribadi.

“Partai ini kan partai terbuka, siapa saja bisa masuk, tapi Pak SBY menjadikan ini partai dinasti, jelas kok kalau liat janjinya, disitulah saya bilang rezim ini, rezim pembohong. Nanti saya buka satu-satu pembohongnya SBY itu,” kata Marzuki Alie saat dihubungi KOMPAS.TV, Jumat (26/2/2021).

Marzuki lebih lanjut mengungkap bagaimana SBY melakukan kebohongan seperti halnya saat agenda Partai Demokrat di Bali.

Saat itu, Marzuki mengatakan SBY menginginkan maju tetapi minta seolah-olah kader yang memintanya maju.

“Kan pembohong namanya, gimana? Seolah-olah kita minta ke dia. Tapi syaratnya harus aklamasi, Marzuki Alie suruh mundur, itu rezim apa namanya, kalau tidak pembohong,” kata Marzuki.

“Tidak berani berhadapan, tapi menggunakan tangan-tangan orang, menganggap di situ seolah-olah penyelamat selalu, padahal dia datang minta tolong, padahal itu ambisinya dia,” tambah Marzuki.

“Tidak berani berhadapan, tapi menggunakan tangan-tangan orang, menganggap di situ seolah-olah penyelamat selalu, padahal dia datang minta tolong, padahal itu ambisinya dia,” tambah Marzuki.

Marzuki mengaku, terpaksa bicara keras karena SBY tidak melihat sama sekali kebersamaan selama beberapa tahun.

“Dia no body loh nyebrang dari Ketapang ke Gilimanuk, di atas kapal yang damping SBY itu siapa? Saya, Hadi Utomo, Jhoni Allen, Pak Budi. Jadi no body dia tuh waktu itu,” ungkap Marzuki.

“Sekarang mentang-mentang berkuasa, enak, lupa dia, siapa yang temani dia di sana, di kapal penyeberangan waktu kampanye pertama kali di Banyuwangi, di anjungan kapal, di tempat kemudi,” tambah Marzuki.

Marzuki mengingatkan SBY jangan seolah-olah melihat orang-orang numpang hidup kepadanya. Di Partai Demokrat, sambung Marzuki, kita berjuang bersama-sama berkorban mulai dari jabatan, materi, waktu, dan keluarga.

“Tidak dilihat sama sekali, makanya disebut SBY itu Mr No Thankyou. Orang yang tidak pernah berterimakasih, nanti waktunya karma pasti ada, itu yang kata Anas (Anas Urbaningrum -red) bilang, itu pasti terjadi, percayalah, dia (SBY red) percaya Allah, Saya percaya Allah. Tapi nanti yang akan bicara bener itu akan kelihatan nanti,” tegasnya.

SBY Seret Nama Moeldoko

Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menjenguk Ani Yudhoyono. Kedatangan Cak Imin disambut oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menjenguk Ani Yudhoyono. Kedatangan Cak Imin disambut oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). (Instagram/@cakiminow)

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
membenarkan bahwa Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.

Surat itu dikirim akibat ada dugaan pelibatan pejabat tinggi pemerintahan yang dekat dengannya mendukung Gerakan Pengambilan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK PD).

"Meskipun Partai Demokrat memiliki keyakinan, setidaknya harapan, bahwa isu keterlibatan pemimpin dan pejabat pemerintahan itu tidak terjadi, dan hal itu boleh jadi hanya merupakan fitnah atau pembusukan politik, secara moral Partai Demokrat memang perlu mengirimkan surat tersebut," ujar SBY, dalam video yang diterima Tribunnews.com, Rabu (24/2/2021).

Dalam video itu, SBY juga menyinggung nama Kepala Staf Presiden Moeldoko. Moeldoko adalah pejabat yang diduga terlibat dalam isu kudeta partai berlambang mercy itu.

SBY meyakini apa yang dilakukan Moeldoko terkait kudeta itu dilakukan tanpa sepengetahuan Presiden Jokowi.

"Secara pribadi, apa yang dilakukan Moeldoko adalah di luar pengetahuan Presiden Jokowi. Saya juga yakin bahwa Presiden Jokowi miliki integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu," jelasnya.

"Partai Demokrat justru berpendapat apa yang dilakukan Moeldoko tersebut sangat mengganggu, merugikan nama baik beliau (Jokowi)," imbuhnya.

Tak hanya itu, SBY juga meyakini nama Menkopolhukam Mahfud MD, Menkumham Yasonna Laoly, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo hingga Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan dicatut namanya dalam hal ini.

"Saya juga punya keyakinan bahwa nama Menkopolhukam Prof Mahfud, dan Menkumham Yasonna Laoly juga dicatut namanya. Demikian juga nama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Kabin Jenderal Budi Gunawan, yang juga disebut-sebut namanya," kata SBY.

"Partai Demokrat tetap percaya, bahwa para pejabat tersebut memiliki integritas, betul-betul tidak tahu menahu, dan tidak masuk di akal jika ingin mengganggu Partai Demokrat," pungkasnya

Respon Moeldoko

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, saat konferensi pers, di kediamannya, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/2/2021) sore.
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, saat konferensi pers, di kediamannya, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/2/2021) sore. (TribunJakarta.com/Muhammad Rizki Hidayat)

Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko heran polemik ditubuh partai Demokrat termasuk isu kudeta yang menyeret namanya belum juga rampung.

Hal itu dikatakan Moeldoko merespon pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut kudeta partai Demokrat menyeret nama Moeldoko tanpa sepengetahuan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Memang belum selesai di Demokrat? Saya pikir sudah selesai. Kan saya enggak ngikutin ya," kata Moeldoko di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (25/2/2021).

Moeldoko mengatakan selama ini ia tidak mengikuti perkembangan partai Demokrat.

Selain mengurus pekerjaan di KSP, ia harus mempersiapkan rencana pernikahan putrinya.

"Sehingga dalam 3 minggu terakhir ini saya sibuk mengurusi itu ya. 3-4 minggu terakhir ini. Sehingga saya ga ngerti tuh perkembangan internal seperti itu, saya pikir sudah selesai," katanya.

Baca juga: Emosi Bubarkan Tawuran, Polisi Aniaya Warga hingga Babak Belur, Begini Nasibnya Sekarang

Baca juga: Artidjo Alkostar Meninggal Dunia, Menkopolhukam Mahfud MD Sambangi Kediaman Almarhum

Baca juga: Pengendara Moge Ditendang Paspampres Ngebut di Ring 1 Istana Negara Dipanggil Polisi Besok

Moeldoko memperingatkan pihak-pihak yang menudingnya merencanakan kudeta partai Demokrat, agar tidak terus menekannya.

"Jadi janganlah menekan-nekan saya. Saya diam, jangan menekan-nekan dan saya ingin mengingatkan semuanya ya," katanya.

Menurut Moeldoko apabila terus ditekan ia bisa mengambil sejumlah tindakan untuk meresponnya.

Karena ia sama sekali tidak tahu menahu isu kudeta tersebut.

"Jadi saya berharap jangan menekan saya seperti tadi saya katakan, saya tidak tahu situasi itu, saya pesan seperti itu saja karena saya punya hak seperti apa yang saya yakini. Itu saja makasih," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Namanya Disebut SBY dalam Isu Kudeta Demokrat, Moeldoko: Saya Diam, Jangan Terus Menekan,

Artikel telah tayang di Kompas TV berjudul Marzuki Alie: Nanti Saya Buka Satu-Satu Pembohongnya SBY

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sejumlah Kader Dipecat Demokrat, Darmizal: Ini Menunjukkan Wajah SBY Sebenarnya, 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved