Sejarah Perusahaan Bir PT Delta Djakarta, Ada Sejak Zaman Belanda Diambil-alih Ali Sadikin
Simak sejarah perusahaan bir PT Delta Djakarta Tbk yang setor keuntungan rata-rata Rp 38 miliar pertahun ke Pemprov DKI Jakarta.
Namun saat ini, Pemprov DKI memutuskan untuk mengalihkan saham Delta Djakarta milik BP IMP Jaya ke bagian miliknya atau menjadi satu nama.
Sejarah Delta Djakarta
Dalam sejarahnya, Delta Djakarta awalnya berdiri di era Hindia Belanda pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij NV yang kemudian berganti nama menjadi NV De Oranje Browerij.
Pada tahun 1958 atau saat Pemerintah Indonesia banyak melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, perusahaan bir ini ikut diambil alih oleh negara lewat Perusahaan Negara Perindustrian Rakyat Budjana Yasa.
Beberapa tahun kemudian, perusahaan ini kemudian dialihkan menjadi BUMD milik Pemprov DKI Jakarta di bawah PT Budjaya Djaja.
Saat itu, Gubernur DKI Jakarta adalah Ali Sadikin.
Baru di tahun 1970, namanya resmi berganti menjadi PT Delta Djakarta.
Menurut laman resmi Delta Djakarta, pada tahun 1984 perusahaan kemudian melantai di pasar modal lewat Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang saat ini digabung menjadi Bursa Efek Indonesia.
Pencatatan menjadi perusahaan terbuka ini dilakukan perseroan untuk mendapatkan dana segar guna melakukan ekspansi bisnisnya.
Barulah pada tahun 1990, raksasa bir asal Filipina San Miguel masuk dalam struktur kepemilikan saham Delta Djakarta.
Bisnis perusahaan bir ini terus berkembang pesat.
Lantaran permintaan bir terus meningkat di pertengahan tahun 1990-an, PT Delta Djakarta Tbk membangun fasilitas produksi di Bekasi, Jawa Barat.
Merek terlarisnya yakni bir Anker.
Janji Anies jual saham Delta
Pada tahun 2017 silam atau saat masa Pilkada Pilgub DKI Jakarta, Anies Baswedan sempat menyatakan untuk melepas saham di Delta Djakarta dan menjadikannya sebagai salah satu janji kampanye jika terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta.