Misteri Nazaruddin Masuk Polemik KLB Demokrat, Analisa Pasek Kubu Moeldoko Kirim Sinyal ke Kubu AHY
Sekjen PPI Gede Pasek Suardika menganalisa sosok M Nazaruddin masuk dalam pusaran polemik KLB Partai Demokrat.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Sekjen Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Gede Pasek Suardika menganalisa sosok M Nazaruddin masuk dalam pusaran polemik KLB Partai Demokrat.
KLB Partai Demokrat atau yang dikenal KLB Deliserdang telah memutuskan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai ketua umum Partai Demokrat.
Sedangkan, M Nazaruddin yang ikut dalam KLB Deliserdang merupakan mantan bendahara Demokrat merupakan terpidana kasus korupsi proyek Wisma Atlet Hambalang.
"Sepertinya dua kubu memaksimalkan posisi koruptor tersebut secara terbuka dengan narasi yang berbeda. Banyak jejak digital tentang Nazar," tulis Gede Pasek Suardika melalui akun twitternya @G_paseksuardika, Kamis (11/3/2021).
Sementara itu di kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), kata Pasek, sosok Nazar ditembak dengan isu sebagai bandar KLB.
Dimana terdapat kesaksian seorang wakil ketua DPC yang ikut diberikan uang Rp 5 juta dan ditipu karena bukan mendapatkan Rp 100 juta.
"Bak di dirigen semua langsung mengkapitalisasi isu ini. Isu besarnya,. Koruptor di balik kubu Moeldoko," tulis Pasek.
Di sisi lain, tutur eks politikus Demokrat itu, upaya mengisukan Moeldoko dibiayai para cukong.
Selain isu punya kekayaan banyak seakan menjadi narasi yang bertabrakan secara logika politik.
"Saya justru melihat, ada kesengajaan menggaet Nazar dimainkan secara terbuka di kubu Deli Serdang seakan kirim sinyal," kata Pasek.
"Sinyal bahwa masih banyak data-data yg belum dibuka oleh orang yg dulu saya sebut Koruptor Paling Sakti di Indonesia itu. Cukup banyak di YouTube pernyataannya soal dana Pilpres, soal aliran dana ke pangeran dan lainnya. Tampaknya politik simbol sedang dimainkan kubu Moeldoko," imbuhnya.
Ia menilai narasi uang Rp 5 juta sebenarnya kalah jauh dengan dengan pesan terbuka yang mau diledakkan kubu Moeldoko.
"Saya pun lama bingung, masak strategi Jenderal memakai figur yang antagonis menjaga citranya. Apalagi kasus2 yg dinyanyikan nazar blm kedaluwarsa," tulisnya.
Sahabat Anas Urbaningrum itu yakin Nazaruddin punya cerita mengenai siapa yang membujuk dirinya untuk mengarah ke Mantan Ketum Demokrat Anas Urbaningrum.
"Permainan emosi itu tampaknya sedang dikirimkan secara tertutup ke kubu Cikeas. Saya yakin,jika kubu Cikeas menyerang terbuka sosok Nazar, itulah yg ditunggu kubu Moeldoko. Muntahan pernyataan, data, dokumen tentang gurita korupsi akan ditembakan," kata Pasek.
Menurut Pasek, kubu Moeldoko sangat paham battle field dan siapa yang dihadapi. Sehingga politik hadang depan memasang Nazar seakan morse peperangan kemana bidikan akan diarahkan.
"Saya menduga battle field tdk hanya di medsos, Kumham dan PTUN. Tetapi ke KPK," tuturnya,
"Bayangkan jika dokumen lengkap, aliran uang dan rahasia lainnya diungkap krn Nazar berteriak maka isu bisa bergeser bahkan bisa menutupi isu korupsi Benih Lobster dan Bansos. Hiruk pikuk bisa berpindah. Tampaknya kubu AHY terjebak membidik Nazar Krn itu yg ditunggu lawannya," kata Pasek.
"Kita lihat saja ke depannya, akankah kuda troya Nazar bermanfaat bagi kubu Moeldoko atau justru menjadi bantal empuk serangan kubu Cikeas. Apa yang muncul di permukaan berbeda jauh dengan pertarungan arus deras dibawah air. Penonton selalu diajak berpikir adu strategi," ujar Pasek.
Pasek menilai secara permainan bebrapa kali kubu Cikeas keteteran akibat terlalu agresif menyerang ke semua lini.
"Mau minta tlg pemerintah tp pemerintah ditembaki, dari Jokowi sampai Menkumham sehingga keluar pernyataan marah. Lalu polisi juga dinarasikan intervensi. Pdhl semua juga tahu, Intel dibawah perlu tahu pemetaan utk hindari konflik politik di daerah. Bukan utk memihak," kata Pasek.
Pasek mengatakan pernyataan kubu AHY yang mengaku solid 100 persen terbantahkan dengan banyaknya pemecatan.
"Geruduk Kemenkumham utk menakut-nakuti juga sangat negatif sekali citranya. Lalu dilawan dg datang nyaris tanpa suara dari kubu lawannya.Perang strategi antar Jenderal," jelas Pasek.
"Strategi antar Jenderal dimana yang satu pasang Nazar dan satunya pasang Mayor. Nazar pun belum bersuara, baru mainkan foto-foto saja. Jebakan duit Rp 5 juta sdh buka sedikit kotak pandora akan perannya. Akankah termakan mainan kubu Moeldoko, kita lihat saja kemudian," katanya,
Melihat fakta diatas, Pasek pun mencoba menganalisa alasan kubu Moeldoko memasang Nazaruddin secara terbuka.
"Mencoba menganalisa: kok begitu teledornya kubu Moeldoko pasang Nazar secara terbuka & akhirnya sampai pada analisa ini. Untuk pastinya tentu kita berharap kubu Cikeas tembaki Nazar agar analisa ini labih sahih pengujiannya," kata Pasek.

Diketahui, Nama M Nazaruddin terseret dalam konflik yang terjadi di Partai Demokrat antara kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Moeldoko.
Terseretnya nama Nazaruddin terlontar dari kesaksian kader Partai Demokrat kubu AHY yang mengaku mengikuti jalannya Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/) lalu.
Dikutip dari Youtube AHY, kader tersebut bernama Gerald Piter Runtuthomas yang menyeret nama Nazaruddin saat KLB lalu.
Ia menyebut Nazaruddin memberi uang sekitar Rp 5 Juta kepadanya dan beberapa peserta lainnya.
"Saya hanya mendapat uang 5 juta dari hasil KLB, kami memberontak karena tidak sesuai harapan."
"Tiba-tiba dipanggil dan ditambahin uang Rp 5 Juta oleh bapak M nazaruddin," ucap Gerald, Senin (8/3/2021).
Baca juga: Kubu Moeldoko Niat Kuasai Kantor Demokrat di Proklamasi, Hinca Tak Terima: Enak Aja Kau Ambil
Baca juga: Jhoni Allen Benarkan Ada Campur Tangan Pemerintah dalam Kongres Partai Demokrat, Tapi Tahun 2010
Baca juga: Detik-detik Eha Nuraeti Berupaya Selamatkan Diri dari Kecelakaan Maut di Sumedang