Perayaan Nyepi di Pura Aditya Jaya Rawamangun Terapkan Protokol Kesehatan Ketat

Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943 di Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta Timur digelar dengan protokol kesehatan ketat.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Suasana perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943 di Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (13/3/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, PULOGADUNG - Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943 di Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta Timur digelar dengan protokol kesehatan ketat.

Hari Raya Nyepi merupakan tradisi keagamaan yang secara turun menurun dilakukan oleh umat Hindu di seluruh Nusantara.

Meski pandemi, rangkaian acara di Pura Aditya Jaya Rawamangun tetap dilangsungkan dengan pembatasan jumlah umat hingga waktu.

Selain itu, tema Nyepi tahun ini ialah dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian dapat meningkatkan kebersamaan umat dalam rangka menegakan kesatuan persatuan Indonesia.

Panitia Pelaksana Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1943, Ide Bagus Djayapati mengatakan ada empat tata cara pelaksanaan Nyepi, yakni Upacara Melasti, Tawur Agung Kesanga, Nyepi atau Catur Brata Penyepian dan Ngembak Gni.

Digelar sedari Kamis (11/3) lalu, Upacara Melasti telah berlangsung du Pura Segara Cilincing, Jakarta Utara.

Kemudian, Tawur Agung Kesanga dilaksanakan di lokasi ini yang dihadiri oleh perwakilan umat di wilayah DKI Jakarta.

"Tawur Agung Kesanga maknanya kita  membayar utang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebab selama hidup kita ini kita sudah menikmati hasil-hasil alam yang diciptakan Tuhan YME seperti air, angin, api, buah-buahan, pohon-pohanan sehingga kita bisa ikut (menikmati) sampai saat ini," katanya di lokasi, Sabtu (13/3/2021).

Sementara untuk Nyepi atau Brata Penyepian akan jatuh pada Minggu (14/3), di mulai sejak matahari terbit hingga keesokan harinya saat matahari terbenam.

Lalu, Ngembak Gni akan berlangsung pada Senin (15/3), di mana umat Hindu melaksanakan simakrana, silaturahmi, saling bermaafan antar keluarga, umat dan masyarakat di lingkungan.

Suasana perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943 di Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (13/3/2021).
Suasana perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943 di Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (13/3/2021). (TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Baca juga: Kisah Pak Kentir Pemulung Sampah di Kali Ciliwung, Dua Anaknya Sukses Menjadi Pegawai Negeri

Baca juga: Aurel Dilamar Atta Halilintar, Terkuak 5 Mantan Kekasih Putri Anang dari Pilot hingga Anak Pejabat

Baca juga: Moeldoko Diminta Mundur dari Ketum Demokrat versi KLB, Bersediakah?

"Tahun sebelumnya dihadiri ribuan umat se-Jabodetabek dan saat ini dibatasi karena dari pemerintah kita mendapatkan arahan, yang penting setengah dari luas area tempat ibadah," jelasnya.

"Untuk umat yang lain kita imbau untuk berdoa atau bersembahyang dari rumah masing-masing. Virtual? Nggak ada. Di sini dimulai pukul 09.00-12.30 WIB. Sorenya dilanjutkan di rumah masing-masing upacara serupa dengan skala yang lebih kecil," tandasnya.

Untuk diketahui, Tawur Agung Kesanga merupakan upacara Bhuta Yadnya.

Di mana secara simbolis ritual penyucian alam semesta yang dilaksabakan sehari sebelum Catur Brata Penyepian atau Hari Suci Nyepi.

Upacara Ini bermakna sebagai wujud keselarasan antar umat manusia dengan alam, dan biasanya pada sore atau malam hari akan digelar upacara Pengerupukan ke seluruh pelosok desa yang bermakna untuk menetralisir unsur negatif dari alam.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved