Kehidupan Pahit Anton Medan, Memutuskan Hijrah dan Sudah Siapkan Makam 3 Tahun Lalu Sebelum Wafat
Kehidupan pahit Anton Medan yang kini memutuskan hijrah, sudah siapkan makam sejak tiga tahun lalu sebelum meninggal dunia.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Rr Dewi Kartika H
Satu diantaranya ketika kerusuhan tahun 1998. Kendati begitu, ia menolak untuk bersaksi kecuali Komnas HAM membersihkan namanya terlebih dahulu.
FOLLOW JUGA:
Tak hanya itu, Anton Medan pernah mengaku mempelajari agama Islam dari sel penjara. Hal itu karena, ia memang bolak-balik ditahan karena aksinya di dunia kriminal.
Meski begitu, ia juga belajar mendalami agama Islam dari sejumlah guru termasuk dari NU dan Muhammadiyah.
Baca juga: Beda Mimik Aurel saat Bareng Krisdayanti dan Ashanty di Lamaran, Hal Disembunyikan Ini Terkuak
"Akhirnya, hati saya pun menjadi tenang," jelas Anton Medan.
Anton Medan masuk islam pada 1992 dan mendirikan Masjid Jami' Tan Hok Liang di areal Pondok Pesantren At-Ta'ibin, Pondok Rajeg, Cibinong, Jawa Barat.
Siapkan Makam
Anton Medan rupanya telah menyiapkan makamnya sejak tiga tahun lalu di Pondok Pesantren At-Taibin, Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor.
Pria pemilik nama Tionghoa, Tan Kok Liong, sejak dulu bercita-cita membangun sebuah pondok pesantren bagi mualaf Tionghoa dan mantan narapidana yang ingin belajar agama.
Pada 2002 cita-citanya terwujud membangun sebuah pondok pesantren. Saat itu yang pertama kali dibangun oleh Anton yakni kuburan.
"Yang dibangun pertama Bapak (Anton Medan, red) kuburannya dulu, terus dilanjutin ngebangun pondok pesantren," kata Deni Chunk (41), pengurus Pondok Pesantren At-Taibin kepada TribunnewsBogor.com.
Baca juga: Rasakan Nikmatnya Ayam Goreng Presto Cipete, Jualan Sejak 1986: Dagingnya Gurih, Tulangnya Lunak
Lokasi yang nantinya menjadi tempat pemakamam Anton berada tepat di sebalah kanan Masjid Tan Kok Liong yang di desain dengan gaya bangunan Tionghoa.
Kuburan itu memiliki kedalaman sekitar 160 sentimeter dan panjang 2 meter yang saat ini dijadikan pendopo bagi tamu yang berkunjung ke pondok pesantren tersebut.
"Tadinya enggak ditutup meja, tapi takutnya bahaya akhirnya ditutup jadi lebih terlihat rapih," sambung Deni.
Selain pondok pesantren di lokasi tersebut yayasan mendirikan sekolah dengan sistem asrama. Dahulu yang tinggal di asrama sampai 500 orang.