Kehidupan Pahit Anton Medan, Memutuskan Hijrah dan Sudah Siapkan Makam 3 Tahun Lalu Sebelum Wafat
Kehidupan pahit Anton Medan yang kini memutuskan hijrah, sudah siapkan makam sejak tiga tahun lalu sebelum meninggal dunia.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok Anton Medan telah meninggal dunia pada hari Senin sore (15/3/2021).
Pria dengan nama Tan Hok Liang ini tutup usia setelah berjuang melawan stroke dan diabates.
Hal ini diakui Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa (PITI), Ipong Hembiring Putra dilansir dari Kompas.com.
"Meninggal dunia karena stroke dan diabetes," ucap Ipong Hembiring.
TONTON JUGA:
Tak cuma dikenal sebagai penceramah, Anton Medan juga pernah menjadi Ketua Umum PITI.
Sebelum menjadi mualaf, Anton Medan dikenal sebagai sosok yang lekat dengan dunia kejahatan.
FOLLOW JUGA:
Baca juga: Tudingan Amien Rais Dibantah Mahfud MD, Presiden Tak Bisa Ubah Masa Jabatan: Jokowi Tak Setuju
Sosok Anton Medan kerap kali keluar masuk penjara, ia sempat mengaku sekitar 14 kali keluar masuk bui.
Anton Medan juga pernah masuk penjara sewaktu masih menjadi perampok dan bandar judi.
Anton mengaku dirinya semula merupakan penganut agama Buddha, lalu beralih ke Kristen dan akhirnya Islam.

Memiliki beragam cerita asam pahit kehidupan di bui, Anton Medan saat itu membandingkan bedanya penjara di masa sebelum reformasi dengan saat ini.
Anton Medan menilai, penjara saat ini sudah jauh lebih baik.
"Kalau dulu, mindset -nya masih penjajah. Penjara itu buat nyiksa orang. Setelah diubah menjadi lapas, baru penjara menjadi tempat pembinaan," papar Anton Medan.
Lebih lanjut, Anton Medan menegaskan, sempat merasakan kehidupan pahit di balik hotel prodeo tersebut.
Baca juga: Cerita Kocak Nia Ramadhani saat Ardi Bakrie Ijab Kabul, Terheran Lihat Sikap Kekasih ke Papa Mertua
Satu diantaranya ketika kerusuhan tahun 1998. Kendati begitu, ia menolak untuk bersaksi kecuali Komnas HAM membersihkan namanya terlebih dahulu.
FOLLOW JUGA:
Tak hanya itu, Anton Medan pernah mengaku mempelajari agama Islam dari sel penjara. Hal itu karena, ia memang bolak-balik ditahan karena aksinya di dunia kriminal.
Meski begitu, ia juga belajar mendalami agama Islam dari sejumlah guru termasuk dari NU dan Muhammadiyah.
Baca juga: Beda Mimik Aurel saat Bareng Krisdayanti dan Ashanty di Lamaran, Hal Disembunyikan Ini Terkuak
"Akhirnya, hati saya pun menjadi tenang," jelas Anton Medan.
Anton Medan masuk islam pada 1992 dan mendirikan Masjid Jami' Tan Hok Liang di areal Pondok Pesantren At-Ta'ibin, Pondok Rajeg, Cibinong, Jawa Barat.
Siapkan Makam
Anton Medan rupanya telah menyiapkan makamnya sejak tiga tahun lalu di Pondok Pesantren At-Taibin, Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor.
Pria pemilik nama Tionghoa, Tan Kok Liong, sejak dulu bercita-cita membangun sebuah pondok pesantren bagi mualaf Tionghoa dan mantan narapidana yang ingin belajar agama.
Pada 2002 cita-citanya terwujud membangun sebuah pondok pesantren. Saat itu yang pertama kali dibangun oleh Anton yakni kuburan.
"Yang dibangun pertama Bapak (Anton Medan, red) kuburannya dulu, terus dilanjutin ngebangun pondok pesantren," kata Deni Chunk (41), pengurus Pondok Pesantren At-Taibin kepada TribunnewsBogor.com.
Baca juga: Rasakan Nikmatnya Ayam Goreng Presto Cipete, Jualan Sejak 1986: Dagingnya Gurih, Tulangnya Lunak
Lokasi yang nantinya menjadi tempat pemakamam Anton berada tepat di sebalah kanan Masjid Tan Kok Liong yang di desain dengan gaya bangunan Tionghoa.
Kuburan itu memiliki kedalaman sekitar 160 sentimeter dan panjang 2 meter yang saat ini dijadikan pendopo bagi tamu yang berkunjung ke pondok pesantren tersebut.
"Tadinya enggak ditutup meja, tapi takutnya bahaya akhirnya ditutup jadi lebih terlihat rapih," sambung Deni.
Selain pondok pesantren di lokasi tersebut yayasan mendirikan sekolah dengan sistem asrama. Dahulu yang tinggal di asrama sampai 500 orang.
Berdirinya Pondok Pesantren At-Taibin bermula ketika Anton Medan ingin menysiarkan Islam dengan membangun pesantren pada 2002 lalu.
Baca juga: Pegawai Warkop Dapat Berkah Didatangi Anies Baswedan Tapi Tak Minta Foto Bareng: Enggak Sebanding
"Cita-cita bapak ingin bangun pesantren untuk mualaf Tionghoa, makannya didirikan pondok pesantren ini. Pembangunan sekitar dua tahun, baru mulai beroperasi pada 2004," terang Deni.
Sekolah yang di dalamnya juga terdapat pondok pesantren bagi mantan narapidana dan mualaf Tionghoa ini berdiri di atas lahan seluas 1,6 hektare.
Saat ini yayasan sudah tidak aktif lagi sejak beberapa tahun lalu.

Yang masih tersisa hanya pondok pesantren bagi eks narapidana serta mualaf Tionghoa yang ingin belajar ilmu agama.
Setiap bulan ada saja eks narapidana yang datang untuk mondok di sini. Menjelang Ramadan para santri sudah banyak pulang ke kampung halaman masing-masing untuk ibadah puasa bersama keluarga.
"Emang enggak banyak, kalau bulan puasanya biasanya pada pulang," tukas dia.
Baca juga: 5 Ramuan Tradisional untuk Hilangkan Lipoma Alias Benjolan Lemak, Ini Bahan-bahannya
Menurut Deni, santri mantan narapidana itu selain dibekali ilmu agama juga diajarkan berwirausaha selama berada di pondokan.
Seperti belajar mengelas, beternak hingga menjahit agar setelah mereka keluar sudah punya bekal keahlian untuk melanjutkan hidupnya dan tidak kembali terjerumus dalam dunia hitam.
"Mereka diajarin baca Alquran dan salat. Ada juga alumni yang sekarang sudah bisa membuka pondok pesantren sendiri di kampungnya," kata lelaki yang juga guru di ponpes tersebut.
Ada yang mencolok dari arsitektur bangunan di pondok pesantren Anton. Hampir semua artsitekturnya mendapat sentuhan khas Tiongkok.
Gaya khas bangunan Masjid Hok Tek Liong ini sengaja mengambil gaya bangunan Tiongkok sebagai ciri khas Anton yang memang keturunan Tionghoa. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunBogor dengan judul KABAR DUKA Anton Medan Meninggal Dunia
Bolak-balik Masuk Penjara, Ini Kata Anton Medan soal Kehidupan di Lapas
INNALILLAHI Anton Medan Meninggal Dunia, Ini Sosoknya Dulu Perampok Kelas Kakap, Tobat & Jadi Mualaf