Sisi Lain Metropolitan
Cerita Jenderal Gondrong Kerap Hampir Kehilangan Nyawa Kala Membongkar Kasus Narkoba
Namun siapa sangka, pria yang dijuluki Jenderal Gondrong itu kerap hampir kehilangan nyawa saat memberantas narkoba
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Rambut gondrong identik dengan Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Pol Arman Depari.
Namun siapa sangka, pria yang dijuluki Jenderal Gondrong itu kerap hampir kehilangan nyawa saat memberantas narkoba.
Bagi sejumlah orang, sosok Arman Depari tentunya sudah tidak asing. Terutama di kalangan para tahanan narkotika.
Pasalnya, sedari tahun 2016 ia sudah menjabat sebagai Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN).
Arman menceritakan dulunya ia tidak mengetahui banyak hal terkait narkotika.
Namun seiring tanggung jawab yang diembannya ia mulai mempelajari berbagai hal terkait jenis dan penggunaan dari barang haram tersebut.
"Dulu belum mengerti banyak soal narkoba. Lalu akhirnya mulai banyak belajar," katanya di Kantor BNN, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (22/3/2021).
Mengemban tanggung jawab lebih besar, mantan Kapolda Kepulauan Riau tahun 2014-2016 ini rupanya memiliki banyak cerita menarik yang masih terkenang hingga kini.
Kisah tersebut ternyata membawanya selamat dari maut ketika melakukan pengembangan kasus dan mengejar target operasi.
Satu diantara cerita tersebut ialah kala ia berhasil menggagalkan penyeludupan 21 paket berisi sabu seberat 436,30 kilogram di Kepulauan Seribu.
Usai pengembangan kasus, pada Januari 2021 lalu, Arman dan anak buahnya berangkat ke Kepulauan Seribu.
Di tengah cuaca buruk, Arman sudah melihat pantauan cuaca dari BMKG.
Disebutkan akan terjadi badai dan hujan petir, Arman hanya bisa pasrah dan terus berdoa.
Ketar-ketir, Arman sempat merasa ragu sampai seorang dari timnya memulai percakapan lebih dulu ketika ombak besar datang.
"Pak kalau ombaknya agak besar, kita balik aja," kata rekannya.
"Yaudahlah," sahutnya tegas.
Masih terus berdoa, akhirnya ombak besar mulai menghilang dan air laut kembali tenang.
"Ceritanya ombak besar. Lalu kita jalan sambil berdoa. Tapi yang tadinya menurut BMKG badai petir justru tenang," jelasnya.
"Memang cuacanya kan seperti itu. Sempat saya baca juga pukul 21.00 WIB itu akan badai dan hujan petir. Saya juga sempat ragu. Saya pantau BMKG sebelum naik kapal dari Pantai Mutiara. Saya berdoa terus. Untungnya tak separah itu," tambahnya.
Sayangnya, ketika cuaca sudah bersahabat, ujian lain justru datang ketika melakukan pengejaran target.
Demi menggagalkan penyeludupan tersebut, ia harus transit dari satu kapal ke kapal lain.
Klimaksnya, saat transit kapal ia jatuh dan terpeleset.
Laut yang dalam membuatnya pucat pasi dan panik.
Arman mengatakan nyawanya seolah berada diujung tanduk.
Namun, lagi-lagi kuasa Tuhan membuatnya berhasil selamat usai terjatuh dari kapal.
"Jadi untuk bisa merapat ke pantai harus loncat kapal ke kapal. Itu pas transit kapal milik Bakamla itu jatuh karena licin. Ini sempat lebam di bagian kaki kanan," ucapnya.
Baca juga: Sudah 20 Hari Berjalan, Vaksinasi Covid-19 Guru di Tangerang Selatan Belum Rampung
Baca juga: Anies Baswedan Ungguli Ganjar Pranowo Favorit Presiden Pilihan Anak Muda, PDIP: Masih Bisa Terbalik
Baca juga: Detik-detik Pria Tewas Bunuh Diri di Apartemen Ambassador Terekam CCTV

Selanjutnya, kejadian berikutnya ialah kala ia menggagalkan penyeludupan narkotika di Sukabumi, Jawa Barat.
Di mana BNN berhasil menggagalkan penyelundupan narkoba jenis sabu seberat 60 kilogram pada tahun 2014 silam.
Kala melakukan pengembangan kasus, lagi-lagi ia harus mengejar sampai ke perairan Pelabuhan Ratu.
Badai besar yang terjadi kala itu membuatnya hampir membatalkan operasi kala itu.
Bahkan, Arman menyebut itu menjadi satu-satunya kejadian yang membuatnya hampir membatalkan operasi.
"Itu bermula dari pengembangan operasi. Sempat badai besar. Mungkin itu satu-satunya dihidup saya yang ingin membatalkan operasi. Saya melihat badai kok begini," ungkap bapak tiga anak ini.
Arman menceritakan itu pertama kalinya ia melihat badai yang teramat seram.
Daun pohon kelapa yang tinggi dikatakannya sudah menyentuh daratan.
Dingin dan ombak besar tentunya sudah hal yang pasti terjadi saat itu.
"Guidenya mengatakan kalau selama dia di situ, dia baru lihat cuaca begni. Nah itu yang membuat saya ragu untuk melanjutkan operasi itu. Tapi saya batalkan tidak mungkin. Akhirnya saya tanya anak buah melalui HT," ujarnya.
Melalui HT, anak buah mengatakan gelombang tinggi dan jarak pandang hanya tiga meter.
Ketegangan demi ketegangan terus terjadi sampai puncaknya seorang anak buah Arman jatuh ke laut.
Meski bukan menimpa dirinya, itu termasuk kejadian terburuk yang dialaminya selama pengembangan kasus.
Tenggelam di tengah gelombang tinggi membuat Arman dan rekan lainnya berupaya mencari rekannya.
Sampai keajaiban terjadi dan anak buahnya pun muncul ke permukaan air laut.
"Anggota saya masuk ke dalam laut. Itu dia sudah tenggelam dan muncul lagi," jelasnya.
Arman menuturkan semuanya merupakan resiko dari pekerjaannya.
Sejauh ini, ia selalu mensyukuri apapun yang Tuhan berikan.
Apapun yang dihadapinya, ia selalu meminta perlindungan kepada Tuhan.