Sisi Lain Metropolitan
Alasan Pasien Pilih Patah Tulang Haji Naim di Cipete: Bayar Seikhlasnya, Hasil Dipercaya Manjur
Balai pengobatan alternatif patah tulang Haji Naim di kawasan Cipete Raya, Cilandak, Jakarta Selatan acapkali dipenuhi pasien setiap buka praktik.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Ia mengatakan biaya yang mahal jadi pertimbangannya bila dirawat di rumah sakit.
Selain itu, dokter biasanya akan memasang pen di tulang yang patah. Sedangkan di Haji Naim tidak demikian. Pengurut langsung menangani tulang yang patah dengan kedua tangannya dan memakai minyak khas Cimande.
"Pasti nanti dioperasi pakai pen. Terus biayannya juga agak mahal," tambahnya.
Salah satu anak dari keturunan Haji Naim, Sanusi, mengatakan balai pengobatan Haji Naim tak pernah dipatok harga sampai sekarang karena pesan mendiang ayahnya.
"Sebetulnya dari dulu begitu. Kalau emang orang enggak ada (uang) enggak apa-apa enggak usah ngasih," tukasnya.
Meski dalam dunia medis ada dokter ortopedi, pengobatan alternatif pun hingga kini masih dipercaya sebagian besar masyarakat untuk penyembuhan patah tulang.
Sejak tahun 1960
Tak jauh dari balai pengobatan alternatif itu, terdapat rumah salah satu anak dari keturunan Haji Naim bernama Sanusi.
Di teras rumahnya, ia bercerita bahwa ayahnya, Naim sempat berguru ke aliran pencak silat Cimande. Di sana, ia tak hanya belajar bela diri, melainkan juga mendalami pengobatan patah tulang.
"Ayah saya Haji Naim orang yang suka merantau dulunya (berguru). Ke Banten, ke Cirebon akhirnya ke Cimande. di Cimande belajar mendalami pengobatan patah tulang," katanya.
Begitu mahir memijat, Naim tak langsung membuka jasa pijat patah tulang. Awalnya, ia sering membantu orang sekitar dan tetangga yang mengalami patah tulang.
Karena ahli dalam menyembuhkan patah tulang, namanya pun mulai santer terdengar. Naim kemudian mendirikan pengobatan ini pada tahun 1960.
"Dulu bantuin orang sakit, jadi dikata buka ya namanya orang butuh pertolongan, yaudah rumah kita diubah menjadi tempat praktik," ujar Sanusi.
Sanusi mengenang awalnya Naim menangani pasien di depan teras rumah mereka.
Baca juga: Kunci Keberhasilan Basrief Arief Jaksa Agung di Era SBY Sebelum Wafat, Ada Dukungan Mulia Orangtua
Baca juga: Sempat Memanas Saling Dorong, Mobil Komando Aparat Kepolisian Putar Asmaul Husna Cairkan Suasana
Namun, jumlah pasien yang datang terus bertambah membuat Naim melebarkan tempat pengobatannya. Selain itu, ada juga yang butuh perawatan inap.