Sisi Lain Metropolitan
Kisah 2 Satpam Muslim Menjaga HKBP Kernolong: Tinggal di Gereja, Dapat THR dari Jemaat
Sudah hampir lima tahun, Ekalaya (33) menjadi petugas sekuriti di Gereja HKBP Kernolong, Kelurahan Kenari, Senen, Jakarta Pusat.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, SENEN - Sudah hampir lima tahun, Ekalaya (33) menjadi petugas sekuriti di Gereja HKBP Kernolong, Kelurahan Kenari, Senen, Jakarta Pusat.
Selama mengabdi, Eka bersama adiknya, Ibnu (24) diizinkan tinggal di Gereja tersebut. Meski beragama muslim, mereka merasa nyaman hidup dan berinteraksi sehari-hari bersama pengurus gereja.
Eka mengatakan dirinya terkadang diingatkan pendeta untuk menunaikan kewajibannya beribadah.
"Pendetanya sendiri yang menganjurkan. Pas lagi azan, udah salat belum? Kalau belum, salat dulu enggak apa-apa. Ada toleransi dan tenggang rasa," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (2/4/2021).
Bagi Eka, perbedaan bukan malah menjadi masalah, melainkan membawa berkah.

Buktinya, setiap hari raya Natal dan Idul Fitri, Eka selalu kecipratan rezeki dari jemaat. Para Jemaat peduli dengannya meski berbeda agama.
"Pas lagi Natal, saya dapat (uang) dari Jemaat. Alhamdulilah biar pun saya bukan Kristen yang merayakan Natal saya dapat amplop," ungkap Eka kepada TribunJakarta.com pada Jumat (2/4/2021).
Hari raya Idul Fitri pun demikian. Meski berjaga di gereja, tetapi banyak jemaat yang memberikan amplop Tunjangan Hari Raya (THR) kepada Eka.
Baca juga: Didiagnosis Punya Kista, Begini Pesan Romantis Aurel pada Atta Halilintar Jelang Nikah Hari Ini
Baca juga: Atta Halilintar Deg-degan Jelang Pernikahan, Tak Pernah Mimpi Nikahi Aurel Hermansyah: Enggak Kuat!
Baca juga: 2 Remaja Tewas saat Bentrok di Cipinang, Wali Kota Duga Tawuran Jadi Kedok Transaksi Narkoba
"Hari raya Idul Fitri dapat juga dari jemaat. Dari pengurus Gereja juga dapat," lanjutnya.
Tak hanya saat hari raya saja, setiap Minggu ketika para jemaat beribadah pun Eka mendapatkan rezeki.
Ia mengakui meski gaji tak sampai UMR, tetapi ia bersyukur karena kepedulian jemaat terhadap dirinya.
Eka teringat pemberian dari salah satu jemaat. Kepedulian jemaat lah yang membuat ia tak ambil pusing dengan penghasilannya yang pas-pasan.
"Pernah ada salah satu jemaat di sini yang ngasih sampai Rp 1 juta. Katanya buat beli baju anak-anak," ungkap pria dua anak tersebut.

Penghasilan dari gaji dan para jemaat dikumpulkan untuk diberikan kepada istri dan kedua anaknya di Indramayu, Jawa Tengah.
Kedua anaknya masih kecil. Anaknya yang pertama laki-laki berusia 6 tahun dan kedua anak perempuan berusia satu setengah tahun.
Eka pulang setiap sebulan sekali di kampungnya di Indramayu, Jawa Tengah.
Adiknya, Ibnu (24), yang baru 3 tahun bekerja sebagai sekuriti di gereja itu juga merasakan hal yang sama.
Ibnu malah menikmati bekerja dan tinggal bersama abangnya di gereja tersebut.
"Kita di sini mencari nafkah. Yang penting halal. Kerja di sini dibawa enjoy aja lah," ujarnya.
Di saat Bulan Ramadan, para jemaat juga terkadang memberikan makanan untuk berbuka bagi Eka dan Ibnu.
Eka bercerita meja pos sempat dipenuhi makanan berbuka dari jemaat.
"Sering nanya buka pakai apa? Nanti dibeliin ada lontong, gorengan dan es. Sudah penuh di meja pos," terangnya.
Baca juga: UPDATE Penyerang di Mabes Polri: Polisi Ungkap Map Kuning yang Dibawa, Asal Usul Senjata Api ZA
Pasang badan hadapi teroris
Aksi teroris yang menyasar Gereja Katedral di Makassar belakangan ini tak membuat Ekalaya (33) dan Ibnu (24) gentar.
Meski muslim, kedua petugas sekuriti yang merupakan abang adik itu siap pasang badan demi mengamankan Gereja HKBP Kernolong, Senen, Jakarta Pusat.
Siang itu, langit tampak cerah di atas HKBP Kernolong, Kelurahan Kenari, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Jemaat sudah banyak yang meninggalkan gereja seusai beribadah di hari puncak pekan suci Paskah.
Deretan mobil yang terparkir di depan jalan Kernolong berubah sepi.
Eka sedang berada di dalam pos sekuriti. Sementara adiknya, Ibnu berjaga dengan duduk di bangku lipat depan gerbang. Matanya awas dengan gerak gerik warga yang melintas.
Pengamanan di Gereja HKBP Kernolong saat itu tak seperti biasanya. Pintu gerbang masuk hanya dibuka setengah.
Setiap tamu yang masuk ditanyakan keperluannya lalu diperiksa tasnya.
Sebab, beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada Minggu (28/3/2021), terjadi ledakan bom bunuh diri oleh teroris yang merupakan sepasang suami istri di depan gerbang gereja Katedral Makassar.
Musibah yang terjadi di sana dirasakan juga oleh mereka berdua yang bertugas menjaga gereja. Apalagi, kala itu jemaat banyak yang beribadah di Hari Minggu.
Sebab, tanggung jawab besar untuk menjaga keamanan Gereja dipikul di pundak mereka.
"Saya tahu dari Jemaat, 'Pak hati-hati ya itu (ada bom) di Makassar', terus saya langsung cek di media online," ungkap Eka kepada TribunJakarta.com pada Jumat (2/4/2021).
Eka juga diberitahu oleh pihak Binmas melalui pesan singkat terkait kejadian itu.
Ia diminta untuk memperketat pengamanan di dalam gereja.
Baca juga: Jakarta Keluar dari 4 Besar Kota Termacet di Dunia, Penurunan Signifikan, Ariza:Pak Anies Luar Biasa
Bila ada jemaat yang mencurigakan, pihak sekuriti harus memeriksanya.
Istri Ibnu sempat ketar-ketir usai mendengar berita ledakan di Makassar itu.
Ia sempat menghubungi Ibnu beberapa kali menanyakan kondisinya.
"Istri juga sempat was-was. Pas hari Minggu kemarin sempat telfon beberapa kali menanyakan kabar saya gimana," ujarnya.
Eka menyadari bahwa sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menjaga gereja tetap aman. Ia siap pasang badan dan siap mati demi keamanan dan keselamatan jemaat.
"Saya berani lah (mati), buat apa takut. Kewajiban saya. Emang umur saya sampai di sini aja berarti. Saya sudah siap dan menerima resikonya. Buat apa takut," jelasnya.
Ibnu pun mendukung jawaban abangnya itu.
Berkaca dengan aksi seorang sekuriti di Makassar yang mencegah teroris masuk ke dalam gereja, ia siap menjaga gereja meski harus mempertaruhkan nyawanya.
"Siap pasang badan saya di depan. Sudah kewajiban saya sebagai sekuriti harus tahu lah resikonya kayak gimana," jelasnya.
Eka dan Ibnu mengutuk keras tindakan pelaku kejahatan yang menebar teror dengan meledakkan diri itu.
Tindakan itu, lanjut Eka, tak mewakili islam sama sekali.
"Radikal yang kayak gitu mesti dikutuk. Islam enggak kayak gitu," kata Eka.
Bak Superhero
Aksi petugas sekuriti yang menghadang teroris masuk ke dalam Gereja Katedral di Makassar menuai sanjungan dari masyarakat.
Kosmas, nama petugas sekuriti itu, memasang badannya sampai terluka agar teroris tidak bisa masuk ke dalam lingkungan gereja.
Ibnu, yang juga bekerja sebagai petugas sekuriti ikut memuji Kosmas.
Menurutnya, Kosmas bak tokoh superhero di komik. Entah superhero seperti apa. Ibnu tak menyebutkan secara lengkap.
Baca juga: Atta Halilintar Deg-degan Jelang Pernikahan, Tak Pernah Mimpi Nikahi Aurel Hermansyah: Enggak Kuat!
"Kayak komik superhero. Dia sudah menjaga keamanan gereja. Apalagi gereja yang di Makassar itu bukan gereja kecil," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (2/4/2021).
Berkaca dari Kosmas, Ibnu juga akan menjaga gereja HKBP Kernolong, gereja yang dijaganya setiap hari itu, dari aksi teroris.
Petugas sekuriti beragama Islam itu juga siap mempertaruhkan nyawa demi keamanan dan keselamatan jemaat.
"Saya sebagai sekuriti sudah tahulah resikonya bagaimana," pungkas Ibnu.