Sisi Lain Metropolitan

Cerita Stuntman saat Peragakan Adegan Berbahaya, Nyawa Bisa Jadi Taruhannya

Meski akrab dengan hal-hal berbahaya, Hendra tak kapok beraksi di depan kamera sebagai stuntman

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar

Pengalaman yang paling berkesan bagi Hendra ketika berperan sebagai stuntman di Comic 8. Di film itu, Hendra dipercaya menjadi Koordinator Stuntman.

Ia dipercaya menjadi koreografer perkelahian dengan mengarahkan sekitar 50 orang untuk adegan berkelahi di film itu. 

Kala itu, film karya Falcon Pictures tersebut menjadi blockbuster. Ia dan rekan-rekan stuntman lainnya kecipratan bonus. Dari kesuksesan itu, Hendra juga ditawari untuk pergi ke Belanda.

"Ketika film Comic 8 masuk box office, saya ditawarin bonus. Mau duitnya atau jalan-jalan ke luar negeri? Saya pikir kalau dua-duanya gimana? Kebetulan di Belanda lagi ada shooting, saya disuruh ke Belanda selama seminggu. Jalan-jalan tapi sambil shooting juga," kenangnya.

Di Belanda, ia mengisi satu scene sebagai stuntman dalam film Negeri van Oranje. 

Hendra mengaku belum pernah ke luar negeri. Sekalinya tawaran ke luar negeri datang, Ia diminta pergi ke Belanda.

"Enak, berkesan. Baru pertama kali ke luar negeri," ujarnya. 

Tak hanya berperan sebagai pemain pengganti, Hendra juga pernah berperan sebagai Encang Hendra di film sinetron berjudul Tendangan si Madun. 

Meski penuh resiko sampai nyawa taruhannya, dunia stuntman menjadi tempat Hendra menyambung hidup dan mendulang pundi-pundi rezeki bagi keluarga. 

"Ini hobi yang menghasilkan uang. Saya hobi bela diri. Bagaimana caranya menghasilkan duit? Ya masuk Stuntman," ujarnya.

Dua anggota sedang melakukan pemanasan dengan mengangkat kedua kakinya di ruang studio Piranha Stunt Indonesia di Kawasan Cilodong, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (8/4/2021).
Dua anggota sedang melakukan pemanasan dengan mengangkat kedua kakinya di ruang studio Piranha Stunt Indonesia di Kawasan Cilodong, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (8/4/2021). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Mengenal Komunitas Piranha Stunt Indonesia

Adegan berbahaya di film laga tak lepas dari pemeran pengganti atau stuntman yang beraksi dengan segenap totalitas.

Mereka adalah sosok yang kerap menggantikan aktor utama ketika melakukan adegan seperti melompat dari gedung tinggi, menerabas kaca, menembus kobaran api bahkan sampai ditabrak truk.

Salah satu komunitas yang terbilang cukup lama merasakan asam garam dunia stuntman di Indonesia adalah Komunitas Piranha Stunt Indonesia.

Sore itu, sejumlah anggota komunitas tengah berlatih bela diri beralaskan matras puzzle di sebuah studio semi-outdoor seluas 300 meter persegi.

Mereka terlihat memukul, menangkis hingga menendang secara bergantian layaknya seorang pesilat yang sedang berlatih. 

Di studio itu juga dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk berlatih adegan berbahaya. Di antaranya ada matras, trampoline dan sejumlah tali sling.

Dalam seminggu, mereka berlatih dua kali, Minggu dan Rabu. Di awal latihan, anggota melakukan pemanasan (stretching) sebelum memulai repetisi gerakan.

Meski pandemi Covid-19 masih membekap dunia perfilman, anggota komunitas tetap berlatih agar kemampuan bela dirinya tetap terasah dan menjaga fisik.

Anggota komunitas, Cep Hendra Suprawijaya, atau dipanggil Hendra, mengatakan mereka biasanya berlatih lebih dari dua kali bila ada proyek pembuatan film.

Latihan yang intens dilakukan agar gerakan mereka berlangsung baik kala disorot kamera.

"Kalau kita dapat project, seminggu full enggak berhenti latihan. Sampai malem kadang-kadang. Menghafal dan mematangkan gerakan," ujar Hendra kepada TribunJakarta.com pada Rabu (7/4/2021).

Gerakan-gerakan itu pun juga melewati penilaian sutradara. Mereka biasanya merekam aksinya ke dalam sebuah video kemudian dikirim kepada sutradara.

Bila hasilnya kurang maksimal, para stuntman harus merevisi gerakan sampai benar-benar cocok.

Sutradara kerap memberikan referensi video kepada stuntman sebagai bahan masukan.

Komunitas Piranha Stunt Indonesia sudah main ke banyak film-film laga tanah air. Di antaranya, The Raid 1 (2011), The Raid 2 (2014), Merantau (2009) dan Headshot (2016).

Anggota Komunitas ini juga sering terlibat dalam film-film yang dimainkan aktor laga tersohor Iko Uwais.

Hendra sedang memeriksa peralatan untuk adegan berbahaya di ruang inventaris Komunitas Piranha Stunt Indonesia di kawasan Cilodong, Depok, Jawa Barat pada Kamis (8/4/2021).
Hendra sedang memeriksa peralatan untuk adegan berbahaya di ruang inventaris Komunitas Piranha Stunt Indonesia di kawasan Cilodong, Depok, Jawa Barat pada Kamis (8/4/2021). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Awal Berdiri 2005

Awal terbentuk komunitas ini bermula setelah mereka bermain di film laga kolosal bernama Jaka Tingkir sekira tahun 2003-2004.

Setelah proyek selesai, para anggota stuntman lalu membentuk Asosiasi Stuntman Indonesia (ASMI).

Salah satu motivasi terbentuknya ASMI lantaran banyaknya stuntman-stuntman dari Beijing yang masuk ke industri tanah air.

"Akibatnya timbul kesenjangan sosial dan karena gerakan ASMI tersebut akhirnya kita berhasil mengusir mereka, tenaga stuntman dari luar yang dipakai PH-PH (Production House) di Indonesia," terangnya.

Namun, asosiasi pun akhirnya bubar karena belum kuat secara legalitas. Para anggota pun berpencar membentuk komunitas sendiri-sendiri.

"Karena kita belum kuat di legalitas dan segala macamnya. Akhirnya kita bikin komunitas aja lah," lanjutnya. 

Sejumlah anggota yang berpencar ini kemudian membentuk komunitas sendiri bernama Komunitas Piranha Stunt Indonesia pada tanggal 22 Juni tahun 2005. Pendiri dari komunitas ini adalah Majid dan Yandi Sutisna. 

Dari sanalah, kedua orang itu mulai merekrut dan mendidik banyak anggota.

Komunitas ini bermarkas di Jalan Madrasah Nomor 22, Kecamatan Cilodong, Depok, Jawa Barat. 

Hendra menjelaskan Piranha sendiri diambil dari nama ikan yang terkenal beringas ketika mendapatkan makanan.

Komunitas itu pun menjelma layaknya piranha yang datang keroyokan ketika tawaran main film datang.

"Piranha itu identik dengan keroyokan. Kalau orang ngasih gorengan itu brek, rebutan. Dari situ sih. Ada peluang langsung sikat rame-rame," jelasnya.

Saat ini, anggota komunitas berjumlah 20-40 orang. Para anggota senior yang turut mendirikan komunitas ini mengajarkan dan berbagi pengalaman kepada anggota-anggota baru.

Di saat Pandemi

Pandemi Covid-19 turut menggoyahkan perekonomian para pekerja di industri film. Tak terkecuali para stuntman.

Dalam sebulan biasanya komunitas ini bermain di tiga sampai empat film. Di masa pandemi, satu tawaran main saja sudah sangat disyukuri.

Meski ada tawaran iklan dan web series, tetapi tak sebanyak di masa normal.

"Sepi order, apalagi ini mau lebaran. Paling ada iklan atau web series tapi enggak seramai dulu," katanya.

Hendra juga mengaku sulit lantaran hidupnya bergantung semata kepada dunia industri film ini.

Bila tidak ada panggilan, ia lebih banyak menghabiskan waktu latihan dan cari peluang.

"Latihan-latihan dan update kegiatan juga ke media sosial. Mencari-cari referensi gerakan, jadi pas ada tawaran film baru udah siap," jelasnya.

Kendati demikian, Hendra dan kawan-kawannya tetap bersabar agar situasi ini segera berlalu dan industri film pun tak lagi mati suri. 

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved