Sisi Lain Metropolitan
Jaminan Kesehatan Belum Jadi Prioritas, Stuntman Film Laga: Kadang Cuma Dikasih Uang Urut
Hendra, panggilannya, mengatakan beberapa rumah produksi biasanya tak menyertai jaminan kesehatan bagi para pekerja stuntman
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
Ia bercerita peluang main di film laga di Jakarta lebih besar ketimbang di Pangandaran.
"Ketemu bang Majid waktu itu, 'Dra mendingan lo ke Jakarta di sini banyak peluang'," ungkap menirukan perkataan Majid.
Berselang dua tahun kemudian, Hendra bergabung ke dalam Komunitas Piranha Stunt Indonesia.
Lewat komunitas ini, ia pernah bermain di Sinetron Gerhana dan Dendam Nyi Pelet. Film layar lebar ternama pun pernah dilakoninya seperti The Raid 1, The Raid 2, Headshot, Merantau, dan Comic 8.
Hal-hal ekstrim tak jauh dari kehidupan Hendra sebagai stuntman. Pernah suatu ketika, ia loncat dari gedung lantai 10 menggunakan tali sling ketika pembuatan film horor.
Cedera juga tak jarang menghampirinya. Dari cedera ringan hingga berat sudah dirasakan Hendra.
Mengenal Komunitas Piranha Stunt Indonesia
Adegan berbahaya di film laga tak lepas dari pemeran pengganti atau stuntman yang beraksi dengan segenap totalitas.
Baca juga: Bukan Sembarang Orang, Berikut Kriteria Masyarakat yang Diperbolehkan Membuat SIKM
Mereka adalah sosok yang kerap menggantikan aktor utama ketika melakukan adegan seperti melompat dari gedung tinggi, menerabas kaca, menembus kobaran api bahkan sampai ditabrak truk.
Salah satu komunitas yang terbilang cukup lama merasakan asam garam dunia stuntman di Indonesia adalah Komunitas Piranha Stunt Indonesia.
Sore itu, sejumlah anggota komunitas tengah berlatih bela diri beralaskan matras puzzle di sebuah studio semi-outdoor seluas 300 meter persegi.
Mereka terlihat memukul, menangkis hingga menendang secara bergantian layaknya seorang pesilat yang sedang berlatih.
Di studio itu juga dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk berlatih adegan berbahaya. Di antaranya ada matras, trampoline dan sejumlah tali sling.
Dalam seminggu, mereka berlatih dua kali, Minggu dan Rabu. Di awal latihan, anggota melakukan pemanasan (stretching) sebelum memulai repetisi gerakan.
Meski pandemi Covid-19 masih membekap dunia perfilman, anggota komunitas tetap berlatih agar kemampuan bela dirinya tetap terasah dan menjaga fisik.
Anggota komunitas, Cep Hendra Suprawijaya, atau dipanggil Hendra, mengatakan mereka biasanya berlatih lebih dari dua kali bila ada proyek pembuatan film.
Latihan yang intens dilakukan agar gerakan mereka berlangsung baik kala disorot kamera.
"Kalau kita dapat project, seminggu full enggak berhenti latihan. Sampai malem kadang-kadang. Menghafal dan mematangkan gerakan," ujar Hendra kepada TribunJakarta.com pada Rabu (7/4/2021).
Gerakan-gerakan itu pun juga melewati penilaian sutradara. Mereka biasanya merekam aksinya ke dalam sebuah video kemudian dikirim kepada sutradara.
Bila hasilnya kurang maksimal, para stuntman harus merevisi gerakan sampai benar-benar cocok.
Sutradara kerap memberikan referensi video kepada stuntman sebagai bahan masukan.
Komunitas Piranha Stunt Indonesia sudah main ke banyak film-film laga tanah air. Di antaranya, The Raid 1 (2011), The Raid 2 (2014), Merantau (2009) dan Headshot (2016).
Anggota Komunitas ini juga sering terlibat dalam film-film yang dimainkan aktor laga tersohor Iko Uwais.