Ramadan Story
Ramadan Ala Ketua DPRD Tangsel, Jadi Sarana Introspeksi Diri hingga Menu Berbuka Puasa Favorit
Abdul Rasyid, seorang Ketua DPRD Tangerang Selatan (Tangsel), yang besar dengan pendidikan pesantren dan mendalami perbandingan agama ketika berkuliah
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, SETU - Ramadan dengan segala ibadah sunnah dan wajibnya selalu memiliki makna tersendiri bagi setiap orang.
Termasuk bagi Abdul Rasyid, seorang Ketua DPRD Tangerang Selatan (Tangsel), yang besar dengan pendidikan pesantren dan mendalami perbandingan agama ketika berkuliah.
Kepada TribunJakarta.com, Rasyid menceritakan betapa didikan orang tua tentang agama begitu membentuk dirinya.
Terutama dalam hal berpuasa, Rasyid sudah diajari menahan lapar dan haus sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK).
Puasa setengah hari, Rasyid kecil sudah berpuasa sejak fajar dan berbuka zuhur.
"Jadi orang tua, didikan orang tua berkaitan dengan puasa itu luar biasa, dan tentu akhirnya menjadi suatu kebiasaan, ya akhirnya kita terbiasa dengan puasa. Berawal dari setengah hari kan, enggak full kan gitu kan," ujar Rasyid sambil tertawa di ruangannya, Gedung DPRD Tangsel, Jalan Raya Serpong, Setu, Rabu (14/4/2021).
Matang dengan didikan orang tua, Rasyid semakin memperkaya ilmu agamanya saat mondok di Pesantren Daar El-Qolam (Darqo) usai lulus SD.
Baca juga: Juni Nanti, Dua Taman Maju Bersama Dibangun di Pademangan dan Kelapa Gading
Baca juga: Tidak Sahur dan Lupa Baca Niat, Apakah Puasa Tetap Sah? Ini Penjelasan dari Buya Yahya
Baca juga: Setelah 10 Menit Lahiran Sendiri di Kamar Mandi, Gadis Muda Langsung Ambil Kayu untuk Habisi Bayinya
Enam tahun, Rasyid tumbuh dewasa dengan tempaan berbagai kajian ilmu agama ala pondok pesantren modern itu.
Bercerita tentang pengalaman di pesantren Rasyid banyak tertawa, ia mengenang kenakalan masa remajanya kala di pondok.
Menurutnya itu dinamika hidup yang turut membangun dirinya hingga saat ini.
"Ya di pesantren dinamikanya banyak. Kita dilatih untuk bisa mandiri, dan banyak sekali kesan pesannya di sana. Ya minimal kita diajarkan bagaimana hidup mandiri," katanya.
Lepas pendidikan pesantren, Rasyid dewasa meneruskan pendidikan ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sekarang berubah nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1998.
Pria yang kini juga menjabat Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar Tangsel itu, dulu mempelajari jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuludin ketika mahasiswa.
Semasa mahasiswa, Rasyid juga aktif dalam dunia kajian di Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) dan turut mendirikan Lingkar Studi Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LSADI) bersama Ray Rangkuti.
Pendidikan lintas agama dan multi dimensi itu membuat Rasyid menjadi sosok pemikir yang introspektif.
Begitu pula, ia memaknai Ramadan setiap tahunnya, sebagai sarana introspeksi dan melihat lebih jauh ke dalam diri sambil menyandarkan diri kepada Allah SWT.
Baca juga: Benarkah Menangis Dapat Membatalkan Puasa? Simak Penjelasan Ustaz
"Ramadan itu ya sebetulnya bulan harus menjadi introspeksi kita, banyak hal yang harus kita coba introspeksi diri kita. Ibaratnya mencuci diri kita, menyervis diri kita. Kalau ibarat motor kan kalau enggak diservis nanti rusak," tuturnya.
Pun Rasyid selalu memacu dirinya beribadah pada bulan suci, dari mulai tarawih hingga mendaras Al-Qur'an.
"Sangat mulia Bulan Suci Ramadan, karenanya harus seluruh aktivitas kita yang berkaitan dengan kebaikan-kebaikan, ya khatam, ngaji, tilawah, kemudian salat sunnahnya," kata Rasyid.
Sedikit merebahkan pundak ke kursi, Rasyid terlihat semringah kala ditanya makanan favorit saat berbuka puasa.
"Lontong sama bakwan, sama es timun suri," jawab Rasyid spontan.
Baca juga: Kisah Habib Ahmad bin Alwi Al Haddad di Rawajati: Pendakwah Islam Berkuncung yang Dihormati
Baginya, tanpa gorengan bakwan dan lontong khas takjil pinggir jalan, puasa tak lengkap.
"Timun suri, lontong, bakwan, itu. Kalau enggak makan itu kayanya enggak afdol. Pasti itu dulu," ujarnya semringah.
Sementara, untuk sahur, Rasyid cenderung makan seperti sehari-hari.
Hanya saja ia selalu menutupnya dengan segelas kopi dan sebatang rokok.
Baca juga: Istri Curhat Diludahi Mantan Pacar, Suami Khilaf Lakukan Penculikan hingga Penganiayaan
"Kalau sahur biasa sih, palimg sayur-sayuran, paling kurma saya biasa, kemudian kalau sahur, kopi enggak lupa, air putih, sama vitamin, ngopi, sebatang," ujarnya.