Antisipasi Virus Corona di DKI
Kerumunan di Pasar Tanah Abang, Gubernur Anies Didesak Evaluasi Kinerja Pasar Jaya
Gubernur DKI Anies Baswedan diminta untuk segera mengevaluasi kinerja Perumda Pasar Jaya. BUMD yang bertugas mengelola seluruh pasar dianggap lalai
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diminta untuk segera mengevaluasi kinerja Perumda Pasar Jaya.
Pasalnya, BUMD yang bertugas mengelola seluruh pasar di ibu kota itu dianggap lalai sehingga memicu kerumunan di Pasar Tanah Abang yang berpotensi menjadi klaster baru penularan Covid-19.
"Sebaiknya Pasar Jaya di evaluasi, akibat keteledoran ini bisa serius betul," ucap politisi PDIP Gilbert Simanjuntak, Selasa (4/5/2021).
Melihat tradisi masyarakat yang kerap belanja baju baru hingga kebutuhan lainnya jelang lebaran.
Gilbert menilai, Pasar Jaya seharusnya sudah jauh-jauh hari mengantisipasi lonjakan pengunjung.

"Seharusnya sewaktu beberapa hari yang lalu sudah bisa diperkirakan, karena makin dekat Idul Fitri," ujarnya saat dikonfirmasi.
Terlebih kata Gilbert, lonjakan pengunjung Pasar Tanah Abang sudah terjadi sejak Sabtu (1/5/2021) kemarin, dimana jumlahnya mencapai 87 ribu orang.
Padahal, rata-rata pengunjung Pasar Tanah Abang biasanya hanya berkisar di angka 35 ribu.
Baca juga: Apakah Ada Alat Covid-19 Daur Ulang di Bandara Soekarno-Hatta? Ini Penjelasannya
Baca juga: Anies Disebut Lalai hingga Pengunjung Tanah Abang Membludak, PDIP: Fokus Gubernur Tidak di Jakarta
Baca juga: Politisi PDIP Desak Anies Minta Maaf, Kerumunan Tanah Abang Berpotensi Picu Klaster Covid-19
Artinya, pembatasan pengunjung maksimal 50 persen dari kapasitas diabaikan oleh pihak Pasar Jaya.
Pengunjung semakin membludak sehari berselang. Bahkan, jumlahnya mencapai 100 ribu.
"Ternyata (kerumunan di Pasar Tanah Abang) ini sudah berlangsung berhari-hari," kata anggota Komisi B DPRD DKI ini.
Akibatnya, masyarakat pun harus berdesak-desakan saat berbelanja, sehingga tak bisa menjaga jarak dengan pengunjung lain.
Hal ini semakin diperparah dengan ketidakdisiplinan para pengunjung dalam menjalankan protokol kesehatan.