Mengenal Pengelolaan Limbah Industri, Manfaat untuk Lingkungan, Berdampak ke Bekas Atlet Sepak Bola
PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) yang berupaya mengelola industri limbah.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Septiana
"Jadi, istilahnya mereka bisa tidur nyenyak setelah membuang limbahnya ke kami. Untuk lingkungan, tentu semua sudah sesuai prosedur sehingga mencapai baku mutu. Kami juga mengawasi kualitas air di sini," sambungnya.
Arum pun menuturkan kenapa harus menanti 30 tahun untuk memastikan tempat penyimpanan limbah itu aman.
"Karena sebetulnya sudah acuan internasional, kalau mau mencari teknologi land ville di seluruh dunia, di Eropa, Amerika, standarnya sama. Mereka memiliki standar 30 tahun," tutur Arum.
Nantinya, pihak PPLI akan melaporkan kondisi gundukan tanah tersebut kepada pemerintah secara kontinyu.
"Kami akan melaporkan kontinyu kepada ppemerintah tentang limbah yang ada di LPPI," jelas dia.
Jika area operasional LPPI di Cileungsi sudah tutup, mereka akan mencari lokasi baru guna melakukan hal yang sama.
Mereka terus berupaya mengelola limbah industri selama itu masih dibutuhkan.
Limbah industri dapat menjadi momok menakutkan jika tidak ada yang mampu mengelolanya secara baik.
"Untuk masyarakat, terutama industri yang belum membuang limbahnya, mereka seharusnya punya kesadaran," ucap Arum.
"Kami mengharapkan mereka dapat mengelola limbah yang mereka hasilkan dari industri apapun supaya bisa dikelola dengan baik. Ini kan untuk masyarakat dan anak cucu kita juga," lanjut dia.

Arum menyatakan pengelolaan limbah industri sebaiknya juga memperhatikan keanekaragaman hayati.
"Perhatikanlah keanekaragaman hayati kita yang semakin lama semakin tertantang untuk masa depan kita nantinya," ujar dia.
Jika kantor PPLI di Cileungsi tutup, Arum mengatakan, lokasi yang akan dijadikan area operasional limbah industri yang baru ada beberapa kriteria.
"Lahan itu seharusnya lahan yang tidak produktif lagi, bukan diperuntukkan untuk area industri, dan tidak diperuntukkan untuk pemukiman," jelas Arum.
"Karena memang lingkungan ini kan takutnya ada hal-hal yang dapat membahayakan bagi masyarakat sekitar kita," sambungnya.
Mengelola Limbah Medis Selama Pandemi Covid-19
Selama pandemi Covid-19, pihak PPLI pun bekerja ekstra.
Para pegawainya wajib mematuhi protokol Covid-19.
Baca juga: Hubungan Nani Pengirim Sate Beracun dengan Aiptu Tomi Bukan Nikah Siri, Sosok Ini Kini Dicari Polisi
Selain mengenakan helm dan seragam, para pegawai PPLI wajib menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Mereka juga berjibaku mengelola limbah alat pelindung diri (APD) milik petugas kesehatan yang menangani pasien Covid-19.
Arum mengatakan, para pegawai PPLI yang bekerja mengelola APD ini pun dapat dikatakan pejuang Covid-19 garda terdepan selain petugas kesehatan.
"Industri rumah sakit jalan terus. Jadi, limbah medis ada juga. Mereka yang mengelola limbah APD memiliki peran penting juga di sini," tutur Arum.
PPLI juga tak ingin hanya berfokus menangangi limbah industri.
Mereka juga ingin memberikan manfaat kepada warga sekitar Bogor Jawa Barat.
Membentuk Tim Sepak Bola
PPLI ingin memberikan manfaat kepada masyarakat lain.
Eks pesepak bola Persikabo, Muhammad Hatta, pun direkrut PPLI untuk melatih tim sepak bola Football DOWA PPLI.
Kepada TribunJakarta.com, pria yang akrab disapa Hatta ini merasa beruntung telah ditunjuk menjadi pelatih.
Hatta yang usianya hampir menginjak 60 tahun pernah bermain di Persikabo sejak 1970-an. Saat itu, dirinya masih berusia kira-kira 24 tahun.
Hatta tak ingat jelas berapa usianya saat masuk tim lokal asal Bogor tersebut.
Pada 1983, Hatta memutuskan keluar dari tim sepak bolanya lantaran suatu alasan. Dia enggan bercerita lebih perihal itu.
Singkat cerita, Hatta ditawarkan kontrak oleh PPLI menjadi pelatih pada 2007 dengan gaji yang dapat dikatakan lebih dari cukup.
"Saya menjadi pelatih di PPLI ini sejak 2007 sampai sekarang menjadi pelatih bola. Saya mantan Persikabo di 1983," ucap Hatta, pada kesempatan yang sama.
Hatta dipilih karena rekam jejaknya cukup mumpuni di bidangnya. Terkhusus di kawasan Bogor, namanya harum pada kalangan pesepak bola.
Selama melatih, dia mampu membawa timnya menjuarai piala tingkat kabupaten Bogor.
"Juara tingkat kabupaten. Prestasi pribadi saya juga telah mendapat lisensi C. Tapi saya punya mimpi mendapatkan lisensi A agar dapat melatih Timnas Indonesia," ucapnya.
Mimpi Hatta ini juga ditengarai keberhasilannya mendidik seorang pemain bernama Arif.
Dikatakan Hatta, Arif sempat bermain di klub Madura FC meskipun hanya satu musim saja.
"Itu menjadi kebanggan buat saya juga. Saya tidak menyangka dia dapat ditawarkan kontrak dengan klub tersebut. Karena saya melihat awalnya anak ini (Arif) letoy, tidak bisa lari kencang, apalagi menendang bola," tutur dia.
Baca juga: Nani Cuma Pakai Daster di Penjara, Penampilan Pengirim Sate Ayam Beracun Dapat Sorotan Polisi
"Tapi setelah berlatih giat bersama saya, akhirnya dia menjawab keraguan saya," ujar Hatta, matanya menatap ke langit penuh makna.
Sayangya, Arif tak melanjutkan karir di bidang sepak bola lantaran faktor ekonomi.
Arif pun memilih bekerja bersama PT PPLI dengan bayaran yang cukup untuk menghidupi keluarganya.
"Tapi biar bagaimanapun saya tetap bangga dengan Arif," tutup Hatta.