Studi Temukan Relasi Guru dan Murid Terjaga Baik Punya Kontribusi Positif Bagi Pembelajaran Daring
Adanya relasi yang terbangun dan terjaga dengan baik dinilai memiliki kontribusi positif bagi pengalaman pembelajaran daring.
TRIBUNJAKARTA.COM - Ketika dunia pertama kali terpapar pandemi Covid-19, seluruh sektor industri dan bisnis, termasuk pendidikan haru menyesuaikan diri agar dapat tetap bertahan.
UNESCO menyebut kurang lebih ada 1.6 miliar pelajar secara global tidak dapat pergi ke sekolah sebagai bentuk akibat dari kebijakan lockdown, sehingga kegiatan belajar-mengajar diwajibkan untuk dilakukan secara daring.
Sistem pendidikan online dan sekolah virtual pun menjadi standar baru dan didorong sebagai agenda politik pemerintahan di berbagai negara.
Seiring perkembangannya, penggunaan platform daring seperti Zoom, Google Classroom, dan Microsoft Teams sebagai sarana pembelajaran jarak jauh (PJJ) mengalami peningkatan secara drastis.
Secara sederhana, proses pembelajaran “New Normal” ini membuat pelajar dan guru saling bertatap layar, seakan-akan mereka sedang berada di kelas secara normal.
Tidak hanya itu, penilaian kompetensi pelajar berdasarkan tugas atau project juga menjadi alat utama bagi para guru yang dinilai mampu mengurangi
knowledge gap yang terjadi akibat situasi pada saat pandemi.
Lebih jauh, pandemi ini dapat dilihat sebagai sebuah fenomena dengan kontribusi positif yang mampu mengakselerasi literasi digital para pengajar seperti yang selama menjadi bagian dari agenda pembangunan dunia pendidikan.
Baca juga: Simak Obat Tradisional Alami Mencegah Kantuk, Penting di Bulan Ramadan atau Saat Mengemudi
Namun, kondisi tersebut tidak serta merta menghilangkan kesulitan lain yang dihadapi oleh para guru sebagai pengajar dalam memastikan penyediaan pendidikan inklusif bagi para pelajar.
Peneliti dari Monash University bekerjasama dengan tim peneliti di Australia dan tujuh negara (Austria, Bangladesh, India, Selandia Baru, Italia, Kanada, dan Spanyol) melakukan studi untuk mengidentifikasi upaya para guru dalam menanggapi tantangan akan penyediaan pendidikan inklusif pada masa pandemi, serta berbagi mengenai pendekatan praktikal yang efektif dengan guru-guru di dunia.
Penelitian ini melibatkan wawancara antara tim peneliti dengan tentunya para pemimpin lembaga pendidikan, pengajar, orang tua, staf pendukung pengajar, dan para pelajar.
Hasil penelitian gabungan tersebut menyebutkan, sekolah dan guru yang melakukan upaya khusus untuk membangun dan menjaga relasi dengan orang tua para pelajar mengalami adanya peningkatan partisipasi dari para pelajar ketika waktu pembelajaran daring berlangsung, termasuk dari para pelajar yang memiliki kebutuhan khusus.
Baca juga: Cara Membuat Kartu Ucapan Selamat Idul Fitri 1442 H, Cocok Dibagikan pada Keluarga dan Kerabat
Adanya relasi yang terbangun dan terjaga dengan baik dinilai memiliki kontribusi positif bagi pengalaman pembelajaran daring baik bagi guru dan orang tua, serta mampu untuk membangun rasa tanggap sosial serta kondisi emosional para pelajar secara positif.
Salah satu tantangan yang turut hadir ketika masa pandemi ini adalah minimnya akses internet dan keterbatasan perangkat yang dimiliki oleh baik guru maupun para pelajar.
Oleh karenanya, peran sekolah dan kolaborasi antara institusi pendidikan dengan pihak lain dalam strategi penyediaan sarana dukungan seperti penyediaan perangkat dinilai berhasil dalam membantu proses pembelajaran daring.
Selain itu, dukungan tambahan seperti kontribusi staf pendukung dalam memastikan setiap pelajar menerima pengalaman pembelajaran yang maksimal melalui komunikasi lebih lanjut juga menunjukan dampak yang positif.
Pentingnya proses manajemen yang melibatkan kepemimpinan pengelolaan lembaga pendidikan yang kuat dan sehat memiliki peran yang sangat penting.
Lembaga pendidikan perlu melakukan komunikasi yang jelas dan kontinu dengan para staf dan komunitas secara luas.
Baca juga: Trik Memanggang Kue Kering Khas Lebaran Agar Renyah, Perhatikan 7 Poin Penting Ini
Selain itu, di beberapa negara, para guru melakukan pendekatan pengajaran yang berbeda seperti mengajar dalam skala kelompok yang
lebih kecil dan saling mendukung satu sama lain dinilai berhasil menciptakan lingkungan lembaga pendidikan secara profesional menjadi sehat, khususnya pada masa dimana dukungan moral sangat diperlukan.
Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing dan sebagai pengajar, guru perlu menyadari akan hal tersebut.
Tidak semua anak memiliki kemampuan dan kecepatan adaptasi yang sama akan sistem dan pola yang baru ini.
Oleh karenanya, hasil survei tersebut menunjukan para guru mengakui bahwa pendekatan individual yang fleksibel terhadap pelajar sangat penting.
Berdasarkan wawancara survei yang dilakukan, para guru secara global yang memiliki dan menunjukan semangat serta komitmen mereka sebagai pengajar profesional memberikan harapan baru bagi para pelajar di tengah-tengan masa pandemi.
Bahkan, ada banyak testimoni dari para keluarga bagaimana upaya ini berhasil membuat perbedaan nyata bagi kehidupan anak-anak dan keluarga selama masa pandemi.
Baca juga: Cara Berat Badan Tidak Naik saat Hari Raya Idul Fitri, Tapi Tetap Bisa Makan Sajian Lezat
Berdasarkan hasil penelitian survei ini, kita dapat belajar bahwa pandemi ini memberikan peluang bagi sistem pendidikan secara global untuk belajar satu sama lain, serta memungkinkan adanya inovasi akan pola pendekatan dalam penyediaan pendidikan inklusif secara merata.
Tentunya, kita tidak boleh lupa bahwa guru adalah manusia yang selain sebagai tenaga pengajar profesional, juga orang tua dan memiliki anak, serta menghadapi tantangan yang sama.
Hak mendapatkan pendidikan inklusif yang merata merupakan hak semua anak, namun kewajiban penyediaan pendidikan inklusif tersebut bukan hanya berada di tangan para guru, tapi juga orang tua, bahkan komunitas secara luas.
Untuk itu, kita perlu mengakui peran dan kontribusi para guru selama ini, serta mendukung mereka sepenuhnya demi anak-anak kita kelak.