Ziarah Makam
Berziarah ke Keramat Tajug, Makam TB Muhammad Atif, Penyebar Islam Pertama di Tangsel
Keramat Tajug merupakan sebuah kompleks taman pemakaman bukan umum (TPBU) di Jalan Raya Serpong
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, SERPONG - Keramat Tajug merupakan sebuah kompleks taman pemakaman bukan umum (TPBU) di Jalan Raya Serpong, Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).
Terletak di pinggir jalan, kompleks pemakaman itu berbentuk seperti bukit.
Ratusan makam mengelilingi lahan yang berada di samping Kali Jaletreng itu.
Di puncaknya terhadap musala atau dalam bahasa Tangsel era dulu disebut tajug.
Baca juga: Safari Ramadan DPP KNPI: Salat Gaib untuk Korban KRI Nanggala hingga Tahlil di Makam Bung Karno
Di musala itu, terdapat dua makam, yakni makam Tubagus Muhammad Atif dan adiknya, Ratu Ayu.
Untuk ke puncak yang tingginya sekira 100 meter, peziarah harus menelusuri jalan setapak mendaki.
Jika sedang sepi, peziarah yang menggunakan sepeda motor bisa naik sampai depan tajug.
Di dalam tajug, makam TB Atif dan Ratu Ayu dibuatkan semacam kamar khusus yang tertutup.
Namun jika peziarah meminta, sang juru kunci akan membukakannya.

Baca juga: Gelar Buka Puasa Bersama, KNPI Satu Nafas Siapkan Kongres Penyatuan
Baca juga: DPP KNPI Bagikan Ratusan Takjil dan Nasi Kotak kepada Masyarakat Kalideres Jakarta Barat
Bentuk makam seperti pada umumnya, persegi panjang. Keduanya saling berdampingan.
Makam TB Atif terdapat dua batu di permukaannya, seperti nisan yang dibungkus kain putih
Sedangkan makam Ratu Ayu ukurannya lebih kecil, dan terdapat empat nisan, juga ditutupi kain putih.
Sosok TB Muhammad Atif

TB Muhammad Atif merupakan sosok penyebar Islam pertama di kawasan Tangsel, atau yang dulu disebut wilayah Benteng Selatan, sebelum nama Tangerang muncul.
Hal itu diungkapkan oleh TB Sos Rendra, Sejarawan Tangsel, sekaligus keturunan ke-8 TB Muhammad Atif, saat ditemui di Keramat Tajug, Minggu (9/5/2021).
Pada tahun 1667, TB Atif diutus ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa, yang merupakan sultan keenam Kesultanan Banten, untuk menyebarkan agama Islam, ke wilayah Tangsel.
Pengutusan TB Atif ke wilayah Tangsel juga merupakan amanah Syarif Hidayatullah, atau yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, bagian dari Wali Songo.
Baca juga: Ketum KNPI: Kepedulian Terhadap Sesama Keluarga Besar HMI Sangat Diperlukan
Baca juga: Ketum KNPI: Kepedulian Terhadap Sesama Keluarga Besar HMI Sangat Diperlukan
Syarif Hidayatullah adalah orang pertama yang menyebarkan Islam di tanah Banten.

Saat itu, tugas TB Atif juga membantu warga Tangsel memerangi Belanda yang masih menjajah Nusantara.
"Maka diutus lah Tubagus Afif bin Sultan Ageng Tirtayasa sebagai panglima perang Kesultanan Banten untuk, satu, menyebarkan agama islam sesuai amanat leluhur Syarif Hidayatullah. Kedua memerangi Belanda, membantu masyarakat," papar Sos Rendra.
Sejarah Tajug
Pada misi penyebaran Islamnya, TB Atif membangun musala atau Tajug.
Posisinya berada di antara sawah dan Kali Jaletreng. Hal itu bertujuan agar warga mudah beribadah usai bekerja. Ukurannya tidak terlalu besar, sekira 10x10 meter.
"Jadi di buat tajug diantara sawah dan kali. Supaya kalau ibadah dekat, turun," ujar Sos Rendra.
Namun, duka menyerang TB Atif kala, adik tercintanya Ratu Ayu meninggal dunia.
Saking sayangnya, TB Atif memakamkan adiknya itu di dalam tajug.
Baca juga: Terpaksa Lebaran di Tengah Pengungsian, Korban Kebakaran Kapuk Muara: Ini Super Sedih
"Saking cintanya kepada sang Adik, bapaknya lagi perang, adiknya meninggal di bawa ke sini. Dimakamkan di dalam Keramat Tajug itu namanya," ujarnya.
Pada tahun 1721, TB Atif menyusul adiknya dan dimakamkab persis di sebelahnya.
"Kemudian dia pesan juga ke anak istri, kalau sudah tidak ada umur makamkan juga saya di makam tajug itu," ujarnya.

Kegiatan
Makam sosok penyebar Islam itu selalu ramai didatangi, hampir setiap hari.
Namun karena pandemi Covid-19, peziarah menurun drastis.
Baca juga: Duit Tak Kunjung Cair, Nasabah Tabungan Paket Lebaran di Bekasi Rugi Hingga Ratusan Juta
Abdul Haris (62), juru kunci makam, mengatakan, secara umum ada dua waktu ziarah di Keramat Tajug, dan selalu ramai, yakni sehari setelah Idul Fitri dan sebelum Ramadan.
"Ramainya setelah hari raya satu hari, seminggu tuh ramai. Dan sebelum Ramadan," ujar Haris.
Sedangkan kegiatan lain yang rutin digelar adalah pencucian benda pusaka TB Atif, setiap malam ke-14 Bulan Maulid atau Rabiul Awa penanggalan Hijriah.
"Itu sudah berlangsung ratusan tahun," ujarnya. (*)