Info Kesehatan

Mengenal Pentingnya Kesehatan Jiwa Maternal Bagi Orangtua Baru, Jangan Diremehkan!

Apabila kesehatan maternal terganggu akan berdampak pada ibu seperti kesehatan fisiknya terganggu dan rentan terhadap berbagai penyakit

Editor: Kurniawati Hasjanah
Freepik.com
Ilustrasi ibu hamil. 

TRIBUNJAKARTA.COM -  Mengenal pentingnya kesehatan jiwa maternal bagi orang tua baru. 

Kesehatan maternal terdiri dari kesehatan fisik dan psikis yang saling berkaitan dan mempengaruhi. 

Namun, selama ini kesehatan maternal lebih banyak difokuskan pada kesehatan fisik. Hal tersebut dikarenakan kesehatan fisik
lebih mudah terdeteksi daripada kesehatan jiwa maternal.

Apabila kesehatan maternal terganggu akan berdampak pada ibu seperti kesehatan fisiknya terganggu dan rentan terhadap berbagai penyakit misalnya tekanan darah meningkat sehingga berisiko preeklamsia.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 10 persen wanita hamil dan 13 persen wanita yang baru saja melahirkan mengalami gangguan kesehatan mental, terutama depresi, di seluruh dunia.

Angka ini bahkan lebih tinggi di negara berkembang, yakni 15,6 persen selama kehamilan dan 19,8 persen setelah melahirkan.

Baca juga: Bukan Pulang Kampung dari Kebumen ke Bandung, Keluarga Masitoh Sudah Setahun Hidup di Jalanan

Tingginya angka tersebut menunjukkan bahwa depresi pasca melahirkan membutuhkan perhatian dan dukungan yang mumpuni dari keluarga dan juga komunitas, agar para orang tua baru menjadi lebih siap dalam mengasuh anak. 

Kehadiran platform digital dan media sosial hari ini telah memungkinkan para Ibu untuk mendapatkan dan bahkan menggalang dukungan. MotherHope Indonesia (MHI) menjadi salah satu komunitas yang memberikan dukungan berkelanjutan bagi para Ibu yang mengalami postpartum depression dengan memanfaatkan Facebook

Nur Yanayirah, pendiri MotherHope Indonesia, mengatakan bahwa komunitas ini berawal dari pengalaman pribadi, ketika ia mengalami depresi pasca melahirkan.

Saat ia berada di ujung tombak keputusasaan, Yana berupaya bangkit dan mencari dukungan melalui grup komunitas-komunitas di Facebook.

Kala itu, sebagian besar komunitas atau support group yang ia temukan berbasis di luar negeri seperti Amerika Serikat, dan belum ada yang berasal dari Indonesia.

Baca juga: Intip Sederet Gaya Hijab dan Tunik yang Bisa Jadi Inspirasi untuk Lebaran Idul Fitri 1442 H

Dengan pengalaman itu, Yana berinisiatif untuk mendirikan komunitas ini untuk memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan keluarganya yang mengalami baby blues syndrome, depresi, dan gangguan mood lainnya. 

“Saya terinspirasi membuat komunitas yang aman dan nyaman bagi para orang tua untuk mendapatkan dukungan emosional dalam mengatasi tantangan selama proses pengasuhan anak, saling berbagi, serta mendapatkan wawasan baru dan edukasi,” ujar Yana dalam keterangan resminya pada Senin (10/5).

Memulai perjalanannya pada 2015, komunitas MotherHope Indonesia kian berkembang pesat.

Saat ini, lebih dari 45.000 anggota telah bergabung ke dalam Facebook Groupnya.

Mereka saling berbagi tentang cara meningkatkan kekuatan mental keluarga, mengatasi konflik, dan cara menghadapi depresi dan kecemasan.

Ada juga anggota yang memberikan edukasi tentang cara merawat kesehatan jiwa melalui asupan makanan yang sehat, olahraga dan meditasi, hingga konsultasi dengan psikiater/psikolog jika diperlukan.

Baca juga: Jangan Salah Kaprah, Ini Bedanya Ucapan Minal Aidin Wal Faizin dan Taqaballahu Minna Wa Minkum

Tak dapat dipungkiri, peran suami sebagai seorang Ayah juga sangat penting dalam pengasuhan anak.

Tanggung jawab untuk memberikan dukungan psikologis bagi istri juga terletak di pundak sang suami.

Faktanya, sekitar 10-15% anggota MotherHope Indonesia adalah seorang Ayah. Dari segi usia, anggota MotherHope Indonesia didominasi oleh kelompok usia 25 sampai 35 tahun. 

Yana menilai, sebelum pandemi, MotherHope Indonesia memiliki beberapa program offline rutin, seperti small support group yang berisikan 5-10 orang dan dapat berinteraksi secara langsung dan berdiskusi lebih intens, seminar yang berkolaborasi dengan komunitas lain atau lembaga tertentu - biasanya dilakukan 3 kali dalam setahun, dan kunjungan ke rumah.

Khusus untuk kunjungan ke rumah, komunitas bekerjasama dengan tim relawan untuk datang langsung ke rumah dan memberikan edukasi atau dukungan psikologis yang dibutuhkan. 

Yana selaku pemimpin komunitas MotherHope,  terpilih menjadi salah satu peserta dari Indonesia yang berkesempatan mendapatkan pelatihan dan pendanaan dari program Community Accelerator dari Facebook tahun lalu.

Di akhir program tersebut, Yana bersama dengan pemimpin komunitas lainnya yang terpilih  menjadi lebih siap dan mumpuni dalam mengembangkan jaringan komunitasnya dan menjangkau lebih banyak orang. 

Perjalanan membangun sebuah komunitas tidak selalu mudah. Ada lika-liku yang harus dilalui. Ada rasa lelah yang tak bisa dipungkiri.

Namun, saat orang terhubung dan menjalin kebersamaan, mereka dapat mencapai dan menciptakan hal-hal yang luar biasa.

Untuk itu Facebook akan terus menyediakan tools dan features yang memungkinkan hal tersebut dan tentunya guna mendorong semakin banyak hal positif bagi orang-orang Indonesia termasuk keluarga sebagai elemen terpenting dari masyarakat. 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved