Kasus DBD Meningkat di Ciracas Jakarta Timur, Ketua RW: Warga Abai Jumantik Mandiri

Sebanyak empat warga RW 03 Kelurahan/Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur terjangkit penyakit demam berdarah dengeu (DBD) akibat gigitan nyamuk aedes.

Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Permukiman warga RW 03 Kelurahan/Kecamatan Ciracas di Jakarta Timur, Selasa (2/6/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Sebanyak empat warga RW 03 Kelurahan/Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur terjangkit penyakit demam berdarah dengeu (DBD) akibat gigitan nyamuk aedes aegypti.

Ketua RW 03 Kelurahan Ciracas Sugiman mengatakan jumlah tersebut merupakan total kasus aktif DBD hingga Kamis (27/5/2021) lalu dan hingga kini masih menjalani perawatan di dua RS.

"Dirawat di RS Polri Kramat Jati dan RS Pasar Rebo. Memang sekarang ini kalau berdasar data wilayah Ciracas kasus DBD-nya termasuk yang paling tinggi se-Jakarta Timur," kata Sugiman di Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (1/6/2021).

Baca juga: Kasus DBD Meningkat, Warga Ciracas Diimbau Waspadai Selama Pandemi Covid-19

Data dimaksud merupakan data disampaikan pihak Puskesmas Kelurahan Ciracas kepada warga yang sudah melakukan penyelidikan epidemiologi di penyebaran DBD di permukiman RW 03.

Menurutnya kasus DBD tersebut akibat warga mengabaikan program Juru Pemantau Jentik (Jumantik) mandiri di mana dalam satu rumah terdapat satu anggota keluarga jadi Jumantik.

"Kalau menurut saya ini karena warga masih abai Jumantik mandiri, jadi terlalu mengandalkan kader Jumantik. Padahal kader Jumantik ini tidak bisa memantau jentik di rumah warga setiap saat," ujarnya.

Alasannya nyamuk aedes aegypti yang gigitannya jadi sumber penyakit DBD berkembang biak di air bersih, bukan kotor sebagaimana kondisi di saluran air permukiman warga.

Dalam banyak kasus jentik nyamuk aedes aegypti justru ditemukan di bak mandi rumah, vas bunga, hingga tempat minum hewan peliharaan yang kondisi airnya bersih namun jarang disadari.

Sugiman menuturkan hal ini sudah berulang kali disosialisasikan kepada warga, baik oleh kader Jumantik di masing-masing RT dan jajaran Puskesmas Kecamatan Ciracas.

"Penularan DBD ini kan bisa dicegah dengan 3M. Tapi kalau warga masih abai ya susah. Kedua di sekitar permukiman banyak lahan kosong tempat barang bekas, seperti botol bekas mineral. Ini jadi tempat berkembang biak," tuturnya.

Sebelumnya pada Jumat (28/5/2021) jajaran Puskesmas Kelurahan Ciracas melakukan fogging atau pengasapan di permukiman warga RW 06 guna memberangus jentik aedes aegypti.

Lurah Ciracas Rikia Marwan mengatakan hingga Sabtu (29/5/2021) di wilayah RW 06 yang berbatasan dengan RW 03 tercatat lima kasus aktif DBD sehingga dilakukan fogging.

Pihaknya mengimbau warga rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yakni menguras tempat penampungan air, mengubur barang bekas, dan menutup tempat penampungan air.

Alasannya fogging bukan termasuk langkah pencegahan DBD karena dilakukan setelah ditemukan adanya kasus warga positif terjangkit DBD, dan ditemukan jentik aedes aegypti.

"Untuk warga yang terpapar DBD dipantau pihak Puskesmas Kelurahan Ciracas, kalau dari pemeriksaan dinyatakan harus dirawat di RS langsung dirujuk. Karena bisa atau tidaknya dirawat rumah pihak Puskesmas yang menentukan," kata Rikia, Sabtu (29/5/2021).

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved