Sisi Lain Metropolitan

Suami Meninggal dan Ditinggalkan Anak, Tangis Emak Fitriyani Jual Bansos Demi Bayar Kontrakan

Tangis emak Fitriyani pecah saat menceritakan mengenai anak semata wayangnya Muhammad Wahyudin (26).

TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021). Tangis emak Fitriyani pecah saat menceritakan mengenai anak semata wayangnya Muhammad Wahyudin (26). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Tangis emak Fitriyani pecah saat menceritakan mengenai anak semata wayangnya Muhammad Wahyudin (26).

Janda sebatang kara yang tinggal di Tanjung Barat, Jakarta Selatan ditinggalkan sang anak selama lebih dari setahun.

Kehidupan emak Fitriyani pun terpuruk saat pandemi Covid-19.

Emak Fitriyani masih mengingat sang anak hanya pamit pergi ke rumah teman.

Namun, hingga kini Wahyudin belum pernah pulang ke rumah.

"Anak saya sudah lupa sama orangtuanya. Sudah 16 bulan enggak pulang. Bilangnya mau pergi ke rumah teman. Enggak pernah ngabarin saya," ujarnya seraya menangis.

Baca juga: Bawa Istri Orang Menginap, Pemuda Ini Malah Ngamuk Saat Digerebek, Hukuman Cambuk Menanti

Sementara suaminya meninggal saat emak Fitriyani mengandung Wahyu di tahun 1995.

Ketika melahirkan, cerita emak Fitriyani, Wahyu sudah tak memiliki ayah.

Kini, emak Fitriyani pun harus berjuang seorang diri untuk bertahan hidup.

Ia mengaku mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah selama pandemi Covid-19.

Baca juga: Wacana Beras Kena Pajak dan Realita Masih Ada Warga yang Cuma Makan Nasi Pakai Kecap di Jakarta

Namun, bantuan itu kerap dijualnya untuk membayar kontrakan.

Di tengah nasib malang yang menimpanya, emak tetap bersyukur masih bisa makan dengan seadanya.

"Dibilang susah, mungkin ada yang lebih susah lagi di bawah saya. Masih bersyukur masih bisa ketemu makan. Saya enggak lhiat yang ke atas tapi di bawah saya," katanya.

Ketua Forsiwa Tanjung Barat, Andri menyambangi kontrakan Fitriyani (56), atau sering dipanggil emak di kawasan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (15/6/2021).
Ketua Forsiwa Tanjung Barat, Andri menyambangi kontrakan Fitriyani (56), atau sering dipanggil emak di kawasan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (15/6/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Ganjal Perut dengan Makan Nasi Kecap

Emak Fitriyani yang tinggal Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan ini hidup memprihatinkan.

Bagi emak Fitriyani, makan nasi dan kecap sudah cukup untuk bertahan hidup.

Emak Fitrinyani hidup sebatang kara di rumah kontrakannya yang sederhana.

Di rumah petak itu, ia tidur beralaskan kasur lapuk.

Baca juga: Cara Daftar KJP Plus dan Bantuan Khusus Fakir Miskin di DKI Jakarta, Catat Syarat Lengkapnya

Di depan kasur terdapat televisi cembung kecil yang terkadang berubah hitam putih.

Di bawah lantai, berserakan berbagai macam perabotan rumah dan pakaian.

Sebelum pandemi Covid-19, ia mencukupi kebutuhan hidupnya dengan bantu-bantu jualan minuman di kampus.

Dalam sehari, emak mendapatkan uang Rp 50 ribu.

Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021).
Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Penghasilannya digunakan untuk membayar kontrakan setiap bulan.

Semenjak pandemi Covid-19, kampus tutup sehingga penghasilannya ikut-ikutan hilang.

Emak kemudian mencari penghasilan lain. Terkadang, ia membantu menggosok pakaian tetangga.

Namun, penghasilannya kerapkali tak cukup untuk membayar kontrakan.

Belakangan, emak juga memunguti berbagai plastik dan kardus yang ditemuinya di jalan.

Kemudian ia jual ke pemilik lapak dengan pendapatan yang tak seberapa.

Beruntung, emak memiliki pemilik kontrakan yang memahami kondisi hidupnya.

Baca juga: Puskesmas Ingatkan Warga Fogging Bukan Langkah Mencegah DBD

Emak dibolehkan menyicil biaya kontrakan per bulan. Cicilannya pun jarang dilunasinya.

Pemilik kontrakan juga sering memberikan lauk untuk makan emak.

Kepada TribunJakarta.com, emak bercerita bahwa untuk makan sehari-hari saja berat.

Apalagi hidup di tengah keadaaan darurat pandemi Covid-19. Emak sering bersantap hanya dengan nasi, dan kecap. Untuk menambah rasa, ia menaburinya dengan garam.

"Bukan berat lagi, ini benar-benar berat. Kalau untuk makan yang penting ada beras, garam dan kecap. Itu yang penting," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (15/6/2021).

Bahkan, emak bercerita bersantap sayur asam dan ikan asin saja sudah makanan mewah baginya.

"Sayur asem dan ikan asin bukan mewah lagi buat saya. Seminggu sekali makan ini juga enggak," ujarnya dengan nada bergetar.

Harapan Emak

Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021).
Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Hidup emak Fitriyani berada dalam jurang kemiskinan. Untuk makan sehari-hari saja, ia kesulitan.

Pekerjaan serabutan dipilihnya seperti memunguti sampah plastik dan membantu menggosok pakaian tetangga.

Warga Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan ini sempat bercerita sekelumit kisah getirnya tinggal sebatang kara kepada TribunJakarta.com.

Di akhir perbincangan, ia ingin bekerja dengan membuka usaha makanan ringan demi mencukupi hidupnya. Namun, emak terkendala oleh biaya.

Emak bisa dibilang pintar memasak. Ia sempat menjadi juri makanan dalam sebuah lomba masak. Terbukti dari sertifikat juri yang dipajang di dinding kontrakannya.

Istri dari Ketua RT di sana pun sempat memesan pastel dalam cukup banyak untuk acara tahlilan.

"Seandainya saya ada uang lebih atau ada yang memberikan pinjaman, saya mau usaha makanan ringan. Saya mau juga usaha pempek, enggak apa-apa harus dorong gerobak," ujarnya.

Dana Bantuan

Warga Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan membantu Fitriyani (56), seorang janda sebatang kara yang mengalami kesulitan ekonomi selama pandemi Covid-19.

Dana bantuan dikumpulkan melalui program Sedekah Koin yang diusung Forum Silahturahmi Warga (Forsiwa) Tanjung Barat.

Hasil pengumpulan koin itu dibelikan sembako kepada emak, panggilan Fitriyani.

Andri, Ketua Forsiwa, menceritakan awalnya ia sempat bertemu dengan emak sekitar satu tahun lalu.

Namun, semenjak ditinggal anak semata wayangnya dan memasuki masa pandemi, hidup emak kini jadi kian berat.

Emak harus mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.

Terkadang membantu menggosok pakaian tetangga dan memunguti sampah di jalan.

Akan tetapi, penghasilannya sering tak cukup untuk membayar kontrakan.

"Saya prihatin ibu ini berjuang sendiri. Makan juga enggak seadanya dengan nasi, garam dan kecap. Bahkan sayur asam dan ikan asin saja sudah mewah. Saya terketuk hati untuk membantunya," ujar Andri kepada TribunJakarta.com pada Senin (16/6/2021).

Andri juga sudah membantu emak untuk mendaftarkan ke Daftar Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sekitar seminggu yang lalu.

Ia berharap agar pemerintah segera menindaklanjuti dan membantu warganya yang kesusahan.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved