Terkuak Fakta Lain di balik Kabar Nenek Birah Tinggal di Gubuk Reyot & Merebus Air Buat Ganjal Perut
Kabar nenek Binah yang bertahan hidup merebus air untuk mengganjal perut membuat warganet trenyuh. Terungkap fakta lain dalam kisah tersebut.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Kabar nenek Binah yang bertahan hidup merebus air untuk mengganjal perut membuat warganet trenyuh.
Kabar lainnya yakni nenek Binah yang tercatat sebagai warga Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung tinggal di sebuah gubuk bambu berukuran 2x4 meter.
Berita nenek Binah itu terus berseliweran di luar situs arus utama.
Berita itu terus ditulis untuk menggambarkan penderitaannya karena tidak mendapat bantuan pemerintah.
Fakta dibalik kabar penderitaan nenek Binah itu pun terungkap.
Koordinator Tenaga Kesejahteraan Sosial Tingkat Kecamatan (TKSK) Kabupaten Tulungagung, Mohammad Imron Wahyudi memberikan pengakuan.
Baca juga: Pelarian Penyiram Air Keras ke Guru TK Berakhir, Saling Bantah Pelaku dan Korban Soal Kisah Cinta
Mohammad Imron Wahyudi menuturkan nenek Binah sudah meninggal dunia sejak tahun 2019.
“Jadi berita itu hoaks. Mbah Binah sudah meninggal sejak 2019,” terang Imron.
Berita ini pertama kali muncul tahun 2017 silam, setelah diunggah warganet.
Saat itu pemerintah sudah bergerak dengan memberikan bantuan padanya.

“Beliau semasa hidupnya sudah mendapat bantuan. Jadi salah jika dikabarkan terlantar karena tidak dibantu,” sambung Imron.
Terakhir, berita nenek Binah diunggah pada 11 Desember 2020 dan sempat menjadi viral.
Imron pun mempertanyakan, karena Desa Kalibatur telah mengeluarkan surat kematiannya tahun 2019 bernomor 472.11/21.409/11/2019.
Kini berita itu kembali viral, mempertanyakan tindakan pemerintah karena ada warganya menderita, tinggal di bilik bambu beralaskan tikar plastik tanpa bantal.
Baca juga: Sadisnya Pelaku Habisi Rian di Hotel Lalu Jasadnya Dibakar, Jerit Tangis Ibu Korban: Sungguh Tega !
“Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal 2019 lalu diviralkan sekarang?” keluh Imron.
Lebih jauh Imron mengungkapkan, Januari 2017 Kementerian Sosial melalui TKSK Kabupaten Tulungagung memberikan Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk Nenek Binah.
Baca juga: Suami Meninggal dan Ditinggalkan Anak, Tangis Emak Fitriyani Jual Bansos Demi Bayar Kontrakan
Selain itu TKSK juga memberikan bantuan pangan melalui Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
Imron menegaskan, dirinya sendiri terlibat langsung saat pemberian bantuan itu.
“Berita ini harus diluruskan, pemerintah tidak pernah berpangku tangan pada warga yang membutuhkan bantuan. Termasuk pada Nenek Binah,” tandas Imron.
Kisah Lain
Perjuangan Siti Rohemah Tinggal di Gubuk Reyot

Siti Rohemah, wanita 55 tahun warga Pamekasan, Madura ini harus berjuang demi bertahan hidup.
Keseharian Siti Rohemah yang mengaku belum menikah selama hidupnya ini serba kekurangan.
Siti sebatang kara menghuni gubuk reyot tak berlistrik di Dusun Barat, Desa Samatan, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Madura.
Baca juga: Emak Hidup Susah Sebatang Kara Ditinggalkan Anak, Makan Sayur Asem & Ikan Asin Sudah Paling Mewah
Siti Rohemah sebenarnya memiliki sanak saudara yang hidup berdampingan.
Namun kondisi kehidupan mereka tak jauh berbeda dengannya.
Ia pun bekerja serabutan demi bertahan hidup.
"Jika ada tetangga yang menyuruh kerjaan apa pun, maka saya dapat upah, dari upah tersebut saya bisa makan," cerita Rohemah kepada TribunMadura.com, Jumat (4/6/2021).
"Kalau keinginan banyak, tapi apa daya, buat makan saja, saya masih menunggu upah dari bungkus kerupuk di rumah tetangga," sambungnya.
Sudah sekitar 3 tahun, Siti Rohemah menghuni gubuk reyot.
Gubuk yang ditinggali Siti Rohemah itu berukuran 5x6 meter.
Namun, separuhnya lagi berdinding anyaman bambu.
Rumah yang ditinggali nenek Rohemah ini beratap genting dan sudah tampak bolong-bolong.
Di dalam gubuk reyot tersebut, tampak hanya ada kasur tak empuk yang biasa menjadi alas untuk tempat tidur nenek Rohemah.
Baca juga: Wacana Beras Kena Pajak dan Realita Masih Ada Warga yang Cuma Makan Nasi Pakai Kecap di Jakarta
Sementara, kondisi dapur tempat Rohemah memasak, berada di samping gubuknya.
Di tempat dapur itu hanya ada tungku dan sedikit kayu bakar.
Rohemah mengatakan, jangankan kamar mandi atau jamban, listrik untuk menerangi gubuknya saja ia mengaku tak punya.
Selama ini, untuk penerangan listrik di rumahnya, Rohemah mengaku numpang menyambung dari rumah saudaranya.
Namun beberapa hari lalu, sambungan kabel itu putus akibat tersangkut mobil lewat.
Sementara itu, Kepala Desa Samatan, M. Tamyis mengaku, sudah melaporkan dan memasukkan data Rohemah ke Dinsos Pamekasan melalui petugas data Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial – Next Generation (SIKS-NG) untuk diajukan dapat bantuan rumah tidak layak huni (RTLH).
Namun, hingga saat ini, Rohemah masih belum dapat bantuan RTLH.
Saat ini, Pemdes bersama BPD Samatan sudah menyiapkan dana sebanyak Rp 5 juta rupiah untuk membantu kebutuhan rehab rumah Rohemah.
"Tentunya nominal itu sudah pasti tidak cukup, untuk membangun rumahnya Rohemah," kata Tamyis.
Menurutnya, Rohemah ini merupakan salah satu warganya yang menerima bantuan BLT-DD selama wabah Covid-19.
Tetapi untuk bantuan lainnya tidak dapat.
Ia berharap Rohemah bisa mendapatkan bantuan dari pihak terkait, supaya bisa memperbaiki gubuknya yang sudah reot.
"Semoga ada rezeki, sehingga Rohemah bisa segera memperbaiki rumahnya sebelum roboh," harapnya.
Artikel ini telah tayang di TribunMadura.com dengan judul Kisah Siti Rohemah Warga Pamekasan Sebatang Kara Karena Belum Menikah, Kini Tinggal di Rumah Reyot dan Kisah Nenek Birah, Bertahan Hidup Merebus Air untuk Ganjal Perut yang Lapar, Fakta Lain Terungkap,