Antisipasi Virus Corona di DKI
Kapolres Jakarta Pusat Sebut Data Covid-19 Dinkes DKI Tak Selaras dengan Kondisi di Lapangan
Hengki pun mengklaim data dari laman corona.jakarta.go.id ihwal angka Covid-19 di Jakarta Pusat tak sebanyak yang tercatat
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Hengki Haryadi, mengklaim data Covid-19 versi Dinas Kesehatan DKI tak selaras dengan jumlah kasus positif Covid-19 di lapangan.
"Memang tidak begitu angkanya. Data di lapangan jauh lebih kecil kasus positifnya," kata Hengki, saat konferensi pers, di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Senin (21/6/2021).
Terkhusus data yang terdapat pada laman corona.jakarta.go.id milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Kami memperoleh temuan, salah satunya beda angka tentang masyarakat yang terkonfirmasi positif di Jakarta Pusat ini yang ada di corona.jakarta.go.id," kata Hengki.
"Artinya, jangan sampai kita membunuh nyamuk dengan bom. Karena ini berpengaruh juga terhadap strategi yang kami laksanakan. Apakah perlu mikro lockdown atau sebagainya," lanjut dia.
Hengki pun mengklaim data dari laman corona.jakarta.go.id ihwal angka Covid-19 di Jakarta Pusat tak sebanyak yang tercatat.
"Dinas kesehatan dengan data riil lapangan itu beda. Data lapangan jauh lebih kecil," ujar Hengki.
Baca juga: Begini Cara Pemain Bertahan Persija Menjaga Ketahanan Fisik untuk Menjaga Kebugaran
Baca juga: ODGJ Menjerit Kesakitan di Pinggir Jalan Kota Bekasi, Warga Syok Lihat Kepala Bayi Menyembul Keluar
Baca juga: Klaster Olahraga Muncul di Tangerang Selatan, Benyamin Davnie Minta Pesepeda Jangan Menyepelekan
Misalnya, lanjut Hengki, di Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, saat itu terdata di puskesmas yang reaktif 18 orang.
Padahal, kata dia, sepuluh dari 18 orang telah dinyatakan sembuh.
"Tapi tidak tercatat di corona.jakarta.go.id. Padahal mereka juga sudah menunjukkan surat dari RSD Wisma Atlet Kemayoran telah negatif," jelas dia.
Misalnya lagi, kata Hengki, masyarakat yang positif itu memang memiliki Kartu Tanda Penduduk KTP Jakarta Pusat.
Tapi mereka tidak ada lagi di Jakarta Pusat.
"Apakah itu di Bogor, Bandung, dan sebagainya. Artinya, data tersebut tidak ril yang kami peroleh," tutup Hengki.