Antisipasi Virus Corona di Tangsel
Bisa Layani 400 Pelanggan Sehari, Pengusaha Depot Isi Ulang Oksigen di Tangsel Pusing Stok Langka
Sudah sepekan belakangan Dani Sanjaya kurang tidur karena sehari bisa melayani 400 pelanggan yang cari oksigen isi ulang untuk keperluan medis.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGSEL - Sudah sepekan belakangan Dani Sanjaya kurang tidur karena sehari bisa melayani 400 pelanggan yang cari oksigen isi ulang untuk keperluan medis.
Ketika banyak teman-teman satu profesinya menutup depot, Dani memilih bertahan menyediakan oksigen isi ulang untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Lonjakan kasus Covid-19 pada periode Juni 2021 di Tangsel membuat depot isi ulang oksigen untuk keperluan medis banjir pelanggan, tak terkecuali di depot Dani.
"Maaf Bu, stoknya lagi habis," kata Dani menjawab sesaorang melalui sambungan telepon saat TribunJakarta.com datang menyela kesibukannya melayani pembeli, Rabu (30/6/2021).
Baca juga: Patut Disimak, Ini Cara Sehat Isolasi Mandiri di Rumah Bagi Pasien Bergejalan Ringan
Tak Layani Bengkel Las dan Pedagang Ikan
Dani menyadari, oksigen kini menjadi penyambung nyawa mereka yang mengalami sesak napas.
Sehingga ia memutuskan hanya menjual oksigen isi ulang untuk pasien Covid-19 ataupun pasien penyakit dalam lain yang membutuhkan.

Demi alasan kemanusian pula, depotnya di Jalan JLS dekat simpang Muncul, Setu, Tangerang Selatan, terpaksa menyetop permintaan oksigen untuk bengkel las dan pedagang ikan.
Ia bahkan berani menolak pembeli dari penjual ikan dan bengkel las yang sebelumnya sudah berlangganan.
"Sekarang saya cuma untuk pasien Covid-19, atau sama sakit lainnya, banyak juga langganan saya yang jantung, kanker. Saya sudah setop buat penjual ikan sama bengkel las," kata Dani.
Pelanggan Datang dari Jakarta Utara
Menurutnya, jika bukan untuk melayani pasien Covid-19, ia sudah menutup depotnya.
Baca juga: Polisi Siap Tindak Penimbun Tabung Oksigen, Penjual Jangan Coba-coba Menaikkan Harga
Sejak empat tahun lalu membuka depot oksigen isi ulang, Dani biasa melayani pelanggannya yang mengidap penyakit asma, kanker dan jantung.
Kali ini di tengah kasus terkonfirmasi Covid-19 melonjak, mayoritas pembeli oksigennya adalah keluarga di mana anggota kerabat mereka sedang menjalani isolasi mandiri.

"Biasanya isoman. Di rumah sakit penuh, mereka berusaha isoman sendiri. Tapi pelanggan kita ada yang Covid-19, kanker, jantung juga ada," ujar Dani saat ditemui TribunJakarta.com, Rabu (30/6/2021).
Dalam satu jam, tak kurang 10 orang datang hendak mengisi ulang oksigen sambil membawa tabung ukuran tinggi satu meter. Belum termasuk yang memesan lewat ponsel.
"Maaf Bu, stoknya lagi habis," kata Dani menjawab sesaorang di ujung telepon selagi sibuk melayani pembeli.
Dani membatasi dengan tak melayani jasa antar isi ulang oksigen. Karena ia sudah kewalahan meladeni pembeli yang datang langsung ke depotnya.
Pelanggan yang datang ke depot Dani tak hanya dari Tangsel saja. Bahkan, tak sedikit warga di Jakarta Utara turut mencari oksigen isi ulang ke Dani.
"Yang mengisi bukan dari dekat-dekat sini. Dari Jakarta Barat, Sunter, Cikupa, dari Gading. Capek dah melayaninya. Sampai malam enggak berhenti-berhenti ini yang ngisi," ucap Dani.
Peralatan Oksigen Naik Drastis
Melihat kondisi saat ini, Dani mengaku bukan saja bersama tiga karyawannya harus kerja ekstra melayani pembeli yang silih berganti datang.
Baca juga: Bantu Tanggulangi Covid-19, Petugas Dishub Pademangan Antar Jemput Pengisian Tabung Oksigen ke RSUD
Lebih dari itu, ia dipusingkan dengan pasokan oksigen isi ulang dari pabrikan. Di mana permintaan banyak, cuma ketersediaan tidak bisa diproduksi cepat. Dani pun harus menunggu berjam-jam untuk belanja.
"Saya bawa 20 tabung, hanya boleh mengisi 10 maksimal. Itupun harus ditunggu, kalau ditinggal enggak diisi-isi," kata Dani.

Tingginya permintaan oksigen isi ulang berdampak pada harga peralatan lainnya, seperti regulator dan selang. Di pasaran sampai kehabisan.
"Persediaan barang termasuk selang, regulator, tabungnya pun kosong di pasaran. Harganya sudah tinggi," sambung pria berkepala pelontos ini.
Normalnya, untuk tabung ukuran satu meter Dani biasa menjual seharga Rp 1 juta. Tapi, kondisi saat ini melonjak dan bisa sampai Rp 3 juta itu pun stoknya habis.
Biasanya ia menyewakan tabung oksigen ukuran besar, cuma saat ini tak memungkinkan karena stoknya tak ada.
"Permintaan banyak, barangnya enggak ada, harganyapun gila-gilaan lah," imbuhnya.
Sehari Bisa Layani 400 Pelanggan
Ia mengakui pabrik yang memproduksi oksigen isi ulang tak bisa cepat, karena harus mengantre.
"Permintaan ke kita banyak, pusing, stoknya terbatas. Mereka rekan-rekan saya di Serpong, Pamulang, banyak yang tutup," kata Dani.
Baca juga: Polisi Sebut Tabung Oksigen Didatangkan Impor, Butuh 1-2 Bulan Sampai ke Indonesia
Ia bingung berapa jumlah pelanggan yang datang dalam sehari, karena saking banyaknya.
Dani hanya bisa memperkirakan, depotnya yang buka 24 jam ini menerima sekitar 400 pelanggan dalam sehari.

"Banyak deh enggak kehitung deh, kebanyakan tabung-tabung kecil. Dari malam sampai pagi kurang lebih 400 mungkin," tuturnya.
Untuk isi ulang satu tabung oksigen ukuran tabung 1 meter kubik, Dani hanya membanderol seharga Rp 40 ribu. Di tempat lain bisa Rp 50 ribu.
Ia tidak tega menaikkan harganya lebih tinggi lagi dari harga sebelumnya Rp 30 ribu.
"Sekarang tiga orang karyawan saja sudah keteter," tambah Dani yang belum berhenti melayani pelanggannya karena terus datang silih berganti.
"Namanya juga buat kemanusiaan bang, kalau menghitung lelah mah saya sudah tutup sama kayak yang lain," ucap pria asli Rawa Buntu, Serpong itu.
Oksigen Buat Antisipasi
Kristiandi (41), warga Serpong, satu di antara pelanggan Dani yang ikut mengantre untuk mendapatkan oksigen isi ulang.
"Kebetulan buat antisipasi karena ada beberapa anggota keluarga yang positif Covid-19. Ada empat orang. Takutnya drop atau sesak napas," ujar Fitriandi.
Baca juga: Tangsel Krisis Oksigen, Penambahan Tempat Tidur Isolasi Covid-19 RSU Serpong Utara Macet
Menurut dia, tingkat saturasi satu dari dua kerabatnya itu mulai menurun.
"Karena gejala Covid-19 katanya. Ada indikasi ke sana, sesak. Satu mulai drop, saturasinya mulai turun, itu yang diantisipasi," aku pria yang akrab disapa Andi ini.
Andi sudah pasrah kehabisan oksigen kaleng yang jamak dijual di apotek.
"Saya cari yang model kaleng soalnya di mana-mana sudah habis, karena punya tabung jadinya ke sini," kata dia.
Sementara, Priyono (46) mendapat perintah bosnya untuk mengisi tabung oksigen yang sudah sembilan tahun tidak terpakai.
Hal itu lantaran ada kerabat bosnya yang terpapar Covid-19 dan sedang menjalani isolasi mandiri.
"Ada keluarga bos yang kena, positif, jadi buat persediaan saja, karena takutnya membutuhkan," kata Priyono.