Sisi Lain Metropolitan
Cerita Man Rambo, Tiga Tahun Kampanye Bahaya Narkoba: Mantan Preman, Jalan Kaki Surabaya-Jakarta
Tiga tahun berlalu, Man Rambo masih gigih menyuarakan bahaya narkoba, misi sosial membantu sesama bila ada yang masyarakat yang terdampak musibah
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Berjalan kaki Surabaya-Jakarta mengkampanyekan bahaya narkoba dilakukan Satuman (59), mantan narapidana dan preman.
Meski bukan kali pertamanya diberitakan TribunJakarta.com, rupanya Satuman atau akrab disapa Man Rambo masih melakukan hal sama.
Tiga tahun berlalu, Man Rambo masih gigih menyuarakan bahaya narkoba.
Ia tulus menjalankan misi sosial membantu sesama bila ada masyarakat terdampak musibah atau bencana alam, hingga misi budaya.
Yap, sedari tahun 2018 dirinya sudah bertekad mengkampanyekan bahaya narkoba kepada generasi muda.
Baca juga: Polres Jakarta Barat dan Bea Cukai Ungkap Sindikat Narkoba Jaringan Afrika Selatan
Misi kemanusiaan dan budaya dengan keliling Jawa, dimulai Man Rambo dari Surabaya menuju Jakarta.
Berjalan kaki sambil membawa pengeras suara, tas dan juga sejumlah barang lainnya, ia terus melangkahkan kaki melawan terpaan angin, terik matahari, panasnya aspal, cuaca dingin hingga ancaman lainnya.

Ditemui di Jatinegara, lelaki kelahiran 1 Agustus 1962 ini bercerita kembali titik mulanya melakukan hal ini.
Dimulai dengan membagikan perjalanan hidupnya sedari belia, Man Rambo menuturkan dirinya mantan napi dan preman.
Mulanya, di usia 10 tahun ia dihadapkan pada kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan.
Saat itu, adiknya sakit dan ibunya mencoba berjalan keliling kampung, dari pasar ke pasar menjajakan peralatan makan yang mereka miliki.
Berjam-jam ia mengetahui ibunya pergi dengan harap peralatan makannya laku terjual dan uangnya akan digunakan berobat.
Baca juga: Polisi Virtual Didorong kembangkan Kesadaran Budaya Beretika, Mediasi dan Restorative Justice
Sayangnya, semua nihil, usaha ibunya sia-sia, peralatan makan yang dibawa tak laku sama sekali.