Virus Corona di Indonesia
Melihat Ritual Warga Blitar Usir Covid-19, Jongkok Depan Bediang Corona Bakar Garam
Warga Blitar memiliki ritual unik untuk mengusir Covid-19. Mereka membuat bediang Corona di depan rumah masing-masing.
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Yogi Jakarta
Warga meyakini bahwa uap dari garam yang terbakar akan menyebar terbawa angin dan menetralisir virus atau penyakit di udara.
Baca juga: Grup 1 Kopassus Bagikan Ribuan Paket Sembako Untuk Warga Desa Binaan yang Terdampak Pandemi Covid-19
Setiap habis magrib, Sujianto bersama keluarganya melakukan kebiasaan seperti itu.
Sujianto menyebut, ritual itu adalah kebiasaan kakek moyang itu.
Bahkan sesudah Magrib, warga di desa itu juga berrkumpul di halaman rumahnya lalu membakar sesuatu untuk menjadi perapian.

Garam krosok pun disebar agar terbakar.
Kebiasaan Sujianto ternyata sudah menyebar ke mana-mana.
Mbah Suji tidak menyebut diawali siapa atau dari daerah mana, namun tradisi keluarganya itu sekarang sudah banyak yang mengikuti.
"Alhamdulillah, keluarga kami aman dari pagebluk. Ini cara turun-temurun dari leluhur kami, kalau ada pagebluk disuruh membakarkan garam krosok," ujar kakek dua cucu ini.
Meski cara seperti itu sulit dijelaskan korelasinya dengan pengusiran pandemi Covid-19, namun konon makhluk halus takut dengan api meski berasal dari zat yang sama. Sebab mereka juga takut dengan api neraka.
Diyakini makhlus jahat itu munculnya juga setiap petang atau menjelang magrib bertepatan terbenamnya matahari.
"Makanya saat datang, kita disambut dengan perapian di depan rumah sehingga (penyakit) tidak berani mendekat. Selain itu, tubuh jadi hangat dan berkeringat sehat sehingga pagebluk tak berani masuk ke tubuh kita. Dan Alhamdulillah, keluarga kami aman dari pagebluk ini," papar Mbah Suji.
Baca juga: Pemkot Jakarta Pusat Ingatkan Lurah Sertifikat Covid-19 Bukan Syarat Pengambilan Bansos
Sementara itu, tetangga Mbah Suji, Herwanto (52) juga ikut membuat perapian.
Selain membuat perapian dengan diberi garam krosok seperti warga lainnya, ia masih juga menyebarkan garam ke sekeliling rumahnya setiap malam.
"Kami meniru mbah-mbah kami, kalau dulu ada pagebluk seperti ini, mereka menaburkan garam di sekeliling rumah. Alhamdulillah, keluarga kami juga sehat semua," ujar Herwanto.
Bahkan ada satu desa, di Kecamatan Doko yang warganya diwajibkan membuat perapian sehabis Maghrib.