Lurah Batujaya Tak Mendapat Keluhan Warga Soal Adanya Mural Jokowi 404: Not Found
Jamaludin, Lurah Batujaya, mengungkapkan awal penemuan mural Jokowi 404: Not Found di wilayahnya.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, BATUCEPER - Jamaludin, Lurah Batujaya, mengungkapkan awal penemuan mural Jokowi 404: Not Found di wilayahnya.
Saat itu Kamis (12/8/2021), sekira pukul 10.30 WIB, Jamaludin mendapat laporan dari warganya bahwa ada mural bergambar Presiden Jokowi.
Jamaludi pun memeriksanya langsung di Jalan Pembangunan 1, Batujaya, Batuceper, Kota Tangerang, dan melaporkannya kepada Camat Batuceper saat itu juga.
"Kita ada yang melaporkan, warga. Kita enggak tahu kapan itu dibuatnya, sekitar jam 10.30 WIB Kamis katanya ada gambar itu, kita lihat," kata Jamaludin melalui sambungan telepon, Sabtu (14/8/2021).
Setelah dilaporkan, mural itu tak berumur panjang, karena dihapus oleh pihak Kecamatan, kepolisian dan TNI.

Jamaludin menolak menjawab tentang penyebab penghapusan mural yang dilakukan dengan meniban mural menggunakan cat hitam itu.
"Jangan tanya saya soal penghapusan, saya hanya melaporkan ke tiga pilar," ujarnya.
Baca juga: Polisi Buru Seniman Mural Jokowi 404: Not Found, Sosiolog: Mendingan Kejar Harun Masiku
Jamaludin mengaku tidak ada kegegaran tertentu ataupun aduan masyarakat yang resah atas mural itu.
"Kurang tahu saya kalau masalah itunya," pungkas Jamaludin.
Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota, Kompol Abdul Rachim, mengatakan, selain menghapus, pihaknya juga memburu seniman mural itu.
"Tetap diselidiki itu perbuatan siapa. Karena bagaimanapun itu kan lambang negara, harus dihormati," kata Rachim, Jumat (13/8/2021).
Penyelidikan terhadap sosok seniman mural itu dilakukan lantaran karyanya dianggap melecehkan lambang negara dan tidak berjiwa nasionalis.

"Presiden itu Panglima Tertinggi TNI-Polri, itu lambang negara. Kalau kita sebagai orang Indonesia mau pimpinan negara digituin. Jangan dari sisi yang lain kalau orang punya jiwa nasionalis," terang Rachim.
Dikritik Sosiolog
Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota, Kompol Abdul Rachim, mengatakan, akan memburu seniman pembuat mural tersebut.
Sebelumnya, mural bernada kritik terhadap pemerintah itu tak bertahan lama, hanya beberapa hari dan akhirnya dihapus dengan cara dicat hitam, oeleh aparat kepolisian, TNI dan Kecamatan.
"Tetap diselidiki itu perbuatan siapa. Karena bagaimanapun itu kan lambang negara, harus dihormati," kata Rachim, Jumat (13/8/2021)
Penyelidikan terhadap sosok seniman mural itu dilakukan lantaran karyanya dianggap melecehkan lambang negara dan tidak berjiwa nasionalis.

"Presiden itu Panglima Tertinggi TNI-Polri, itu lambang negara. Kalau kita sebagai orang Indonesia mau pimpinan negara digituin. Jangan dari sisi yang lain kalau orang punya jiwa nasionalis," terang Rachim.
Namun, Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, menganggap mural merupakan seni, media ekspresi masyarakat.
Baca juga: Sosiolog Sebut Penghapusan Mural Jokowi 404 Not Found di Tangerang Bentuk Pembungkaman dan Represi
Sebagai seni, mural tidak bisa dihakimi, apa lagi sampai dihapus tanpa ada diskusi sebelumnya.
Melukis mural bukanlah kejahatan, dan senimannya bukanlah penjahat.
"Karenanya tindakan aparat menghapus mural kritik sosial itu dalam perspektif demokrasi adalah bentuk baru represi dan pembungkaman yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi."
Menurut Ubedilah Badrun, aparat kepolisian menggunakan tenaganya untuk turut mengejar koruptor yang buron.
"Apa lagi sampai aparat mengejar pembuatnya seperti mengejar penjahat. Koruptor jauh lebih jahat loh, mendengingan kejar Harun Masiku dan aktor koruptor lainya dalam kasus korupsi bansos," kata Ubedilah saat dihubungi, Sabtu (14/8/2021).
Baca juga: Polisi Buru Pembuat Mural Jokowi 404 Not Found di Batuceper Tangerang
Penghapusan mural bentuk pembungkaman dan represi
Penghapusan mural bernada kritik bergambar Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Jalan Pembangunan 1, Batujaya, Batuceper, Kota Tangerang, mendapat kritikan pedas dari Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun.
Menurut Ubedilah, mural adalah ekspresi seni, dan tidak bisa dihakimi begitu saja, apa lagi sampai dimusnahkan.
"Sebagai karya seni ia hanya bisa dinilai dan diperdebatkan, apalai jika muralnya mural kritik sosal, tidak bisa dihakimi apalagi dihapus tanpa diskusi," ujar Ubedilah Badrun saat dihubungi, Sabtu (14/8/2021).
Bahkan, Ubedilah Badrun sampai menyebut penghapusan mural tersebut sebagai tindakan pembungkaman dan represi terhadap kebebasan berekspresi masyarakat.
"Karenanya tindakan aparat menghapus mural kritik sosial itu dalam perspektif demokrasi adalah bentuk baru represi dan pembungkaman yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi," tegasnya.

Padahal, hari ini, mural adalah media baru yang cukup lama ditinggalkan sebagai media kritik terhadap penguasa.
Menurut Ubedilah, kembalinya mural menjadi pilihan masyarakat karena media kritik lain sudah tidak didengar.
Baca juga: Polisi Buru Pembuat Mural Jokowi 404 Not Found di Batuceper Tangerang
"Banyaknya fenomena kritik sosial melalui mural itu menunjukan tanda-tanda bermakna bahwa kritik melalui saluran lain telah banyak dibungkam dan tidak lagi di dengar oleh kekuasaan. Jadi kritik sosial mural itu ekspresi dari aspirasi rakyat yang tersumbat," paparnya.
Seperti diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota, Kompol Abdul Rachim mengatakan, mural tersebut sudah ada sejak empat sampai lima hari lalu.
Kemarin, mural tersebut dihapus dengan cara dicatwarna hitam oleh aparat kepolisian, TNI dan petugas dari kecamatan.
Rachim menambahkan, tindakan pembuatan mural itu dianggap melecehkan Presiden Jokowi.
Baca juga: Polisi Buru Pembuat Mural Jokowi 404 Not Found di Batuceper Tangerang
Untuk itu, pihaknya akan terus bergerak dalam mengungkap pelaku.
"Banyak yang tanya tindakan aparat apa? Presiden itu Panglima Tertinggi TNI-Polri, itu lambang negara. Kalau kita sebagai orang Indonesia mau pimpinan negara digituin? Jangan dari sisi yang lain kalau orang punya jiwa nasionalis," terang Rachim.