HUT Kemerdekaan RI
Semarakkan Kemerdekaan, Anak Punk Tangsel Gelar Upacara Bendera Hingga Kenang Perlawanan ke Penjajah
Belasan anak punk di Tangerang Selatan (Tangsel) melakukan hal yang sangat jarang dan asing mereka lakukan setiap 17 Agustus, upacara.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Belasan anak punk di Tangerang Selatan melakukan hal sangat jarang dan asing selama ini, yaitu upacara 17 Agustus.
Secara bergantian, anak punk menaikkan bendera Merah Putih, membaca Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila.
Mereka adalah para santri Pesantren Tasawuf Underground, pimpinan Halim Ambiya.
Pertama kalinya, para anak punk itu mempersiapkan sendiri upacara dan mereka juga yang menjadi peserta serta petugasnya.
Jika biasanya 17 Agustus dilalui dengan biasa saja sambil menyusuri jalan laiknya anak punk.
Baca juga: 707 Warga Binaan Rutan Kelas I Depok Memperoleh Remisi Kemerdekaan
Bahkan ada yang mengacuhkan lantaran kemarahan dengan pemerintah sebagai pelampiasan protes atas nasib mereka.
Kini, mereka merasakan bagaimana memperingati kemerdekaan bangsa Indonesia dengan khidmat, sambil mengenang para pahlawan yang gugur.
Pimpinan Pesantren Tasawuf Underground, Halim Ambiya, menjelaskan upacara bendera kali ini perdana sejak pesantren berdiri sembilan tahun lalu.
"Jadi, ini untuk pertama kalinya kita bisa mengadakan upacara bendera dalam rangka peringatan HUT ke-76 RI ini," ucap Halim kepada TribunJakarta.com, Selasa (17/8/2021).
Tujuannya, kata dia, untuk menumbuhkan sikap nasionalisme dalam diri anak punk dan anak jalanan.
"Supaya memahami akar sejarah bangsa ini penting," beber dia.
Halim menyadari, kultur punk datang dari Barat dan tidak sepenuhnya terinternalisasi sempurna dengan budaya di Indonesia.
Baca juga: Panjat Pinang Ditiadakan, Antusias Warga Cipinang Melayu Ikuti Lomba Hias Gang Melonjak
Menurut dia, pemikiran punk akrab dengan perlawanan atas kemapanan dan sistem yang menindas.
Bedanya, semangat pemberontakan itu digunakan para pahlawan untuk melawan para penjajah.
Ia menyadari selama ini anak punk mengidolakan figur dan tokoh asing di luar sana.
Mulai ideologi musik, pemikirannya, sehingga tercerabut dari akarnya.
"Padahal, pahlawan-pahlawan yang telah mendahului kita, founding father ini layak jadi figur panutan," papar Halim.
Halim memberi gambaran kepada para santri punknya bahwa para pahlawan dulu juga berjiwa punk.
"Dalam kecamata Belanda, kacamata penjajah, mereka (pahlawan) ini pemberontak, mereka ini dianggap radikal oleh penjajah," kata dia.
Sementara nilai pemberontakan yang ada pada diri anak punk, anak jalanan negatif.
"Tapi apa yang dilakukan pahlawan kita menginspirasi kita hari ini."
"Mereka berjuang untuk nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai nasionalisme," papar dia.
Baca juga: Warga Diimbau Bawa Surat Keterangan Penyakit Penyerta Saat Vaksin Covid-19 Moderna
Anak Punk Berbagi Peran
Meski terik begitu menyengat, ditingkahi bising knalpot motor dan mobil yang melintas, puluhan anak punk begitu khidmat mengikuti upacara.
Anak-anak punk ini berbagi peran sebagai pengibar bendera, pemimpin upacara, pembaca proklamasi, pembukaan UUD 1945 dan pembaca doa.
Di pelataran pesantren yang berarti hanya dibatasi trotoar dari Jalan Raya Jakarta-Bogor, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), upacara berlangsung hikmat.
Dalam upacara tadi, Halim Ambiya bertindak sebagai pembina upacara.
Pakaian anak punk yang tengah mengaji tentang Islam di Pesantren Tasawuf Underground itu memang dibebaskan saat upacara.
Tampak atribut punk tidak lepas dari tubuh para santri itu. Tato yang tergambar tidak lantas dihapus begitu saja.
Rompi penuh emblem dan aksesoris duri besipun masih dikenakan.
Celana khas mereka masih menjadi favorit. Beberapa mengenakan sepatu boots Dr Martens.
Gaya punk yang merasuk dari budaya barat itu terlihat pada Triana Anugerah Permana alias Pongki (30).
Baca juga: Komandan Upacara HUT RI di Istana Merdeka Kolonel Pnb Putu Sucahyadi: Pilot Andalan Atraksi TNI AU
Dengan gaya punknya lengkap dengan kacamata hitam, Pongki membacakan Pembukaan UUD 1945.
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa," pekik Pongki.
Setelah doa, upacara dibubarkan. Raut senyum terlihat pada wajah mantan anak jalanan itu.
Setelah mengikuti upacara dan mendengar lagu Indonesia Raya, timbul rasa bangga dan terbayang oleh mereka sosok para pahlawan.
Halim Ambiya terharu melihat anak punk didikannya hormat kepada merah putih di HUT ke-76 Kemerdekaan RI.
"Kita berharap mereka juga bisa memahami nilai-nilai nasionalisme," ucap Halim.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/upacara-di-pesantren-tasawuf-underground-tangsel.jpg)