Alam Rusak karena Bekingi Penambang Emas, Tangis Wily Pecah Lihat Warga Kesulitan Cari Air Bersih

Wily, seorang pria yang pernah membekingi 70 ribu penambang emas liar di Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengaku menyesali perbuatannya.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Septiana
Kang Dedi Mulyadi Channel
Wily saat berbincang dengan Anggota DPR RI Dedi Mulyadi. Wily, seorang pria yang pernah membekingi 70 ribu penambang emas liar di Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengaku menyesali perbuatannya. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Wily, seorang pria yang pernah membekingi 70 ribu penambang emas liar di Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengaku menyesali perbuatannya.

Aksi nakal Wily bersama komplotannya terjadi selama bertahun-tahun dan sudah dilakukan sejak tahun 1990-an.

Bahkan, dalam suatu kesempatan penambangan emas liar ini menggunakan bahan-bahan berbahaya yang bisa merusak alam.

Wily akhirnya berubah ketika dia menangis melihat air sungai yang penuh dengan cairan sianida.

Selama beberapa tahun sejak akhir 1990-an, Wily membekingi sekitar 70 ribu penambang emas ilegal di Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Baca juga: Dulu Bekingi 70 Ribu Penambang Emas Liar, Hidup Wily Berubah Saat Nangis Lihat Sungai Penuh Sianida

Dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Wily membeberkan perjalanan hidupnya dari membekingingi penambangan emas liar sampai insyafnya.

Tak hanya berhenti, Wily juga akhirnya berjuang keras menghentikan praktik penambangan emas liar di kawasan Gunung Pongkor ini.

"Dulu jumlahnya ada 70 ribu penambang emas liar di Gunung Pongkor dari seluruh Indonesia," kata Wily dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Rabu (15/9/2021).

Wily, yang pernah jadi beking 70 ribu penambang emas liar di Gunung Pongkor sebelum akhirnya dia berhenti dan kini menjaga alam tersebut.
Wily, yang pernah jadi beking 70 ribu penambang emas liar di Gunung Pongkor sebelum akhirnya dia berhenti dan kini menjaga alam tersebut. (Kang Dedi Mulyadi Channel)

Diakuinya, jumlah penambang emas di Gunung Pongkor ini dulunya memang didominasi oleh para pendatang.

"Di sini dulu konflik udah biasa karena dari Aceh sampai Papua ada," kata Wily.

Dulu, pihak Aneka Tambang (Antam) sebagai instansi resmi negara tak berdaya menghadapi para penambang emas ilegal.

"Dulu Antam terkalahkan sama yang liar," ujar Willy.

"Kalau ada sedikit gejolak, Antam dihantam," imbuh dia.

Baca juga: Kopilot Rimbun Air Sempat Telpon Sosok Ini, Ibunda Kenang Kedekatan dengan Sang Buah Hati

Saat Gunung Pangkor di puncak ekploitasi, sehari penambang liar bisa menghasilkan sebanyak 2,5 kwintal emas.

"Jualnya ke penadah. Dulu harganya masih dibawah Rp 100 ribu," ujar Wily.

Jadi Tempat Maksiat

Gunung Pongkor sebagai penambangan emas ilegal juga berdampak pada tingginya angka kemaksiatan di wilayah itu.

Baca juga: Cara Kang Dedi Nikmati Hari Libur, Keliling Naik Vespa Minimal Ubah Hidup Satu orang

Mulai dari minuman alkohol, prostitusi sampai bisnis narkoba menjadi ladang subur di kawasan ini.

"Uang banyak tapi tidak berkah."

"Yang didapat hanya hura-hura yang tak terarahkan," kata Wily.

Ia mengaku sempat meraup uang sampai Rp 20 juta per hari dari penambangan emas ilegal di Gunung Pongkor kala itu.

Berubah karena Sianida

Wily, yang pernah jadi beking 70 ribu penambang emas liar di Gunung Pongkor sebelum akhirnya dia berhenti dan kini menjaga alam tersebut.
Wily, yang pernah jadi beking 70 ribu penambang emas liar di Gunung Pongkor sebelum akhirnya dia berhenti dan kini menjaga alam tersebut. (Kang Dedi Mulyadi Channel)

Selain ilegal, penambangan emas liar ini menggunakan bahan-bahan berbahaya yang merusak alam.

Salah satunya menggunakan cairan sianida.

Tak tanggung-tanggung sebanyak 1600 kilogram sianida ditaburkan saat itu.

"Bukan hanya mercuri, tapi juga sianida ditaburkan di sungai," kata Wily.

"Sianida ini fungsinya sebagai alat pengolah atau pelicin ke dalam emas agar bisa masuk ke karbon dan menyerap."

"Jadi kalau kita nambang emas itu kita bawa kapur, karbon dan sianida."

Baca juga: Ditinggal Istri Saat Kecelakaan, Pengemis Akhirnya Tenang Saat Diberi Modal Dagang Kerang

"Untuk melepaskan emas dari tanah diserap karbon, nanti dibakar keluar emasnya," ujar Wily menjelaskan proses penggunaan sianida.

Dikatakannya, efek penggunaan sianida membuat ikan yang ada di sungai mati dan warga pun kesulitan air.

"Sianida sekali pakai dibuang tanpa ada kehidupan air selama 25 tahun," ujarnya.

Hal itu yang mendasari Wily berubah haluan dari yang tadinya merusak alam sampai akhirnya menjadi pelindung alam.

Kang Dedi saat menaiki perahu yang digunakan sebagai warung keliling di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
Kang Dedi saat menaiki perahu yang digunakan sebagai warung keliling di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. (Kang Dedi Mulyadi Channel)

Sekitar tahun 2012 Wily mulai menyadari perbuatannya selama ini sangat merugikan alam dan manusia itu sendiri.

Kala itu Wily kerap menangis bila melihat warga sampai harus menggali mata air agar bisa mendapatkan air bersih.

Sebab, air di sekitar Gunung Pongkor sudah tercemar limbah berbahaya efek adanya penambangan emas ilegal.

"Haruskah alam ini terus disakiti."

"Di situ saya sering menangis lihat saudara saat mau mandi harus menggali dulu agar dapat air," beber Wily.

Setelah berupaya keras, barulah pada tahun 2015, penambangan emas liar di Gunung Pongkor bisa dihentikan.

Baca juga: Dulu Bekingi 70 Ribu Penambang Emas Liar, Hidup Wily Berubah Saat Nangis Lihat Sungai Penuh Sianida

Warga pun kini bisa lagi mendapatkan air bersih yang terbebas dari limbah.

Termasuk juga ikan-ikan bisa berkembang biak dan dipanen oleh para warga setempat.

"Dulu saya sebagai perusak, sekarang saya bertanggung jawab untuk memperbaiki," kata Wily.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved