Kemendikbudristek Temukan 25 Klaster Covid-19 Sekolah, Disdik DKI: Cuma 1, Sisanya Klaster Keluarga
Dinas Pendidikan DKI Jakarta mengaku hanya menemukan satu klaster penularan Covid-19 di 610 sekolah yang menggelar Pembelajaran Tatap Muka
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Dinas Pendidikan DKI Jakarta mengaku hanya menemukan satu klaster penularan Covid-19 di 610 sekolah yang menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas.
Hal ini dikatakan Kepala Bagian Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taga Radja menanggapi temuan Kementerian Pendidikan soal 25 klaster penularan Covid-19 di lingkungan sekolah.
"Kalau klaster itu hanya satu yang di SDN 03 Klender," ucapnya saat dikonfirmasi, Kamis (23/9/2021).
Dari hasil tracing yang dilakukan di sekolah tersebut, ditemukan hanya ada satu peserta didik yang tertular Covid-19.
"Ada satu murid terpapar dan menulari satu temannya, jadi dua orang siswa positif," ujarnya.
Selain satu klaster di SDN 03 Klender itu, kasus positif Covid-19 sebenarnya juga ditemukan di lima sekolah lainnya, yaitu SDN 02 Pondok Ranggon, Jakarta Timur; SMP PGRI 20; SMA 20; SMA 25; dan SMK 66.
Namun, Taga menyebut, temuan kasus positif Covid-19 itu bukan berasal dari klaster sekolah.
Siswa dan tenaga pendidik di kelima sekolah itu disebut Taga terpapar Covid-19 dari klaster keluarga.
"Walau pun itu klaster rumah, kami langsung tutup selama tiga hari sesuai SOP. Langsung desinfektan dan tracing," kata Taga.
Baca juga: Rohimah Hidup Susah, Kiwil Tanggapi Anaknya yang Ngojek Demi Tutupi Kebutuhan: Dari Dulu Saya Bilang
Baca juga: Dari Kampung di Pusat Ibukota Ini, 400 Pedagang Starling Berkompetisi Mengais Rezeki Mulai Ashar
Diberitakan sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta masih dalami temuan 25 klaster Covid-19 selama penyelenggaraan PTM di Ibu Kota.
Hal ini diungkap Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti kepada awak media kala menghadiri apresiasi tim pemulasaran jenazah Covid-19 posko Monas, Rabu (22/9/2021).
"Tentu kami akan check and cross check semua data. karena definisi klaster perlu disamakan persepsinya," jelasnya di Monas.
Menurut Widi, pengecekan memang perlu dilakukan lantaran sedari memulai PTM indeks kasus bisa berasal dari mana saja.
"Kita tahu bahwa mungkin dari keluarga dulu, atau saat interaksi di jalan karena pada saat di jalan karena tidak semuanya mempunyai kendaraan pribadi atau mungkin komunitas sekolah ada interaksi sekolah yang kebetulan masuk dan sebagainya," jelasnya.