Jalan Hidup Anak Tukang Pijat di TNI: Awalnya Gagal Tes Bintara, Kini Sukses Diterima Taruna Akmil
Jalan berliku dilalui seorang anak tukang pijat dari Pamekasan, Madura dalam menjalani karirnya sebagai seorang prajurit TNI.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Jalan berliku dilalui seorang anak tukang pijat dari Pamekasan, Madura dalam menjalani karirnya sebagai seorang prajurit TNI.
Tak putus asa saat gagal seleksi bintara TNI AD, siapa sangka Muhammad David Fatoni kini justru diterima sebagai taruna Akademi Militer (Akmil) Tahun 2021 ini.
Adapun perjuangan keras dan pantang menyerah dilakukan David sejak lama demi menjadi seorang TNI.
Cita-cita David menjadi seorang prajurit TNI sudah tertanam sejak kecil.
Letak tempat tinggalnya yang dekat Koramil di wilayah Pamekasan, Madura menjadikannya begitu mengagumi sosok TNI.
Baca juga: Dicibir karena Anak Tukang Pijat, Mental David Tak Tumbang: Buktikan Diri Lolos jadi Taruna Akmil
"Disana saya sering melihat tentara yang sedang piket.
Yang saya lihat tentara itu berwibawa, gagah perkasa dan dihargai banyak orang.
Disitulah tumbuh dalam hati saya untuk menjadi seorang tentara muncul," kata David dilansir TribunJakarta.com dari Youtube TNI AD, Senin (27/9/2021).

Lantaran menyadari untuk menjadi seorang TNI itu memerlukan fisik yang kuat, sejak SD David sudah menekuni bidang olahraga atletik.
Di bidang atletik, prestasi David pun cukup mentereng.
Dia menjadi juara tingkat kecamatan pada kelas 6 SD.
Bakatnya makin terpoles ketika SMP dimana dia berhasil menjadi juara di tingkat Provinsi Jawa Timur.
David menyadari adanya kemampuan berlari dalam dirinya banyak membantunya ketika mengikuti tes seleksi Akmil.
"Saya bisa melakukan lari dengan nilai yang tinggi dan bisa memaksimalkan skor," tuturnya.
Baca juga: Anak Tukang Cukur Lolos Masuk Akmil, Awalnya Kaget dengan Kehidupan Taruna: di sini Tak Bisa Santai
Dicibir karena Anak Tukang Pijat
Selain melewati tes yang berat, ada ujian lain yang dilalui David ketika dia mengiktui seleksi Akmil.
Yakni dia harus melawan cibiran dari banyak pihak yang merendahkannya akan bisa menjadi seorang taruna Akmil.
Hal itu berawal dari latar belakang orangtua David yang merupakan seorang tukang pijat.
Beruntungnya David sama sekali tak tumbang.

Dia membalas cibiran dengan cemoohan itu dengan membuktikan bahwa dia memang layak menjadi seorang taruna Akademi Militer.
"Ketika ada seseorang yang mencibir dan menghina saya, ketika saya ingin menjadi taruna mungkin dikarenakan ekonomi saya yang dikatakan sederhana dan saya yang berasal dari kalangan biasa aja.
Tapi semangat saya tetap ada untuk menjadi seorang taruna," kata David.
Apalagi, saat itu di tahun pertamanya mendaftar sebagai prajurit TNI AD, David gagal di tes akhir.
Kala itu, David mengikuti tes di jalur bintara TNI AD.
"Pertama saya daftar di Bintara saya gagal di Pantukhir (pemantauan akhir) pusat karena alasan alokasi," kata David.
Baca juga: Gigihnya Perjuangan Anak Tukang Bakso Demi Masuk TNI, 6 Kali Gagal Akhirnya Berhasil Jadi Tentara
Bagi David, kegagalan dan cibiran yang ditunjukan kepadanya untuk justru dijadikan pelecut semangatnya untuk membuktikan prestasinya.
"Cibiran dan cemoohan dari orang-orang itu saya jadikan motivasi untuk memperkuat usaha saya menjadi seorang taruna," ujar taruna Akmil angkatan 2021 ini.
Siapa sangka, bila di kesempatan pertama dia gagal di Bintara TNI, di tahun selanjutnya David jusru lolos sebagai seorang taruna Akmil.
David menceritakan bahwa dia berasal dari keluarga sederhana di Pamekasan.

Ayahnya, bekerja sebagai seorang tukang pijat panggilan.
Masa kecil David pun dia harus tinggal di rumah yang sangat sederhana di dekat kandang ayam.
"Bapak saya tukang pijit.
Rumah saya kecil, kumuh di tengah sawah.
Depan belakang rumah saya itu kandang ayam
Jika banjir rumah saya becek dan berlumpur," ujarnya menceritakan masa kecilnya.
Baca juga: Ada Misi Mulia Di Balik Dokter Muda Lulusan Inggris Memilih Mengabdi Menjadi Prajurit TNI AD
Kehidupan David sedikit beruntung ketika beberapa tahun kemudian dia dan keluarganya bisa pindah ke rumah yang lebih layak.
"Saya termotivasi dari orangtua.
Orangtua saya kurang (materi), orangtua saya tidak begitu mampu tapi mereka memberikan hidup yang cukup kepada saya
Saya bersyukur sekali mempunyai orangtua yang sebaik dan setegar beliau dalam mendidik saya sampai saya seperti sekarang ini," kata David sambil meneteskan air mata.