Bikin Percobaan 5 Tahun Lalu, Usaha Prajurit TNI AD Ini Hadirkan Air Bersih di NTT Berbuah Manis

Perjuangan keras dilakukan prajurit TNI AD asal Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menghadirkan air bersih di tanah kelahirannya.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Erik Sinaga
Youtube TNI AD
Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT. 

Simon pun merasa sangat senang karena tanah kelahirannya kini sudah bisa sedikit tersenyum dari masalah krisis air bersih.

"Bersyukur sekali saya program ini masif menjadi program andalan diluar program rutin.

Warga membantu prajurit TNI dalam pemasangan mesin pompa hidram untuk mengatasi masalah kekeringan di NTT.
Warga membantu prajurit TNI dalam pemasangan mesin pompa hidram untuk mengatasi masalah kekeringan di NTT. (Youtube TNI AD)

Sangat terdukung saya karena mau gamau NTT itu kampung saya mendapat jatah," kata dia.

Simon menjelaskan, saat ini sudah ada 147 titik di NTT yang dipasangi pompa hydram.

"Kalau satu titik sehari menyumbang 36000 liter dikalikan 147 titik kan sudah jutaan liter air," tutur Simon.

Nyaris Gagal Masuk Akabri

Kolonel CPL Simon P.K. yang kini menjabat sebagai Aslog Kasdam IX/Udayana mengatakan dirinya sampai nyaris gagal masuk Akabri lantaran sejak kecil setiap harinya disuruh memikul air bersih.

Hal itu karena kondisi tinggi badannya yang berada di ambang batas terendah untuk menjadi seorang taruna Akabri.

Baca juga: Cerita Putra Asli NTT Nyaris Gagal Masuk Akabri Gara-gara Sering Angkut Air Sejak Kecil

"Saya sejak lulus SD masuk SMP sudah harus angkut air.

Saya anak guru, tapi enggak ada alasan," tutur Simon menceritakan masa kecilnya.

"NTT itu dari saya kecil sudah terkenal keringnya.

Saya gatau keringnya menjadi tantangan apa menjadi jualan," kata dia.

Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT.
Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT. (Youtube TNI AD)

Simon pun menceritakan masa kecilnya yang harus penuh perjuangan mengangkuti air dari mata air untuk disimpan di rumahnya.

Menggunakan pikulan dari bambu, ujar Simon, semasa kecilnya tiap hari dia harus memikul puluhan liter air menuju rumahnya dengan kondisi jalan yang menanjak.

Kata dia, mengambil air sudah menjadi kewajiban anak-anak di desanya kala itu.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved