Formula E
Polemik Formula E, PSI Tantang Anies Buka Suara: Gunakan Data, Bukan Asumsi Apalagi Angan-angan
Polemik penyelenggaraan Formula E, politisi PSI menantang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk buka suara berdasarkan data.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
“Iya, kan di luar (masyarakat) beredar pembiayaan pembiayannya dianggap fantastis.
Itu kan harus dijawab ya, daripada dijawab orang per orang, lebih baik dijawab resmi oleh PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) DKI Jakarta,” kata Ariza di Balai Kota DKI pada Kamis (30/9/2021) malam.
Menurut Ariza jika pemerintah tidak meluruskan informasi, kesalahpahaman dikhawatirkan bisa semakin luas.
Masyarakat juga berpotensi menjadi bingung dengan polemik tentang rencana Formula E.

“Ini tugas kam untuk memberikan informasi yang baik dan benar, jangan sampai hoaks,” imbuhnya.
Blak-blakan Syarif Gerindra
Anggota Fraksi Partai Gerindra di DPRD DKI Jakarta, Syarif blak-blakan menuding tujuan di balik pengajuan hak interpelasi terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Hak interpelasi itu diajukan oleh PDI Perjuangan dan PSI, kata Syarif, untuk menggagalkan Formula E.
Syarif mengacu pada jejak digital dari pernyataan politikus PDI Perjuangan, Ima Mahdiah.
Syarif turut menunjukkan print out media daring terkait pernyataan Ima Mahdiah.
Baca juga: Anies Baswedan Ditantang PSI Buka-bukaan Soal Formula E, Tapi Jangan Anak Buah yang Menjelaskan
Judul artikel tersebut yakni 'PDIP Targetkan pembatalan Formula E Saat Interpasi Anies'.
"Harus diingat, jejak digital. Jejak digital pengusul interpelasi itu ingin membatalkan Formula E," kata Syarif dalam diskusi daring 'Interpelasi Formula E untuk Anies Baswedan, Substansi atau Sensasi Politik?', Jumat (1/10/2021).
Oleh karena tujuan pengusul interpelasi adalah pembatalan Formula E, Gerindra kemudian memutuskan untuk tidak mau ikut ambil bagian.
"Tapi karena framing yang dibangun pengusul interpelasi ingin membatalkan Formula E, maka kita kaji lalu memutuskan tidak ikut interpelasi," kata Syarif.

Menurut Sekretaris Komisi D ini, tujuan awal pengusul interpelasi lah yang membuat dinamika politik di Gedung DPRD DKI Jakarta menjadi tidak substansial. Sehingga hal itu memicu adanya sikap politik yang berbeda - beda.
"Ini yang membuat situasi di mana dinamika politik di kebon sirih itu tidak mendalami substansi Formula E. Jadi akhirnya menjadi sikap politik yang berbeda - beda," ungkap Syarif.