Magnet Lokalisasi Gunung Antang, Mencuat Lagi Saat Sugito Dihabisi Gegara Tolak Bayar Uang Kencan
Lokalisasi Gunung Antang memiliki magnet yang menjadi daya tarik bagi para pelanggan. Mencuat saat kasus pria dihabisi gegara tolak bayar uang kencan.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, MATRAMAN - Lokalisasi Gunung Antang memiliki magnet yang menjadi daya tarik bagi para pelanggannya.
Segala jenis hiburan di lokalisasi yang terletak di Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur membuat tempat itu masih beroperasi hingga saat ini.
Lokalisasi Gunung Antang mencuat kembali saat kasus pengeroyokan yang menewaskan Sugito (45) pada Minggu (17/10/2021) pagi.
Kasus tersebut dipicu aksi Sugito yang menolak membayar uang kencan setelah berhubungan badan dengan seorang perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK).
Kasus pengeroyokan hingga tewas itu menambah riwayat kelam kawasan lokalisasi Gunung Antang.
Baca juga: Riwayat Gunung Antang Jadi Daya Tarik: dari Lokalisasi, Miras Hingga Judi Dadu Koprok
Sebanyak enam orang diduga mengeroyok Sugito dengan cara memukul, menusuk dengan pecahan botol, dan menikam dengan badik hingga jasad korban ditemukan di sekitar rel kereta api.
Ketua RW 09 Kelurahan Palmeriam, Sutrisno (66) mengatakan kawasan lokalisasi Gunung Antang yang jadi 'tempat hiburan' tersebut sudah berdiri dari sekitar tahun 1970.
Baca juga: Perkara Tak Mau Bayar Uang Kencan, Sugito Akhirnya Dihabisi di Gunung Antang
Hingga kini kawasan Gunung Antang beken jadi tempat lokalisasi di mana para PSK mejajakan diri dengan tarif beragam, dari Rp 50 ribu-Rp 200 ribu untuk sekali berhubungan badan.
"Dari tahun 1970-an sudah di situ. Relatif ya (tarifnya), ada yang Rp 200 ribu, Rp100 ribu, yang Rp 50 ribu. Ada (PSK) yang muda, tua," kata Sutrisno di Matraman, Jakarta Timur, Selasa (19/10/2021).
Menurutnya usia para PSK yang mejajakan diri di kawasan Gunung Antang berkisar 20-50 tahun.
Mereka berasal dari Jakarta, hingga kota penyangga Ibu Kota seperti Depok dan Bogor.

Sepengetahuan Sutrisno, beberapa PSK datang ke Gunung Antang dengan diantar menggunakan sepeda motor sekira pukul 20.00 WIB, tepat saat kawasan Gunung Antang mulai beroperasi.
"Pendatang ada dari Citayam (Bogor), dari Depok, dari bongkaran Kalijodo (Jakarta Utara) juga ada, jadi sekitar jam 7 jam 8 (PSK) udah datang, ada yang bawa kendaraan motor," ujarnya.
Sutrisno menuturkan kawasan Gunung Antang tidak hanya menjajakan perempuan PSK, tapi juga jadi lokasi peredaran minuman keras hingga perjudian koprok.
Segala jenis hiburan ini yang memicu beberapa kasus penganiayaan hingga tewas, sejumlah warga sekitar pun disebut Sutrisno resah dengan keberadaan lokalisasi Gunung Antang.
Baca juga: Pria Tewas di Lokalisasi Gunung Antang Diduga Dikeroyok, Warga: Mungkin Habis Main Ga Bayar
"Kalau pembunuhan selama pandemi, baru yang kemarin kejadian. Ya mau gimana? Warga sekitar juga takut nanti ada gesekan, yang penting enggak ganggu wilayah situ," tuturnya.
Beberapa tahun lalu petugas gabungan memang pernah melakukan penertiban di kawasan lokalisasi Gunung Antang.
Namun hingga kini Gunung Antang masih beroperasi dan memiliki daya tarik.
Lurah Palmeriam Setiyawan mengatakan pihaknya bakal berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku pemilik lahan terkait aktivitas lokalisasi di kawasan Gunung Antang.
"Kita juga lagi nunggu dari (jawaban) pihak PT KAI, dipakai untuk apa lahan tersebut. Kita akan menanyakan ke PT KAI dan kalau bisa dirapikan (lahannya)," kata Setiyawan.
Hal senada juga disampaikan Kepala Satpol PP Jakarta Timur Budhy Novian, menurutnya perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut dengan PT KAI guna membenahi kawasan Gunung Antang.
"Soal itu nanti kita rapat koodinasikan ke pihak PT KAI, nanti kita undang wali kota. Koordinasinya kalau itu bangunan liar, kalau PT KAI-nya minta dirobohkan semua, ya nanti kita rapatkan," ujar Budhy.
Pengeroyokan Sugito
Pengeroyokan yang menewaskan Sugito (45) di lokalisasi Gunung Antang, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur dipicu masalah uang kencan dengan Pekerja Seks Komersial (PSK).
Kapolrestro Jakarta Timur Kombes Pol Erwin Kurniawan mengatakan sebelum pengeroyokan terjadi pada Minggu (17/10/2021) sekira pukul 05.00 WIB datang ke kawasan Gunung Antang.
Sugito yang dalam keadaan mabuk datang bersama keenam rekannya lalu menyewa perempuan PSK di lokasi.

Namun setelah melakukan hubungan badan korban menolak membayar.
"Setelah melakukan hubungan badan tidak mau membayar. Akhirnya terjadi ceckcok dengan kelompok yang ada di sana," kata Erwin di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (18/10/2021).
Para pelaku yakni Jemmy Septiadi, Ferdy Sanjaya, Akbar, Ipul, Gading, dan Bolot meminta Sugito membayar uang kencan.
Namun korban yang sudah dipengaruhi alkohol tetap menolak.
Pengeroyokan pun terjadi, para pelaku memukuli, menusuk dengan pecahan botol, lalu menikam korban menggunakan senjata tajam jenis hingga Sugito tewas terkapar di pinggir rel kereta api.
Para pelaku sempat melarikan diri setelah melakukan pengeroyokan, namun Jeremy dan Ferdy berhasil diringkus jajaran Satreskrim Polrestro Jakarta Timur berdasarkan keterangan para saksi.
Baca juga: Cerita Agus Alias Renata, Waria Tangerang Alih Profesi jadi PSK: Rp 150 Ribu Juga Diembat
"Barbuk yang ditemukan adalah pecahan botol. Ini diduga digunakan menusuk korban hingga meninggal. Kemudian ada sepasang sepatu warna abu-abu dengan bercak darah tersangka JS," ujarnya.
Erwin menuturkan kedua tersangka yang kini sudah ditahan di sel Mapolrestro Jakarta Timur dijerat pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.
Sementara untuk Akbar, Ipul, Gading, dan Bolot yang terlibat melakukan pengeroyokan hingga Sugito tewas kini masih dalam pengejaran personel jajaran Satreskrim Polrestro Jakarta Timur.
"Masih ada orang yang sedang kita kejar karena terduga ada enam. Masih dilakukan upaya pengejaran. Dilakukan pengejaran Polsek Matraman dan dibantu Jatanras Polres untuk menangkap keseluruhan pelaku," tuturnya.