Utang Puluhan Juta Demi Obati Suami dan Anak yang Depresi, Mak Ibah Tetap Berusaha Ceria Setiap Hari

Di balik beratnya cobaan kehidupan yang dihadapinya, Mak Ibah berusaha tetap ceria setiap harinya.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Kang Dedi Mulyadi Channel
Mak Ibah, pedagang ayam goreng yang masih berusaha ceria setiap harinya kendati mengalami beban hidup cukup berat. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Di balik beratnya cobaan kehidupan yang dihadapinya, Mak Ibah berusaha tetap ceria setiap harinya.

Setidaknya, keceriaan yang terpancar dari wajah Mak Ibah itu berguna untuk sedikit melepaskan beratnya beban yang harus dihadapi.

Di usianya yang sudah sekitar 50 tahunan, Mak Ibah harus menjadi tulang punggung keluarga.

Dia sebenarnya memiliki suami dan anak, namun mereka kini tak bisa membantu ekonomi keluarga.

Sang suami mengidap penyakit paru-paru, sedangkan anak Mak Ibah mengalami depresi.

Baca juga: Emak-emak Asyik Goyang Sambil Goreng Ayam di Hadapan Dedi Mulyadi, Terselip Kisah Sedih di Baliknya

Alhasil, Mak Ibah harus banting tulang berjualan ayam goreng demi bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Kisah hidup Mak Ibah ini terungkap melalui channel Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel.

Dilansir dari channel Youtubenya, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi itu menemui langsung Mak Ibah yang sedang berjualan.

Mak Ibah, penjual ayam goreng yang goyang di depan Kang Dedi Mulyadi.
Mak Ibah, penjual ayam goreng yang goyang di depan Kang Dedi Mulyadi. (Kang Dedi Mulyadi Channel)

Kala itu Kang Dedi juha membawa dokter untuk memeriksa suami Mak Ibah.

Kang Dedi juga berusaha menghibur Mak Ibah dengan caranya lantaran dia tahu Mak Ibah itu latah.

Lantaran latah, Mak Ibah juga kerap tak sadar mengucap kata tak pantas ketika dipancing oleh Kang Dedi.

Goyang di Depan Kang Dedi

Kang Dedi yang tampak sudah akrab dengan Mak Ibah kemudian memborong seluruh sisa dagangan ayam goreng itu.

Saking senangnya dagangannya diborong Kang Dedi, Mak Ibah pun mengibaratkan anggota DPR itu sebagai sosok malaikat.

Baca juga: Channelnya Tembus 2 Juta Subscribe, Gaya Dedi Mulyadi di Youtube: Mengaku Haji Udin Bawa Kebahagiaan

"Ada malaikat tak bersayap, terimakasih ya Allah," kata Mak Ibah girang seperti dikutip dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Kamis (21/10/2021).

Selama membuat ayam goreng itulah, Mak Ibah yang latah tampak begitu asyik bergoyang ketika dia dipancing oleh Kang Dedi.

Sementara itu, Kang Dedi yang iseng menggoda Mak Ibah tak hentinya menahan tawa.

Punya Utang untuk Berobat Suami

Dedi Mulyadi saat menemui seorang emak-emak penjual ayam goreng.
Dedi Mulyadi saat menemui seorang emak-emak penjual ayam goreng. (Kang Dedi Mulyadi Channel)

Kang Dedi menuturkan, keceriaan yang ditampilkan Mak Ibah itu sejatinya untuk menutupi beratnya penderitaan yang dia hadapi.

"Di balik keceriaannya dia ini istri yang bertanggungjawab.

Dia berutang untuk berobat suami," kata Kang Dedi dilansir.

Kepada Kang Dedi, Mak Ibah memiliki utang sampai Rp 25 juta kepada bandar ayam untuk biaya pengobatan suaminya.

Karenanya, untuk membantu Mak Ibah, Kang Dedi tak segan menggelontorkan uang dari dompetnya untuk membantu.

Selain itu, Kang Dedi juga sudah membawakan dokter ke rumah Mak Ibah untuk memeriksakan kondisi sang suami.

Kang Dedi juga meminta Mak Ibah membuat surat untuk diajukan ke instansi berwenang agar dia bisa mendapatkan keringanan untuk pengobatan sang suami.

Baca juga: Heboh Baim Wong Marahi Kakek Suhut, Dedi Mulyadi Ungkap Hikmah Besar: Bapaknya Banyak yang Bantu

Kang Dedi Minta Lansia Tak Bekerja di Penambangan Ilegal

Dalam video lain, anggota DPR RI Dedi Mulyadi meminta seorang lansia tak usah bekerja di area penambangan tak berizin.

Sebagai gantinya, Kang Dedi mencoba memberi solusi dengan memberikan uang Rp 1,5 juta kepada lansia itu.

Uang itu sebagai ganti upah sebulan lansia itu bekerja sebagai pemecah batu di kaki Gunung Sanggabuana, Jawa Barat.

Menurut Kang Dedi, bukan hanya karena pekerjaan itu terlalu berisiko untuk lansia bernama Onin itu.

Kang Dedi Mulyadi memberikan uang setara upah sebulan kepada lansia kuli pemecah batu asalkan tak lagi bekerja penuh risiko di area penambangan tak berizin.
Kang Dedi Mulyadi memberikan uang setara upah sebulan kepada lansia kuli pemecah batu asalkan tak lagi bekerja penuh risiko di area penambangan tak berizin. (Kang Dedi Mulyadi Channel)

Melainkan supaya tak terjadi kerusakan lingkungan yang terjadi di area penambangan yang ada di kaki Gunung Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat.

Apalagi, kata Kang Dedi, setelah di cek ternyata izin penambangan di kaki Gunung Sanggabuana itu telah dibekukan sejak Tahun 2018.

Namun nyatanya praktik penambangan masih dilakukan meski kini dengan cara manual dan melibatkan warga sekitar.

"Sekarang ini yang dijadikan tamengnya adalah warga," kata Kang Dedi saat meninjau area penambangan di kaki Gunung Sanggabuana seperti yang ditayangkan di akun Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel dan dilansir TribunJakarta.com, Rabu (8/9/2021).

Baca juga: Bukan Buat YouTube, Kini Dedi Mulyadi Bertemu Siti Aisyah di Pengadilan Ditanya Telur Ayam & Sarung

Saat Kang Dedi mendatangi lokasi penambangan itu, sang mandor proyek jutsru menghilang.

Pria yang juga biasa disapa KDM ini kemudian menemukan warga yang bekerja sebagai kuli pemecah batu di area penambangan itu.

Menurut KDM, pekerjaan para kuli di sana begitu berisiko karena ancaman tertimpa batu besar yang ada di atas begitu menghantui.

"Penambangan masih berjalan tapi menggunakan tenaga rakyat secara manual dengan risiko yang sangat tinggi yakni kalau kemudian batunya merosot bisa menimpa warga yang tak ada asurasnsi," kata Kang Dedi.

Salah seorang pekerja menyebut ada 30 orang kuli yang bekerja menjadi pemecah batu di area penambangan ini.

Salah satunya ialah Pak Onin yang sudah lansia.

Kang Dedi yang melihat lansia itu kemudian mengajaknya masuk ke dalam mobil dan berbincang.

Kata Pak Onin, sebelumnya pengerjaan penambangan di kaki Gunung Sanggabuana menggunakan alat peledak untuk membelah bukit.

Tapi kini dilakukan manual dengan membayar para kuli pemecah batu seharga Rp 14 ribu dari tiap perton batu yang diangkut ke truk.

Sedangkan Pak Onin mengaku rata-rata dia mendapat upah Rp 50 ribu dari pekerjaannya memecah batu di area penambangan itu.

"Tapi tak sebanding dengan kerusakan lingkungan yang terjadi walaupun rusaknya karena penambangan pada awalnya yang menggunakan bahan peledak," ujar Kang Dedi.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved