Melihat Cerminan Diri Lewat Pameran Wayang Rupa Kita di Bentara Budaya Jakarta, Catat Tanggalnya!
Wayang itu bukan sekedar bayang-bayang boneka yang kena lampu, tapi lebih dari itu. Wayang adalah bayang-bayang kehidupan."
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, PALMERAH - "Wayang itu bukan sekedar bayang-bayang boneka yang kena lampu, tapi lebih dari itu. Wayang adalah bayang-bayang kehidupan."
Ucapan itu terlontar dari seorang seniman wayang sekaligus kurator dari Pameran Koleksi Wayang bertajuk "Wayang Rupa Kita", Nanang Hape, kala ditemui di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta, Kamis (18/11/2021) sore.
Bentara Budaya Jakarta menyelenggarakan pameran koleksi wayang bertajuk Wayang Rupa Kita mulai 19 November hingga 4 Desember 2021.
Menampilkan sejumlah koleksi wayang, pameran Wayang Rupa Kita memiliki makna yang mendalam tentang cerminan diri manusia melalui berbagai karakter wayang dalam lakon dan peristiwa yang sebenarnya sudah hadir ribuan tahun silam.
Baca juga: Profil Dalang Ki Seno Nugroho yang Sukses Membuat Wayang Kulit Digandrungi Milenial
"Persoalan kita itu, pemicunya itu hal-hal yang berulang. Jadi gak jauh-jauh dari persoalan antar manusia. Bisa jadi persoalan kekuasaan, cinta, persoalan keserakahan terhadap hak milik, pertarungan di dalam diri, wayang bercerita soal itu,"
"Sehingga kita tidak cuma merawat wayang sebagai koleksi masa lalu. Tapi disana terdapat rekaman peradaban, dimana kita bisa belajar dari situ," imbuhnya.
Wayang, lebih dari sekedar bayangan di layar pertunjukan.
Baca juga: Pameran Perguruan Tinggi Eropa Kembali Digelar, 100 Institusi Pendidikan dari 16 Negara Ikut Serta
Pada hakikatnya, kata Nanang wayang dimaknai seperti sebuah bayangan kehidupan. Dimana ada rupa-rupa wajah manusia, serta peristiwa di dalamnya.
Menurut Nanang, persoalan-persoalan manusia sesungguhnya di masa kini juga tak jauh dari kisah-kisah di jagad perwayangan.
Sehingga, menyelami wayang bak menelisik wajah duri sendiri.
"Misalnya tentang Arjuna dan raksasa-raksasa. Di wayang ada part (kisah) tertentu, dimana Arjuna setelah berburu mendapatkan ilmu, dia harus masuk ke belantara dan bertemu dengan raksasa yang menjadi sandungan perjalanan dia,"
"Itu simbolik sebenarnya. Bahwa belantara yang disimpulkan oleh wayang itu, bukanlah belantara yang seperti kita kenal, selalu berhadapkan dengan godaan yang sebenernya dirinya sendiri. Cerita itu akan berlanjut kalau si satria itu mampu menaklukan raksasa itu. Jadi sesungguhnya setelah ilmu, godaannya menaklukan diri," sambung Nanang.

Harapan penyelenggara, melalui cerminan tersebut, para pengunjung mampu mengenal diri lebih dekat dan mencari solusi melalui eksplorasi tradisi wayang.
Terdapat 3 Jenis wayang yang dipamerkan, yaitu wayang kulit, wayang golek hasil karya padepokan Asep Sunarya dan juga wayang suket atau wayang rumput karya pak Kasan Wikrama atau lebih dikenal dengan Mbah Gepuk.