Layang-Layang Buatan Indonesia Ternyata Digemari Pasar Dunia, Harganya Bisa Belasan Juta Rupiah

Permainan tradisional Indonesia ini, biasanya dimainkan di tengah lapangan terbuka dan banyak digemari oleh anak-anak. 

Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Pebby Adhe Liana / Tribun Jakarta
Koleksi layang-layang di Museum Layang-Layang Indonesia. 

Memiliki lingkungan keluarga yang cinta terhadap dunia layang-layang, Radit kerap diajak main layang-layang sejak dirinya kecil.

Bahkan, tak hanya di dalam negeri. Ia juga sudah keliling dunia untuk bermain layang-layang.

"Sebenarnya memang dari dulu senang. Karena dari umur saya 5 tahun, saya sudah diajak main layang-layang sama ibu saja. Saya senang, karena kita bisa travel nasional, internasional, hanya untuk main layang-layang," kata Radit bercerita pada TribunJakarta.com baru-baru ini.

Museum Layang-Layang Indonesia ini, adalah Museum Layang-Layang pertama di Indonesia yang diresmikan pada tahun 2003 lalu.

Radityo Puspoyo, gemar main layang-layang sampai keliling dunia.
Radityo Puspoyo, gemar main layang-layang sampai keliling dunia. (Pebby Adhe Liana / Tribun Jakarta)

Kecintaan ibu Radit, Endang W. Puspoyo terhadap layang-layang membuatnya kala itu memutuskan untuk mendirikan museum ini dengan tujuan memperkenalkan dan juga mempromosikan layang-layang kepada masyarakat yang lebih luas.

Hal ini, ternyata secara tidak langsung juga ditularkan kepada sang anak.

Menurut Radit, ia bahkan sudah diajak untuk merasakan asyiknya bermain layang-layang sejak usia 5 tahun.

Radit kecil, sering kali dilibatkan dalam kegiatan pelestarian permainan tradisional Indonesia ini.

Ia kerap diajak sang ibu untuk mengajarkan cara membuat layang-layang kepada murid-murid di sekolah-sekolah internasional pada usia 7 tahun.

"Saya ngajar bikin layang-layang umur 7-8 tahun itu sudah ikut ngajar. Lagi liburan sekolah saya dibawa sama ibu. Bisa dibilang saya belajar Bahasa Inggris dengan saya ngajarin cara bikin layang-layang ke anak yang lebih besar dari saya umurnya. Dari situ mulai berkembang. Hampir semua international school kita ajar," kata Radit.

Baca juga: Berkunjung ke Museum Layang-layang Indonesia, Pengunjung Bisa Buat hingga Tahu Sejarah Layang-Layang

Hampir seluruh negara-negara di Asia sudah pernah ia kunjungi untuk bermain layang-layang. 

Bahkan juga di negara-negara Eropa, dan beberapa negara bagian lainnya.

Terbaru, sebelum pandemi pria yang kini berusia 33 tahun itu juga pergi ke Polandia dan Perancis untuk mempromosikan layang-layang Indonesia.

Bagi Radit, bisa memperkenalkan layang-layang tradisional Indonesia di kancah internasional adalah hal yang sangat menyenangkan. 

Apalagi, layang-layang tradisional Indonesia punya banyak variasi yang berbeda-beda.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved