Persija Jakarta
Setahun Lebih Muda dari Buffon, Ismed Sofyan Masih Joss di Lapangan, Ini Ramuan Bek Senior Persija
Berusia setahun lebih muda dari pemain Italia, Gianluigi Buffon, bek senior Persija Jakarta Ismed Sofyan masih joss di lapangan hijau.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Berusia setahun lebih muda dari pemain Italia, Gianluigi Buffon, bek senior Persija Jakarta Ismed Sofyan masih joss di lapangan hijau. Ternyata ini ramuan rahasianya.
Untuk ukuran usia pesepak bola, biasanya mereka akan menutup karirnya sebelum usia 40 tahun.
Rata-rata pesepak bola, baik nasional maupun internasional memutuskan gantung sepatu di usia 35-38 tahun.
Hanya ada beberapa pemain saja yang masih kuat bertahan sebagai pemain sepak bola kendati usianya sudah di atas 40 tahun.
Di sepak bola eropa, pemain di atas 40 tahun yang kini masih bermain yakni kiper legendaris Italia Gianluigi Buffon.
Baca juga: Pantas Saja Ismed Sofyan Jago Eksekusi Bola Mati, Porsi Latihan Bek Persija Ikuti Cara David Beckham
Di usianya yang sudah menginjak 43 tahun, kiper kelahiran 28 Januari 1978 itu kini berseragam Parma yang merupakan klub masa awal karirnya.
Buffon masih menjadi tulang punggung Parma di bawah mistar gawang kendati bermain di Serie B Liga Italia.
Di tanah air, tentu kita tak bisa melupakan nama bek kanan senior milik Persija Jakarta, Ismed Sofyan yang juga belum memutuskan gantung sepatu.

Kendati belum pernah main sekalipun membela Persija Jakarta di Liga 1 2021 musim ini karena dalam tahap pemulihan cidera, Ismed Sofyan masih tercatat sebagai skuad Macan Kemayoran.
Hal itu menjadikan pemilik nomor punggung 14 itu sebagai sosok pemain tertua di Persija Jakarta.
Bila dibandingkan dengan Buffon, pemain kelahiran Aceh 28 Agustus 1979 ini bisa dibilang lebih top.
Pasalnya, dari segi posisi, Ismed Sofyan bermain di posisi bek kanan yang notabene memerlukan stamina prima karena harus membantu pertahanan dan penyerangan tim.
Berbeda dengan Buffon yang berposisi sebagai penjaga gawang, dimana kondisi fisiknya tak sesering diporsir seperti pemain di posisi lainnya.
Baca juga: Ultah ke-42, Bek Senior Persija Ismed Sofyan Ingin Segera Pulih Bawa Macan Kemayoran Juara
Ramuan Ismed Sofyan Tampil Prima
Saat diwawancarai di Youtube Persija Jakarta, pemain berusia 42 tahun itu membeberkan minuman dan makanan yang sering dikonsumsinya.
Hal itu bermula saat Ismed Sofyan ditanyakan apakah dirinya suka mengonsumsi kopi atau tidak.
Mengingat Ismed Sofyan berasal dari Aceh yang terkenal akan kopi lokalnya.
"Kopi oke-oke aja tapi bukan yang suatu keharusan banget.

Kalau ada diminum, tapi kalau enggak ada ya enggak dicari," kata Ismed Sofyan dilansir TribunJakarta.com dari Youtube Persija Jakarta, Selasa (30/11/2021).
Dia pun membocorkan makanan dan minuman favoritnya yang mungkin saja menjadi ramuan bagi seorang Ismed Sofyan mampu tetap tampil prima hingga usia 42 tahun.
Ismed Sofyan mengatakan bahwa minuman favoritnya ialah es timun.
"Es timun wajib. Timun diserut dikasih es dikasih gula," kata Ismed Sofyan.
Sebagai seorang atlet tentu Ismed Sofyan sangat menjaga pola makannya.
Ismed Sofyan mengaku tak suka mengonsumsi makanan siap saji.
Untuk cemilan favoritnya, Ismed Sofyan pun memiliki kesukaannya tersendiri.
"Makanan ringan aku jarang makan makanan siap saji.
Paling makan kurma aja itu doang," kata Ismed Sofyan.
Baca juga: Cerita Ismed Sofyan Saat Persija Jakarta Diterjang Badai Krisis Keuangan: Bepe Sampai Dilepas
Harapan Ismed Sofyan Di Usia 42 Tahun
Bek senior Persija Jakarta Ismed Sofyan merayakan ulang tahun ke-42 pada 28 Agustus lalu 2021.
Ismed Sofyan belum dapat membela Macan Kemayoran karena masih dalam tahap pemulihan cedera.
Bek senior tersebut ingin segera membela Persija Jakarta.
“Dalam waktu dekat harapan saya ingin segera pulih dari cedera. Setelah itu, saya ingin segera kembali membela Persija dan membawa tim ini kembali juara,” ungkap Ismed Sofyan d8/2021ikutip dari laman resmi klub, Senin (30/8/2021).
Ismed menghabiskan hampir 20 tahun karir sepak bola di Persija Jakarta.
Baca juga: Jelang Liga 1 2021, Persija Jakarta Perbaiki 2 Kelemahan Skuat Macan Kemayoran
Dalam kurun waktu itu, ia telah mempersembahkan beragam gelar untuk Macan Kemayoran, mulai dari trofi Liga 1 2018 hingga Piala Menpora 2021
"Secara umum, pada hari ulang tahun ini saya juga berharap Persija menjadi tim yang lebih baik di semua hal dan bidang," kata Ismed.
Ulang tahun ke-42, Ismed pun berdoa dan berharap menjadi pribadi yang lebih baik serta bermanfaat bagi sesama.
"Semoga saya bisa menjadi lebih dewasa dan semakin dekat dengan Allah SWT," pungkasnya.
Baca juga: Persija Jakarta Punya Modal Bagus Jelang Berlaga di Liga 1 2021
Ismed Sofyan Bocorkan Kapan Kembali Perkuat Persija

Pemain senior Persija Jakarta Ismed Sofyan membocorkan kapan dirinya bisa kembali memperkuat Persija Jakarta.
Diketahui bek kanan andalan Persija Jakarta itu kini tengah menjalani perawatan pasca menjalani operasi lutut.
Bahkan untuk minimal satu bulan ini, Ismed Sofyan harus berjalan dibantu dengan tongkat.
Baca juga: Tekuk Persikabo di Uji Coba, Coach Sudirman Nilai Permainan Persija Kian Berkembang
Pemilik nomor punggung 14 di Macan Kemayoran ini pun menceritakan kondisi terkininya saat berbincang di akun Youtube Persija Jakarta.
"Sekarang sedang tahap terapi masih gunakan tongkat karena dokter bilang kurang lebih 1 bulan baru lepas tongkat," kata Ismed Sofyan dilansir TribunJakarta.com dari akun Youtube Persija Jakarta, Rabu (11/8/2021).
Dia pun menyebut bahwa kondisi lututnya saat ini dalam kondisi cukup bagus pasca operasi.
Baca juga: Jakmania, Dengar Imbauan Presiden Persija Terkait Liga 1: Jangan Pawai Kemenangan, Dukung dari Rumah
Ismed menuturkan dirinya terus melakukan pemulihan agar kondisi fisiknya dapat kembali seperti sedia kala.
"Sekarang musti jaga terapi, karena harus kembalikan kondisi," tutur Ismed Sofyan.
Rasakan Hal Tak Nyaman Setahun Terakhir
Ismed Sofyan mengaku sebelum akhirnya menjalani operasi pada 28 Juni 2021, dia sudah merasakan ada yang tak beres di lutut kirinya sejak setahun terakhir.
Dia pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan tim dokter.
Berdasarkan pertimbangan, lutut kiri sang pemain asal Aceh itu harus dioperasi untuk meminimalisir kemungkinan yang lebih buruk.
Baca juga: Usai 500 Hari Tanpa Kompetisi, Ini Cara Kapten Persija Ekspresikan Diri Atas Bergulirnya Liga 1 2021
"Diputuskan harus dioperasi. Kalau tidak kedepannya akan lebih buruk.
Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Perkembangan bagus, terapi bagus," ucap Ismed Sofyan.
Bila masa terapi berjalan lancar sesuai jadwal, pemain senior Macan Kemayoran diharapkan sudah bisa kembali memperkuat Persija Jakarta pada enam bulan mendatang.
"Mudah-mudahan cepat. Enam bulan bisa kembali lagi ke lapangan hijau," kata Ismed Sofyan.
Momen Terberat Ismed Sofyan di Persija

Bek senior Ismed Sofyan telah membela Persija Jakarta sejak tahun 2002.
Selama bersama Macan Kemayoran, Ismed telah mengalami dinamika Persija Jakarta, mulai dari meraih prestasi hingga pengalaman yang tidak mengenakan.
Sebagai pesepak bola profesional, Ismed pernah pula melewati momen pahit bersama tim Oranye.
Salah satu yang diingat pesepak bola 41 tahun itu hingga sekarang adalah tatkala Persija harus berupaya keras lepas dari zona degradasi pada kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) musim 2013.
“Buat saya, musim 2013 adalah momen terendah selama di Persija Jakarta,” kata Ismed dikutip dari persija.id.
Ismed berujar bahwa kala itu sejumlah pemain utama Persija Jakarta meninggalkan tim, karena beragam alasan.
Baca juga: Rayakan Kembalinya Liga 1 2021, Winger Lincah Persija Punya Pesan Buat The Jakmania
Akibatnya, skuad menjadi sedikit limbung dan berakibat tidak baik bagi permainan di lapangan hijau.
Di kompetisi LSI musim 2013, Persija harus finish di posisi ke-11 dari 18 tim dengan 12 kemenangan, enam imbang, dan 16 kekalahan.
Bahkan, tim mencatat rekor kekalahan beruntun terpanjang yang ditorehkan sebuah klub pada musim itu yakni enam pertandingan.
"Biasanya, Persija langganan di papan atas. Tetapi musim itu kami terpuruk. Itu menjadi momen paling sulit buat saya,” ujar Ismed.
Catatan buruk Persija saat itu pun membuat sejumlah klub tanah air menggoda Ismed untuk bergabung, tetapi ia menolak karena masih mencintai tim ibu kota.
“Saya ingin membantu tim keluar dari situasi sulit," ucap Ismed.
“Rasa cinta setiap orang kan berbeda.
Kalau memikirkan materi, peluang (pindah) terbuka lebar karena banyak tawaran dengan nominal cukup besar. Tetapi soal kenyamanan, tidak semua klub memilikinya," papar Ismed.
Baca juga: Usai 500 Hari Tanpa Kompetisi, Ini Cara Kapten Persija Ekspresikan Diri Atas Bergulirnya Liga 1 2021
Momen Tak Terlupakan Ismed Sofyan di Persija Jakarta

Selama hampir dua dekade bergabung di Persija Jakarta, tentu sudah banyak momen, baik suka maupun duka yang dijalani Ismed Sofyan,
Namun Ismed Sofyan tetap memiliki cerita yang menurutnya paling manis diantara banyaknya kenangan dirinya di Persija Jakarta.
Untuk momen terbaik yang pertama, Ismed Sofyan menyebutkan hal itu ia dapatkan tiga tahun silam.
Tepatnya yakni ketika Persija sukses meraih gelar juara Liga 1 2018.
Kala itu, Persija berhasil menjadi yang terbaik dikancah tertinggi sepak bola Indonesia dengan mengumpulkan 62 poin.
Catatan poin Persija hanya terpaut satu angka dari PSM Makassar yang menempati posisi dua klasemen akhir Liga 1 2018.
Baca juga: Liga 1 Bergulir Malam Ini, Harapan Pemain Asing Persija Jakarta Ingin Ulangi Prestasi Piala Menpora
Ismed Sofyan pun menyebut gelar juara yang didapatkan Persija memanglah layak karena disepanjang musim semua pemain solid.
"Dari awal kompetisi kami sudah di papan atas, kalau tidak diperingkat kedua ya peringkat ketiga," kata Ismed dilansir dari laman resmi Persija, Jumat (23/7/2020).
"Saat itu kondisi tim sangat solid,"
"Kebersamaan antar pemain sangat terasa, tidak pernah berjarak," ujarnya.
Sementara itu, untuk momen terbaik kedua terjadi pada tahun 2005.
Berbeda dengan musim 2018, di 2005 Persija tak berhasil meraih gelar juara.
Bahkan dua kali menjalani laga final, tak satupun kemenangan bisa diraih saat itu.
Pertama dikalahkan Persipura dengan skor 2-3 (Final Divisi Utama) dan kedua tumbang dari Arema FC dengan skor 3-4 (Final Piala Indonesia).
Namun kekalahan yang diterima justru membuat Persija semakin kompak.
Itulah mengapa Ismed menyebut tahun 2005 menjadi salah satu momen terbaiknya.
"Sebenarnya itu musim yang pahit karena kami punya kans juara di dua kompetisi yang finalnya dimainkan di Jakarta, namun sayang gagal juara," ujar Ismed.
"Suasana tim saat itu sangat nyaman, baik di dalam maupun di luar lapangan,"
"Meski gagal, setelah itu kami belajar semakin kompak sebagai sebuah tim," tuturnya. (TribunJakarta.com/Media Persija)