"Rasanya Seperti Kiamat" Kesaksian Warga Melihat Gunung Semeru Meletus, Langit Berubah Jadi Gelap
Sejumlah warga menceritakan detik-detik meletusnya Gunung Semeru, pada Sabtu (5/12/2021), menurut penuturan warga, kejadian ini rasanya seperti kiamat
TRIBUNJAKARTA.COM - Sejumlah warga menceritakan detik-detik meletusnya Gunung Semeru, pada Sabtu (5/12/2021), menurut penuturan warga, kejadian ini rasanya seperti kiamat.
Warga Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang ini berlari hingga 13 kilometer menyelamatkan diri.
Keduanya berlari ke tempat lebih aman sebelum awan panas guguran menyapu rumahnya hingga luluh lantak.
Sinten bercerita (60) sebelum letusan terjadi, Dusun Curah Kobokan diguyur hujan abu bercampur batu.
Batu-batu itu meluncur deras menghantam genting rumahnya hingga menimbulkan suara gemuruh.
Sinten yang saat itu sedang bersantai di rumah tamu langsung terperanjat dan panik.
Baca juga: Erupsi Gunung Semeru, Korban Lahar Panas Terus Bertambah: Warga Terjebak dan Telat Selamatkan Diri
Ia kemudian menggedor pintu kamar cucunya, Dewi.
Mendengar gedoran pintu, Dewi langsung bangun dari tidurnya.

Lalu dewi membuka pintu kamarnya.
Dengan memekikkan suara, Sinten bilang kepada Dewi bila Gunung Semeru sedang tidak baik-baik saja.
Lalu, Sinten menarik tangan Dewi untuk ikut berlari menyelamatkan diri.
"Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda akan erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," katanya, saat ditemui di RSUD dr. Haryoto, Lumajang, Sabtu (4/12/2021).
Baca juga: Erupsi Gunung Semeru: 1 Warga Meninggal dan 10 Orang Masih Terjebak
Sesampainya di luar rumah, Sinten dan Dewi sempat menengok ke arah Gunung Semeru.
Gunung Semeru terlihat memuntahkan asap abu-abu tebal ke udara.
Suhu udara langsung terasa panas, menyengat kulitnya.
Tak lama, langit berubah gelap, kilatan petir juga menyambar-nyambar.

"Saya tak sempat menyelamatkan harta benda. Saya tak memikirkan itu, yang terpenting selamat dari terjangan awan panas. Lima motor hangus dan rumah saya roboh," paparnya.
Ia bersama Dewi berlari ke rumah tetangga yang berjarak sekira 1 kilometer untuk berlindung.
Setelah langit kembali terang, mereka kembali berlari ke masjid sekitar 5 kilometer.
Di sana, mereka beristirahat sejenak dan merapalkan doa.
"Lalu, kami berjalan lagi hingga ke Dusun sebelah, Dusun Gunung Sawur sekira 7 kilometer. Napas sudah ngos-ngosan.
Selama dua jam, kami mengamankan diri di rumah warga Dusun Gunung Sawur. Setelah itu, kami dievakuasi menggunakan mobil pick up ke Desa Sumbermujur," terang Dewi.

Bukannya tenang karena dapat lolos dari maut, pikiran Sinten dan Dewi berkecamuk.
Betapa tidak, mereka mendapat kabar jika satu keluarganya, Samsul Arifin (30), menjadi korban luka dan tengah dilarikan di RSUD dr Haryoto Lumajang.
Samsul Arifin saat itu sedang bertugas menjaga portal tambang dekat Gunung Semeru.
"Kami langsung bergegas mendatangi RSUD dr Haryoto. Saat ini mas Samsul sedang dirawat," pungkasnya.
Tedengar Gemuruh
Gunung tertinggid di Pulau Jawa, Gunung Semeru meletus dengan mengeluarkan lava pijar sembari mengeluarkan suara gemuruh sejak Jumat (3/12/2021) sore.
Pada Sabtu (4/12/2021) sore, Mahameru sebutan Gunung Semeru meletus lagi dan mengeluarkan kepulan abu membumbung tinggi.
Giri penduduk di Dusun Kampung Renteng, Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo Lumajang salah satu saksi mata.
Baca juga: Terlambat Selamatkan Diri, Sejumlah Penambang Pasir Terkena Lahar Panas Gunung Semeru
Ia melihat guguran lava pijar mulai jum'at sore (3/12) sekitar pukul 18.00 WIB, dengan jarak luncur 1 kilometer lebih dibarengi beberapa kali suara gemuruh.
"Ya sebenarnya takut mas, takut kayak tahun lalu. Semeru dari tadi malam terlihat jelas bisa dilihat dengan kasat mata dan beberapa kali terdengar suara gemuruh." ungkap Giri.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Warga Lumajang Selamat dari Erupsi Gunung Semeru, Tak Ada Tanda-tanda, Rasanya Seperti Kiamat