Imbas Video Viral Soal Tari Perut, Anak Almarhum Dirut Transjakarta Sardjono Sampai Depresi Berat
Anak pertama dan ketiga dari mantan Dirut Transjakarta, almarhum Sardjono Jhony Tjitrokusumo, mengalami depresi berat.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Anak pertama dan ketiga dari mantan Dirut Transjakarta, almarhum Sardjono Jhony Tjitrokusumo, mengalami depresi berat.
Hal ini diungkap perwakilan keluarga besar Tjitrokusumo, Raden Tonny.
Raden mengatakan keduanya mengalami depresi imbas viralnya video dan pemberitaan perihal direksi Transjakarta yang rapat sambil nonton belly dance atau tari perut.
Menurutnya, pemberitaan yang tak benar akhirnya mempengaruhi psikologis dari anak-anak almarhum
"Saya sangat tersinggung dengan video yang beredar sekarang ini. Tanah almarhum belum kering 100 hari, masih basah. Keluarga almarhum masih terpukul dan akibat video yang viral sekarang anak almarhum yang nomor satu dan nomor tiga dinyatakan depresi berat."
"Berapa hari lalu jam setengah dua malam (01.30 WIB), saya bawa ke Rumah Sakit," jelasnya saat konferensi pers klaririfikasi terkait video dan pemberitaan ini, di Green Terrace TMII, Selasa (14/12/2021).
Desak Adi Kurnia Minta Maaf
Oleh sebab itu, Raden mendesak pihak yang terlibat termasuk Anggota Komisi B DPRD DKI Fraksi Gerindra, Adi Kurnia meminta maaf kepada pihak keluarga secara langsung di rumah kontrakan almarhum.
Baca juga: Merasa Difitnah Soal Rapat Tari Perut, Keluarga Sardjono Jhony Desak Politikus Gerindra Minta Maaf
Sebab, Adi disebutnya orang yang menjadi pencetus pemberitaan terkait belly dance ini muncul.
Pasalnya ia membahas hal ini kala rapat di Komisi B DPRD beberapa waktu lalu kala membahas rentetan kecelakaan yang melibatkan bus Transjakarta.
"Saya enggak mau panjang lebar saya tahu karena saya dapat inisial ATM yang minta supaya diviralkan video itu terhadap oknum juga yang erinisal panggilannya dengan Mr Black. Dalam waktu 2x24 jam saya minta secara gentelman dan khususnya buat Pak Adi Kurnia tolong Anda datang langsung ke kontrakannya almarhum. Sekali lagi saya bilang jangan cari pembenaran diri sendiri, kalau tidak ini akan saya laporkan secara hukum dan lebih ekstrim lagi saya kejar karena harga diri, derajat dan martabat keluarga saya sudah kalian hina," pungkas Raden.
Raden Tonny menuding penyebaran video rapat direksi Transjakarta itu bernada fitnah.
"Mengingat hal ini dicetuskan setelah (almarhum) Sardjono Jhony wafat, maka kami menyimpulkan pula bahwa yang bersangkutan juga bertujuan untuk menyudutkan, mendiskreditkan, bahkan memfitnah dan mencemarkan nama baik keluarga besar kami."
"Hal yang sama juga kami duga dilakukan oleh si pembuat video, yang juga harus bertanggung jawab atas perbuatannya," kata dia.
Adapun bentuk pertanggungjawaban yang diminta selain permohonan maaf adalah pemulihan nama baik almarhum.
"Ini sudah berdampak langsung secara psikologis kepada keluarga almarhum. Jadi kami berpendapat hal ini dituntaskan, harus ada ujungnya. Oleh karena itu kami meminta pertanggung jawaban pihak-pihak yang kami telah sebut, yang mencentuskan, bapak yang terhormat anggota DPRD DKI, yang membuat video yang menyebarkan, dan media-media yang tidak melakukan kroscek tapi memberitakan justru tidak sesuai dengan faktanya. Sekiranya hal tersebut tidak dilakukan maka kami akan mengambil langkah hukum dan langkah-langkah lain yang kami anggap perlu," jelasnya.
Klarifikasi Keluarga
Juru bicara keluarga Sardjono Jhony lainnya, Tjahyadi mengatakan, kejadian tersebut tidak seperti yang tersiar di sejumlah media massa dan seperti yang disebutkan oleh satu di antara anggota Komisi B DPRD DKI.
Sebab, pihak keluarga telah melakukan penelusuran dan menemukan sejumlah fakta.
"Peristiwa yang disebut oleh oknum anggota DPRD tersebut terjadi hampir dua tahun yang lalu. Bertempat di Turki Restoran, Kemang Jakarta Selatan," ucapnya di Green Terace TMII, Selasa (14/12/2021).
Selanjutnya, peristiwa tersebut merupakan rapat kerja direksi dengan pejabat terkait di lingkungan PT Transjakarta yang dihadiri juga oleh perwakilan pengurus serikat pekerja.
Baca juga: Bantah Video Tonton Tari Perut Picu Kecelakaan Bus, Pegawai Transjakarta Bakal Laporkan Penyebar
Adapun tujuan rapat tersebut yakni untuk menginformasikan visi dan misi yang diemban oleh almarhum Sardjono Jhony sebagai Dirut baru Transjakarta agar dapat dipahami dan dijalankan oleh seluruh jajaran Transjakarta.
"Pemilihan tempat di luar kantor dan diluar jam kerja adalah agar rapat berlangsung dengan lebih rileks dengan maksud tidak ada kecanggungan para pejabat untuk menyampaikan masukannya," lanjutnya.
Kemudian terkait belly dance yang disuguhkan oleh pengelola restoran, diakui sama sekali tidak ada hubungannya dengan rapat kerja Transjakarta.
"Sehingga sangat tidak layak dan patut jika hal tersebut diberitakan seolah-olah ditonton oleh peserta rapat," ungkapnya.
Baca juga: Disebut Rapat Sambil Nonton Tari Perut, Pegawai Tranjakarta Ungkap Fakta Sebenarnya:Tiba-tiba Muncul
Fakta lain, kata Tjahyadi, kehadiran penari perut justru tidak diketahui oleh pihak almarhum kala melakukan reservasi restoran tersebut.
Sebab, tak ada pemberitahuan soal hiburan tersebut.
Selain itu, lanjut Tjahyadi, penari perut tersebut memang menghibur semua pengunjung bukan seperti yang terlihat di video tersebut saja.
"Si penari ini tidak masuk lebih dari setengah meter dari pintu di mana bapak-bapak ini rapat atau berdiskusi mengenai visi misi perusahaan. Terlihat juga beliau membelakangi dan tidak terpengaruh oleh apa yang dilakukan penari tersebut. Semua fokus pada apa yang dibahas. Ini bukan sekedar makan-makan tapi ada data dan question-question yang dibahas," jelasnya.
Awal Beredar Video Rapat Sambil Menonton Tari Perut
Awalnya, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Fraksi Gerindra Adi Kurnia mengklaim menyimpan video karyawan PT Transjakarta yang melakukan rapat sambil nonton belly dance.
Hal ini diungkapnya dalam rapat Komisi B bersama pihak PT Tranjakarta dan Dishub DKI Jakarta.
"Terus juga saya juga karena masyarakat jangan sampai video bapak-bapak ini juga viral. Assesment dan mekanisme," ucapnya di Gedung DPRD DKI, Senin (6/12/2021).
"Bapak-bapak diskusi ngobrol dengan para operator, bapak ngobrol di kafe, sambil nonton striptis. Lagi bapak memakai baju TransJakarta."
"Itu sudah mencerminkan gimana, rusak akhlak bapak-bapak," sambungnya.
Meski tak merinci lebih lanjut terkait siapa saja yang berada di dalam video tersebut, hal ini sempat membuat jalannya rapat menjadi memanas.
Baca juga: Anggota DPRD Punya Video Direksi Tranjakarta Rapat Sambil Nonton Tari Perut, Singgung Masalah Akhlak
Direktur Utama PT Transjakarta Yana Aditya pun bereaksi dan menginterupsi pernyataan tersebut dengan berbicara sebagai warga negara.
"Mohon izin saya warga negara. Saya sebagai warga negara kepada wakil rakyat untuk menanyakan, mohon maaf ini siapa? kalau misalkan ini melanggar biar kita selesaikan saja," ucap Yana.
"Pimpinan (Ketua Komisi B DPRD DKI) mohon izin, saya warga negara, saya ingin mengetahui video itu ada atau tidak," lanjutnya.
Namun, Adi tak ingin mengungkap hal itu didalam foruk rapat.
"Untuk video itu cukup di saya. Nanti kalau viral di masyarakat ini gimana bapak. Jalan-jalan direksi lengkap bapak pergi ke kafe bapak belly dance striptis ngobrol-ngobrol tentang perkembangan transportasi.
Ini gimana pak. Ada itu. Tolong pak, pak direktur keuangan ya pak. Jadi tolong, jadi bapak harus memberi masukan kepada Gubernur.
Pak Gubernur ini tuh salah kita merekrut orang yang orangnya kurang berakhlak," jelasnya.