Kenaikan Harga Minyak, Cabai dan Telur Ternyata Tidak Wajar, IKAPPI Salahkan 2 Kementerian
DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) memberikan rapor merah kepada Kementrian Perdagangan dan Kementerian Pertanian di akhir tahun.
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) memberikan rapor merah kepada Kementrian Perdagangan dan Kementrian Pertanian di akhir tahun.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI, Reynaldi Sarijowan mengatakan, terdapat beberapa catatan penting yang diberikan terkait dengan melambungnya harga sejumlah komoditas di pasaran.
"IKAPPI menyayangkan beberapa komoditas di akhir tahun mengalami lonjakan cukup tinggi. Dalam catatan IKAPPI menjelang perpindahan tahun 2021-2022, beberapa komoditas di luar dugaan mengalami kenaikan yang tidak wajar dan baru pertama kali ini terjadi," kata dia dalam keterangannya, Senin (27/12/2021).
Dijabarkannya, sejumlah komoditas mengalami lonjakan harga yang tidak wajar menjelang akhir tahun 2021.
Komoditas tersebut, antara lain adalah minyak goreng, cabai rawit merah dan juga telur.
Untuk minyak goreng, Reynaldi menjelaskan mengalami kenaikan yang cukup fantastis yang belum pernah terjadi.
"Kami berharap pemerintah mengantisipasi dan melakukan upaya lanjutan sehingga tahun 2022 minyak goreng segera bisa turun harganya," tuturnya.
Baca juga: Ada Rel Trem Zaman Belanda di Bawah Tanah Kota Tua, Wagub Ariza Pastikan Bakal Pindahkan Demi MRT
Sementara untuk komoditas cabai rawit merah, lanjut dia kini sudah tembus harga Rp 100 ribu lebih perkilogramnya.
Memang, ia mengatakan bahwa cabai rawit merah merupakan komoditas yang cenderung rutin mengalami kenaikan harga di akhir tahun.
Biasanya, faktor yang membuat harganya cukup tinggi ialah cuaca dan permintaan yang tinggi namun supply dan demand tidak seimbang.
"Kami pun berharap ke depan ada grand design pangan, strategi pangan untuk cabai rawit merah agar wilayah-wilayah produksi cabai rawit merah bisa di perbanyak dan bisa di selesaikan persoalan ini sehingga tidak kunjung tinggi harganya setiap tahun," imbuhnya.
Baca juga: Social Bella Ungkap Tren Perubahan Perilaku Pelanggan Kecantikan, Brand Lokal Makin Dilirik Konsumen
Komoditas lainnya, yakni telur. Telur yang biasanya harganya Rp 23 ribu hingga Rp 24 ribu, hari ini tembus di angka Rp 30 ribu di pasar.
Ia menilai kenaikan harga ini adalah pencapaian yang buruk.
Diharapkan, kedepannya pemerintah dapat mengantisipasi naiknya harga telur dengan strategi design telur dan ayam yang lebih baik.