Cerita Di Balik Megahnya Proyek JIS, 26 KK Korban Gusurannya Kini Hidup di Bedeng Pinggir Rel
Sedikitnya 26 KK pemilik kafe Kampung Bayam yang terdampak penggusuran proyek Jakarta International Stadium (JIS), Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Sedikitnya 26 KK pemilik kafe Kampung Bayam yang terdampak penggusuran proyek Jakarta International Stadium (JIS), Tanjung Priok, Jakarta Utara, masih bertahan di lokasi.
Kekinian, mereka memutuskan untuk tetap bertahan dengan membangun bedeng di sepanjang rel.
Berdasarkan pantauan TribunJakarta.com, puluhan bedeng tersebut berada persis di pinggir rel, berjarak hanya sekitar satu meter dari jalur melintasnya kereta.
Bedeng-bedeng itu dibangun dari sisa-sisa kafe yang dibongkar pada Agustus 2021 silam.
Dengan bermodalkan puing-puing yang ada, warga akhirnya membangun bedeng tempat bertahan hidup.
Bedeng-bedeng berbahan bambu itu, diisi perabotan seadanya.
Di bedeng milik Supriyanto misalnya, ia meletakan kasur yang berada persis di sisi samping bawah rel kereta.
Baca juga: Singkirkan Airin Rachmi, Golkar DKI Ngotot Pilih Ahmed Zaki Jadi Calon Gubernur DKI Pengganti Anies
"Setiap hari ya rasanya gemuruh, suara kereta api lewat bikin nggak bisa tenang," kata Supriyanto saat ditemui di lokasi, Selasa (4/1/2022) petang.
"Kita sudah hampir lima bulan tinggal di sini," sambungnya.
Pascapenggusuran Agustus lalu, diceritakan Supriyanto, sebanyak 26 pemilik kafe masih enggan meninggalkan lokasi.
Selain mengklaim tak punya biaya untuk mengontrak, mereka masih menanti-nanti kompensasi yang dijanjikan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pemegang proyek JIS.
Baca juga: Pembangunan JIS Sudah 92 Persen dan Siap Soft Launching Februari 2022, Begini Penampakannya
"Total ada 26 yang belom terealisasi semua warga kafe. Iya pastinya karena pembangunan JIS," kata Supriyanto.
"Harus gimana lagi, kita belom dapet kompensasi. Yang jelas sembari menunggu kebijakan dari pihak Jakpro, kami bertahan di sini," sambungnya.
Supriyanto mengaku tidur persis di pinggir rel jauh dari rasa aman dan nyaman.